Happy Reading ❤️
🌸🌸🌸
Pagi ini Aretha sengaja tidak masuk kuliah karena tidak enak badan. Setelah subuh tadi menyusahkan mamanya untuk mengompres keningnya menggunakan air dingin, Aretha sama sekali tidak bisa tidur dan badannya malah meriang.
"Kamu gakpapa ditinggal?" Ujar Vanda mengelus kepala Aretha tidak tega.
Aretha menggeleng pelan sambil menarik selimutnya naik keatas. "Gakpapa mah, mama papa pergi aja, seminggu lagi kan Kak Elena nikah. Kasian kalau gak ada mama."
"Tapi mama gak mau ninggalin kamu sendirian." Ujar Vanda setengah sedih.
Aretha terkekeh pelan, "apaan sih mah. Kan ada Arden, sebelum berangkat dia bilang kok nanti gak akan nginep dikosan temennya lagi. Dia mau pulang jagain Aretha." Ujarnya untuk tidak membuat Vanda khawatir.
"Yaudah. Atau kamu perlu mama bawa temen mama kesini, dia dokter nanti biar kamu diperiksa sama dia. Gimana?" Tanda Vanda.
"Mah, Aretha cuma meriang biasa. Dibawa tidur juga sembuh. Udah mama sana pergi aja, nanti kabarin ya kalau udah sampe Bandung. Salam buat Kak Elena sama Kak Faris."
Vanda berakhir mengangguk, kalau saja pernikahan anak pertamanya bisa diundur mungkin Vanda akan mengurungkan niat pergi ke Bandung. Sayangnya anak perempuannya itu sudah uring-uringan karena dipingit selama satu minggu di rumah neneknya. Sehingga Vanda harus datang untuk membantu menenangkan Elena.
Kepergian Vanda membuat rumah kembali sepi seperti hari-hari sebelumnya. Pembantu Aretha sudah menggantikan air kompresan selama dua kali dan berakhir menaruh satu mangkok bubur di kamar Aretha yang langsung dilahab. Untung saja Aretha masih punya Mbak Minah yang mau mengurusnya dengan suka rela.
Sedangkan Arden sudah berangkat kuliah pagi-pagi seperti yang Aretha sampaikan tadi kepada Vanda bahwa nanti malam saudara kembarnya itu akan pulang untuk menjaganya. Setidaknya Aretha bisa istirahat sampai sore.
Anggap saja ini liburan gratis karena beberapa hari terakhir emosinya sedang tidak stabil karena memikirkan orang-orang tidak penting seperti Natha dan Popi.
Belum genap satu jam Aretha memejamkan mata dan berusaha tidur, ponselnya berbunyi tanda bahwa ada telfon masuk disana.
"Hallo."
"Yah jagoan kelas gak masuk, padahal udah niat mau nobar film action sekelas."
Aretha mengernyit, dia menyibak selimutnya lalu duduk bersila dikasur. Suara yang tidak asing, nada menyebalkan itu setau Aretha hanya milik dua orang.
Kanoa dan,
"Ragil!" Gadis itu memijit pelipisnya ketika cowok disebrang telfonnya terkekeh.
"Dapet nomer gue dari mana?" Tanya Aretha sama sekali tidak emosi, hanya tidak habis fikir saja. Gadis itu kembali meletangkan tubuhnya dikasur. Dia sedang tidak ingin marah-marah, setidaknya untuk hari ini.
"Natha. Dia masuk hari ini."
Nama yang disebut Ragil segera membangunkan kembali Aretha, "dia masuk?" Tanyanya tidak peduli lagi Ragil dapat nomornya darimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARETHA (A Journal About Love) [COMPLETE]
Teen FictionMenurut Aretha, cinta itu bulshyit. Tapi kalau sayang itu baru tulus. Ini semua tentang Aretha, ini kisah gadis bengal yang menjadi topik hangat dikalangan Mahasiswa Universitas Angkasa. Dia gadis cantik yang membuat kampus gempar karena parasnya...