***
Biarkan aku melihatmu. Aku merindukanmu, bisakah kita seperti ini untuk sekarang?
~ Kanaya Larasati ~
🍁🍁
"Bunda, Kanaya mau sekolah. Gak papa, kan?"
Kanaya terus merajuk, berharap Dewi mengizinkannya untuk sekolah. Ia sudah bosan diam di kamar, tidak ada kegiatan apapun selain makan, minum obat, menonton tv.
Kanaya mengerucutkan bibirnya membuat Dewi tertawa pelan melihat puterinya seperti itu.
"Iya-iya, tapi jangan lupa minum obat ya nanti. Kamu masih sakit lho."
Kanaya mengangguk semangat dan tersenyum merekah, Dewi memang mudah sekali luluh jika melihat Kanaya merajuk.
Kanaya masuk ke dalam kamarnya dan bersiap-siap untuk sekolah. Kanaya begitu merindukan Agatha, cewek itu pasti kesepian. Mungkin.
Kanaya memasukkan obatnya ke dalam tas, kemudian menyampirkan tasnya di kedua bahunya. Ia menatap cermin, kemudian merapikan rambutnya yang tampak berantakan.
Setelah selesai, ia segera turun ke bawah untuk sarapan bersama ayah dan bundanya. Bi Siti mengambilkan nasi dan lauk pauknya untuk Kanaya. Kanaya tersenyum dan mengucapkan terima kasih pada Bi Siti, dan dibalas anggukan oleh Bi Siti.
Sarapan pagi ini tampak khidmat, Kanaya tetap memasukkan nasi kedalam mulutnya, meskipun perutnya menolak dan menimbulkan rasa mual. Namun Kanaya menahannya, ini demi kesembuhannya.
"Naya, Kamu berangkat bareng Ayah, ya."
"Iya, Ayah."
Feri sudah selesai dan keluar, dengan cepat Kanaya menghabiskan sarapannya dan meminum obatnya, lalu pamit pada Dewi untuk berangkat setelah mencium tangannya.
Kanaya memasuki mobil Feri, hingga akhirnya mobil itu melaju meninggalkan pekarangan rumahnya.
"Assalamualaikum, Yah."
Kanaya mencium tangan Feri dan keluar dari mobil setelah sampai di sekolahnya. Feri mengangguk lalu kembali melajukan mobilnya.
Kanaya melangkahkan kakinya, berjalan menuju kelasnya dengan semangat. Senyuman tak pernah hilang dari bibirnya setiap melewati beberapa siswa yang ia kenal maupun tidak.
Namun ada beberapa yang menatapnya tidak suka, dengan alasan ia pacar Satya. Namun Kanaya tidak memperdulikannya, yang penting ia sampai di kelasnya sekarang.
Kanaya membuka pintu kelasnya yang tampak masih kosong. Ia memasuki kelasnya lalu menyimpan tasnya di atas meja. Di dalam kelas sendirian, ternyata cukup membosankan bagi Kanaya. Ia memutuskan untuk keluar dan duduk di kursi panjang depan kelasnya.
Kanaya memainkan kakinya sambil menunduk. Ia seperti merindukan sesuatu sekarang.
Mungkin.
"Pagi, Nay."
Kanaya menoleh seketika mendengar suara yang sangat ia rindukan selama beberapa hari ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
Roman pour AdolescentsKanaya semakin yakin ketika Satya mengungkapkan bahwa ia menyukai Kanaya. Hal itu pun membuat Kanaya menyerahkan segala kepercayaannya pada Satya. Tapi, tanpa Kanaya ketahui, Satya hanya menjadikan Kanaya sebagai seseorang untuk menemaninya menunggu...