KANAYA || PART 22

2.9K 127 9
                                    

Hai semuanya .... Apa kabar?
Udah lama ya gak update,,, maaf ya🙏🙏
Kebetulan, moodnya lagi bagus dan akhirnya bisa bikin part yang ini deh...

Semoga kalian suka ya, oh iya. Jangan lupa follow Ig saya ya -> @suhu_kalimat

Happy Reading :)

_________________________________________

kita berhenti break bukan berarti kembali seperti dulu. Tapi seperti awal dari sebelum semuanya terjadi.

~ Kanaya Larasati ~

🍁🍁

"Nay?"

Kanaya terus saja menangis, keduanya sudah sejak tadi berdiam di taman belakang, selama itu pula Kanaya tidak berhenti menangis. Gafan tidak tahu jika Kanaya seperti ini karena Satya. Gafan baru tahu Satya.

"Udah, Nay, jangan habisin air mata lo buat dia," kata Gafan.

Kanaya menolehkan kepalanya menatap Gafan dengan mata yang tampak begitu merah dan berair. Kanaya kembali menundukan kepalanya dan menangis dalam diamnya.

Kanaya tak habis pikir dengan apa yang ada di dalam pikiran Satya, cowok yang pernah berjanji tidak akan menyakitinya kini telah ingkar, cowok yang berjanji akan setia, malah kembali berharap pada mantannya sendiri.

Kanaya sudah tidak tahan, ia ingin mengakhiri semuanya.

"Lo masih sayang sama dia?"

Kanaya diam, entahlah, ia tidak tahu jika Satya masih menyayanginya atau tidak, entah cowok itu masih mencintainya atau mengharapkannya, Kanaya tidak tahu. Ia tidak ingin menjawab 'Ya', jika kenyataannya nanti adalah 'Tidak'.

Kanaya tidak ingin mengharapkan sesuatu yang belum jelas kepastiannya, mengharapkan sesuatu yang belum tentu mengharapkannya, itu akan sangat mengecewakan. Seperti halnya kita berharap mengulang waktu, namun waktu ingin tetap lanjut, bukan mengulang. Kita tidak bisa apa-apa, dan Kanaya tidak ingin lagi kecewa dengan orang yang sama.

Gafan mengangkat tangannya berniat untuk merangkul bahu Kanaya, namun ia segera mengurungkannya. Ia meremas tangannya sendiri, ia tidak berani merangkul Kanaya. Ia tidak punya hak untuk merangkul Kanaya ataupun menyentuhnya. Ia tidak berani selagi di hati Kanaya ada nama seseorang.

"Kak ...."

Kanaya mengangkat kepalanya menatap Gafan penuh iba. Matanya tak lagi berair separah tadi. Hanya saja, matanya masih tampak merah dan sembab.

"Ketika kita menunggu seseorang yang belum tentu kembali, dan pada saat itu ada orang lain yang hadir membuat kita sedikit melupakan orang yang kita tunggu. Namun di saat semuanya sedang baik-baik saja, kemudian orang yang pernah kita tunggu kembali, apa kita harus kembali kepada orang yang kita tunggu dan membiarkan orang yang hadir sakit?" Kanaya mencoba untuk menahan agar air matanya tidak jatuh kembali.

Gafan paham akan maksud Kanaya. Gafan tahu hal apa yang ingin dipastikan Kanaya. Semuanya berhubungan dengan Satya. Orang yang ditunggu itu Ara, dan orang yang hadir sampai akhirnya tersakiti itu Kanaya. Semuanya sudah pasti sejak kejadian di kantin tadi.

"Gak semua orang, Nay. Kalau mereka emang serius dari awal, mereka gak mungkin tertarik untuk mendekati orang yang mereka tunggu. Dan lo harus tahu, hanya orang brengsek yang akan ninggalin permata demi krikil," ucap Gafan sambil menatap lekat mata Kanaya.

"Lo harus kayak permata, Nay. Indah dan sangat cantik, namun sulit untuk didapat. Hanya orang yang terus berjuang yang akan mendapatkan permata."

"Tapi Kak Satya gak lagi berjuang, sepertinya aku hanyalah krikil yang tidak berguna kak."

KANAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang