Assalamu'alaikum teman-teman,,,,
Saya kembali lagi nih. Kalian penasaran gak sama lanjutannya? Yaudah, mari sekarang kita lanjut baca.Tapi,
Jangan lupa tinggalkan vote kalian di sini sebagai bukti kalau kalian benar2 membaca cerita ini. Comment jika kalian menyukai cerita ini okehh..
Nggak dipungut biaya kok, gratis hehe!
Typo bertebaran, mohon dimaklum 🙏
Happy Reading :)
***
Entahlah, akupun bingung dengan perasaanku. Kau pacarku, tapi aku tidak ingin menyia-nyiakan dia yang sudah aku tunggu selama ini.
~Satya Adipati~
🍁🍁
Satya memasuki kelasnya dan langsung melangkahkan kakinya menuju meja Ara. Cewek itu hanya memasang muka datar saat Satya menghampirinya.
Satya duduk di samping Ara, Ara berdiri berniat untuk pergi menghindar dari Satya, namun Satya lebih dulu menahan pergelangan tangannya, dan alhasil Ara kembali duduk.
"Maafin aku, Ra." Ara memalingkan wajahnya dari Satya.
Sebenarnya ia hanya pura-pura marah, agar Satya lebih peduli dan berada di dekatnya tidak jauh.
"Ra .... Jangan marah," rajuk Satya.
Satya mencoba untuk mennggenggam tangan Ara namun Ara menepisnya, walaupun hatinya berkata lain. Ia ingin sekali menggenggam tangan Satya begitu erat, menyalurkan rasa rindu yang selama ini terpendam.
"Ra ...."
Ara menoleh setelah mendengar suara Satya yang terdengar begitu getir. Apa laki-laki itu menangis? Bagaimana bisa?
"Loh, kamu nangis ya?" tanya Ara dengan suaranya yang terdengar seperti tidak peduli.
"A-"
"Jadi cowok kok cengeng banget sih? Lemah!" cibir Ara.
"Kamu dari tadi nginjak sepatu aku!" ucap Satya.
Seketika Ara menunduk melihat ke bawah, benar saja ia menginjak sepatu Satya. Dengan cepat ia mengangkat kakinya dan sedikit menggesernya agar tidak menginjak sepatu Satya lagi.
"Ngomong dong dari tadi!"
"Makanya jangan cuek mulu!"
Ara hanya nyengir kuda mendengar Satya menyebutnya cuek. Ia teringat, dulu dirinya begitu dingin dan ketus sebelum mengenal Satya. Tapi cowok yang di depannya kini, berhasil membuatnya cair dan luluh.
"Awww .... Nyebelin banget sih?" Ara mengusap pipinya yang dicubit Satya.
"Ngelamun mulu? Mikirin aku, ya?" Satya mengangkat-ngangkat alisnya.
"Geer!"
"Bilang aja iya!"
"Apaan sih? Sok tahu!"

KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
Fiksi RemajaKanaya semakin yakin ketika Satya mengungkapkan bahwa ia menyukai Kanaya. Hal itu pun membuat Kanaya menyerahkan segala kepercayaannya pada Satya. Tapi, tanpa Kanaya ketahui, Satya hanya menjadikan Kanaya sebagai seseorang untuk menemaninya menunggu...