________________________________
Kenapa gue jadi khawatir sama lo?
~SatyaAdipati~
🍁🍁
Satya sudah sampai di rumahnya, entah mengapa hari ini Satya merasa bahagia, padahal hanya mengantarkan perempuan tadi pulang.
"Arghhh, kok gue jadi gini sih?"
Setelah selesai menyimpan motornya, Satya segera masuk rumahnya dan menuju kamarnya. Langsung saja Satya memasuki kamarnya dan menjatuhkan tubuhnya di kasurnya.
"Kok gue bisa bahagia gini ya?" tanya Satya pada diri sendiri.
Satya bangun dari kasurnya, kemudian menghampiri meja belajarnya. Satya belum mengetahui siapa nama perempuan tadi.
"Arghhh kok gue gak nanya namanya sih?" frustasi Satya.
Satya mengganti baju seragamnya dengan baju santainya, kemudian tidur.
***
Hari ini Kanaya berangkat sekolah diantar Dewi, dan Kanaya berangkat sangat pagi sekali karena Dewi ada keperluan penting di kantornya, dan Feri sedang diluar kota.Kanaya sampai di sekolahnya, ia mencium tangan Dewi kemudian keluar dari mobilnya.
Kanaya melihat ke segala penjuru sekolahnya masih sepi, ia melihat arloji yang melekat di tangannya.
Pukul 06.15.
"Pantas sepi, orang masih pagi," ucap Kanaya kemudian berjalan menuju kelasnya.
Kanaya sampai dikelasnya X IPA 5. Kanaya bosan dikelasnya ia mulai membuka novelnya dan membacanya.
"Pagi, Kanaya .... Tumben datengnya pagi, biasanya juga sebentar lagi?" tanya Agatha kemudian duduk disampingnya.
"Ehh pagi juga Tha. Ia soalnya supir aku pulang kampung, dan aku diantar bundaku pagi-pagi karena ada urusan di kantornya," jawab Kanaya.
Agatha hanya ber-oh ria, sambil mengangguk-anggukan kepalanya.
******
Satya berniat masuk kelasnya, namun tiba-tiba sebuah tangan menarik tangan Satya. Satya sudah tau ini pasti kelakuan Stella.
"Pagi yayang Satya," ucapnya. Satya hanya memandangnya sinis.
"Ihhh kok gak dijawab sih?" rajuk Stella.
"Gak wajib!" sahut Satya.
"Kemarin kamu anterin si cabe, ya?" tanya Stella sambil mengerucutkan bibirnya.
"Maksud lo?" tanya Satya.
"Iya, si cabe yang jagain kamu waktu dihukum." Ucap Stella kembali.
"Jaga mulut lo!" seru Satya dengan mata elangnya menatap Stella.
"Ya .... Emang salah ya? Emang bener, kan dia cabe, main ikut nebeng pulang segala bareng kamu!" ejek Stella.
"Yang cabe itu LO! Bukan dia!" bentak Satya, kemudian meninggalkan stella.
awas aja lo. Batin Stella.
****
Teetttt...
Bel pulang berbunyi tandanya semua pelajaran harus diakhiri, dan waktunya untuk pulang.
Kanaya keluar dari kelasnya dengan Agatha, Agatha berjalan di depan Kanaya, dan Kanaya di belakangnya.Kanaya hampir sampai parkiran, tiba-tiba ia teringat bahwa buku Fisikanya belum ia ambil di loker.
"Tha, kamu duluan aja, ya. Aku lupa buku Fisikaku belum diambil di loker," ucap Kanaya.
"Yaudah, kalau gitu gue duluan ya. Bye," ucap Agatha. Kanaya tersenyum kemudian ia kembali untuk mengambil buku Fisikanya.
Kanaya selesai mengambil buku Fisikanya, namun tiba-tiba sebuah tangan menariknya menuju ke belakang sekolah.
****
Satya baru selesai latihan basket, ia ingin segera pulang. Satya mengambil motornya kemudian pergi menuju halte bus. Di sana Satya melihat perempuan kemarin yang sepertinya sedang menunggu angkutan umum, sepertinya.
Satya menghentikan motornya dan menekan klakson motornya.
Tiinn..
Perempuan itu mengangkat kepalanya dan melihat Satya yang sedang menunggunya.
"Naik!" perintah satya.
"Gak papa, Kak." Jawab Kanaya.
"Naik! Keburu sore!"
Kanaya bingung harus menerima tawaran itu atau tidak, Kanaya sangat takut jika harus menerimanya.
Flash back on
Di belakang sekolah.
Plak!
"Aww." Kanaya memegang pipinya yang terasa panas.
Kanaya tidak tahu siapa orang itu.
"Lo tau siapa gue?" tanya orang tersebut. Kanaya menggelengkan kepalanya.
"Gue Stella Ayu Putri. Dan lo! Lo jauhin Satya, jadi cewek jangan sok kegatelan minta Satya anterin lo pulang. Emang lo siapa hah? Lo itu cuman adik kelas tak tau diri!" bentak Stella.
Plak!
Stella kembali menampar pipi Kanaya, Kanaya hanya menunduk menahan agar air matanya tidak keluar.
"Satya itu milik gue, kalau lo berani deketin dia,lo bakal terima akibatnya!" bentak Stella kemudian berlalu dari hadapan Kanaya.
Flash back off
"Siapa nama lo?" tanya satya.
"K-Kanaya, Kak, Kanaya Larasati." Jawab Kanaya.
"Pipi lo kenapa? Kok merah?" tanya Satya.
Kanaya langsung menutup pipinya dengan tangannya.
"Gak papa kok Kak, oh iya Kak Satya duluan aja, Kanaya nunggu angkutan umum aja," kata Kanaya sambil tersenyum mencoba meyakinkan Satya untuk pergi.
Gue yakin, di balik kata gak papa lo pasti ada apa apa. Batin Satya.
"Naik!" perintah Satya.
"T-tapi-" lagi-lagi Satya memotongnya.
"Gak nerima penolakan!" ucap Satya.
Kanaya terpaksa mengikuti ajakan Satya, karena Satya memaksanya.
Kanaya melingkarkan tangannya di perut Satya atas suruhan Satya dengan alasan takut jatuh. Satya melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata.
Sedangkan di sisi lain seseorang melihat mereka dengan menahan amarahnya.
liat aja besok, apa yang bakal gue lakuin. ucapnya
****

KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
Novela JuvenilKanaya semakin yakin ketika Satya mengungkapkan bahwa ia menyukai Kanaya. Hal itu pun membuat Kanaya menyerahkan segala kepercayaannya pada Satya. Tapi, tanpa Kanaya ketahui, Satya hanya menjadikan Kanaya sebagai seseorang untuk menemaninya menunggu...