______________________________________
Tolong jangan pergi di saat aku udah nyaman sama kamu.
~Kanaya Larasati~
🍁🍁
Satya mendekati ranjang Kanaya, ia melihat Kanaya sudah bangun. Satya kaget saat dirinya duduk di pinggiran ranjang dengan tiba-tiba Kanaya memeluknya, namun Satya membiarkannya saja, ia tau saat ini Kanaya sedang ketakutan.
"K-Kak a-aku ta-takut hiks hiks ..." lirih Kanaya sambil terisak.
"Tenang di sini ada gue," ucap Satya sambil membalas pelukan kanaya.
Satya mengelus-elus punggung Kanaya, berharap bahwa Kanaya akan sedikit lebih tenang.
"Tapi K-Kak kalau Kak Stel-" Satya menempelkan telunjuknya di bibir Kanaya.
"Syutt .... Tenang, Stella gak bakal gangguin lo lagi kok, di sini ada gue yang bakal jagain lo." Satya tersenyum penuh arti.
Kanaya tersenyum mendengar jawaban Satya.
"Ehh maaf Kak aku udah lancang meluk-meluk Kakak." Kanaya melepaskan pelukannya dan menunduk.
"Gak papa gue ngerti kok, sekarang lo istirahat ya, gue yang jagain!" ucap Satya.
"Tap-" ucapan Kanaya terpotong oleh Satya.
"Tenang gue gak bakal ngapa-ngapain lo kok. Lagian hari ini gurunya rapat," ucap Satya.
Kanaya mengganggukan kepalanya sambil tersenyum, kemudian kanaya kembali membaringkan tubuhnya.
Gue janji gue gak bakal biarin ada orang yang ganggu lo lagi. Batin satya.
***
Teettt
Bel pulang terdengar begitu nyaring.
Guru yang mengajar di kelas kanaya pun mengakhiri pelajarannya,kemudian berlalu dari kelasnya.Kanaya masih membereskan bukunya.
"Kanaya, tuh ada yang nyariin!" seru Sista teman Kanaya.
"Siapa?" tanya kanaya.
"Gak tau, lo samperin aja!" ucap Sista kemudian berlalu.
Kanaya segera keluar setelah buku-bukunya ia masukan.
"Hay!" Kanaya terkejut melihat Satya ada di depannya.
"K-Kak Satya, ada apa Kak nyariin Kanaya?" tanya kanaya.
"Pulang bareng," jawab satya.
"Tap-" ucapan kanaya lagi-lagi terpotong oleh satya.
"Gak nerima penolakan!" sahut Satya.
"Tapi aku h-" ucapan Kanaya terpotong lagi oleh Satya.
"Cepet!" ucap Satya. Kanaya sudah kesal ucapannya harus terpotong oleh Satya.
"Tapi aku harus beli buku dulu buat besok," ucap Kanaya sambil mengerucutkan bibirnya.
"Yaudah, yuk gue antar!" jawab satya.
Kanaya melihat Satya dengan tidak percaya,satya mengantarnya membeli buku, apa ia tidak salah dengar?
"Gak ngerepotin, Kak?" tanya Kanaya memastikan.
"Gak! Yaudah yuk keburu sore," ucap satya sambil memegang tangan Kanaya, mereka berjalan beriringan layaknya orang berpacaran.
Sesampainya di toko buku, Kanaya mencari buku yang ia butuhkan, Kanaya menemukannya.
Namun matanya terkejutkan oleh sebuah buku,tidak! Lebih tepatnya Novel. Kanaya mencoba meraih novel itu, namun tangannya sangat sulit untuk menjangkaunya.Kanaya terus melompat-lompat mencoba meraih buku itu, saat tangannya hampir mencapai buku itu tiba-tiba Kanaya terpeleset.
Brak
Buku-buku di rak tersebut berjatuhan, untung saja tubuh Kanaya tidak tertimpa buku-buku itu.
Kanaya masih dalam pelukan Satya, karena Satya menarik tubuh Kanaya agar tidak tertimpa buku-buku itu.
Mereka bertatapan cukup lama, sampai akhirnya Kanaya memutuskan kontak itu dan melepaskan diri dari pelukan Satya.
"Makasih, kak!" ucap kanaya.
"Lo gak papa, kan?" tanya Satya.
"Gak papa kok, Kak," jawab kanaya
"Yaudah Kak aku mau bayar buku ini dulu, ya!" Kanaya kemudian berlalu dari hadapan Satya.
"Semuanya berapa, Mbak?" tanya Kanaya pada kasir tersebut.
"Semuanya 205.000," jawab kasir itu.
Baru saja Kanaya akan membayarnya tiba-tiba seseorang sudah membayarnya terlebih dahulu. Kanaya melihat siapa yang membayarnya, lagi-lagi Satya membantunya, tapi kali ini Kanaya harus menolaknya.
"Ambil uang ini aja, Mbak,"ucap kanaya sambil menyodorkan uangnya.
"Tapi itu 200.000, Dek," jawab kasir itu.
Kali ini Kanaya menyerah, ia sudah malu karena Satya.
Kanaya sudah selesai membeli bukunya, dan sekarang ia sudah di motor Satya untuk pulang.
"Makan dulu?" tanya Satya.
"Gak!" jawab Kanaya dengan mengerucutkan bibirnya.
Satya melihat Kanaya dari kaca spionnya, ia ingin sekali tertawa lepas melihat Kanaya, namun ia urungkan.
"Jangan cemberut terus, nanti cantiknya hilang lohh," ejek Satya.
Satya melihat Kanaya kembalu dari kaca spionnya, pipi Kanaya memerah, sepertinya ia malu. Satya tersenyum simpul melihatnya, kemudian matanya kembali fokus ke jalanan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
Ficção AdolescenteKanaya semakin yakin ketika Satya mengungkapkan bahwa ia menyukai Kanaya. Hal itu pun membuat Kanaya menyerahkan segala kepercayaannya pada Satya. Tapi, tanpa Kanaya ketahui, Satya hanya menjadikan Kanaya sebagai seseorang untuk menemaninya menunggu...