_________________________________
Lebih baik melihatmu dingin daripada melihatmu baik namun ternyata palsu.
~ Kanaya Larasati ~
🍁🍁
Rasa aneh, senang sekaligus takut semuanya bercampur pada diri Kanaya. Namun wajah Kanaya lebih memperlihatkan bahwa ia merasa tidak tenang, Kanaya tidak tenang karena hujan yang masih belum berhenti sehingga membuat Kanaya harus lebih menunggu lama, ditambah lagi kini Satya duduk di sebelahnya.
Kanaya melihat ke depannya, hujan sudah mulai berhenti walaupun masih gerimis, ia terus melihat ponselnya berharap supirnya sedang di jalan atau sudah mulai sampai. Namun semua itu di luar dugaannya, ponselnya belum memperlihatkan tanda-tanda supirnya akan datang.
Kanaya melihat arloji di tangannya, sudah pukul 17.30, Kanaya semakin khawatir dengan kondisi jalanan yang mulai gelap.
Kanaya masih memperhatikan ponselnya hingga sebuah klakson menghentikan aktivitasnya.
Tin..
Kanaya kaget melihat satya dengan motor ninja hitamnya sudah ada di depan Kanaya.
"Pulang bareng?" tanya Satya pada Kanaya.
"Hah?" Kanaya malah melongo.
"Ada yang jemput gak?" tanya Satya kembali.
"A-" Kanaya baru saja ingin menjawabnya, namun sebuah notif pesan masuk membuat matanya terbelalak kaget.
Pak jono
Non Kanaya, maaf sekarang Pak Jono gak bisa jemput non Kanaya, soalnya istri Pak Jono di kampung sakit, dan mungkin selama seminggu ini Pak Jono gak bisa antar-jemput non Kanaya.Satya melihat raut wajah Kanaya yang berubah.
"Ada yang jemput gak?" tanya Satya kembali.
"Emmm supir aku gak bisa jemput, pulang kampung. Istrinya sakit," jawab Kanaya sambil menundukkan kepalanya.
"Naik!"
Kanaya mengangkat kepalanya melihat Satya dengan tidak percaya.
"Tapi Kak-" belum selesai Kanaya berbicara Satya sudah memotongnya.
"Naik atau gue tinggal?"
Kanaya dengan susah payah menaiki motor Satya dan ia tidak berhasil, motor satya terlalu tinggi sedangkan tubuh Kanaya cukup pendek, sampai akhirnya ia berucap.
"Susah Kak," keluh Kanaya. Tiba-tiba sebuah tangan terulur di hadapan Kanaya, Kanaya melihat tangan itu.
"Butuh bantuan?" tanya Satya sambil tersenyum.
Apa? Seorang Satya Adipati tersenyum?Kanaya tersenyum kemudian ia memegang tangan itu dan Satya juga memegangnya dengan sangat erat agar Kanaya tidak jatuh. Akhirnya Kanaya berhasil menaiki motor itu berkat Satya.
Kanaya bingung harus berpegangan ke mana. Hingga tiba-tiba kedua tangan Kanaya tertarik ke depan, Satya melingkarkan tangan Kanaya di perutnya.
Satya tidak tahu perlakuannya itu membuat jantung Kanaya berpacu 2 kali lebih cepat dari biasanya.
"Takut jatuh," ucap Satya.
"Tapi K-"
"Gak papa, dari pada lo jatuh siapa yang disalahin? Gue!" lanjut Satya setelah memotong ucapan kanaya.
Satya melajukan motornya di atas rata-rata setelah Kanaya memberitahu di mana rumahnya, hingga membuat Kanaya semakin mengeratkan pelukannya.
Selama perjalanan Kanaya hanya memejamkan matanya, karena takut.
"Sampai!"
Ucapan Satya membuat mata Kanaya terbuka sempurna, Kanaya segera melepaskan tangannya dari perut Satya, kemudian ia melihat sekelilingnya dan benar saja ia sudah sampai di rumahnya.
Kanaya bingung untuk turun ia takut jatuh,namun tangan Satya kembali terulur untuk membantu Kanaya, Kanaya menerima uluran itu kemudian turun dari motor Satya.
"Makasih Kak," ucap Kanaya.
"Iya," jawab Satya.
"Kak Satya?" Satya yang hendak melajukan motornya melihat ke arah Kanaya.
"Hati-hati kak," ucap Kanaya, Satya menganggukan kepalanya kemudian pergi dari hadapan Kanaya.
Sampai di rumahnya, Kanaya tidak henti-hentinya tersenyum memikirkan apa yang sebelumnya terjadi. Apa ia bermimpi?
Ia mencubit pipinya, dan..."Aww ... ternyata nyata, aku kira mimpi!" ucap Kanaya sambil mengelus-elus pipinya yang barusan ia cubit.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
Teen FictionKanaya semakin yakin ketika Satya mengungkapkan bahwa ia menyukai Kanaya. Hal itu pun membuat Kanaya menyerahkan segala kepercayaannya pada Satya. Tapi, tanpa Kanaya ketahui, Satya hanya menjadikan Kanaya sebagai seseorang untuk menemaninya menunggu...