Assalamualaikum semuanya...
Alhamdulillah akhirnya bisa update juga.
Ada yang masih nunggu cerita ini? Jangan hapus cerita ini dari perpustakaan kalian ya...
Jangan lupain cerita ini juga😮😮Maaf saya bikin kalian nunggu lama, saya kemarin nuntasin cerita saya yang alhamdulillah sekarang bisa tamat.
Selamat membaca dan semoga suka ....
Typo bertebaran, mohon dimaklumi 😁
Happy Reading :)
_________________________________________
Tidak perlu diucapkan jika janji itu hanya sebagai pemanis kata dan penenang hati!
~ Kanaya Larasati ~
🍁🍁
"Kanaya? Lo gak papa, kan?"
Agatha masuk ke dalam UKS dan menghampiri Kanaya dengan wajah khawatirnya. Kanaya hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Gue gak tahu kalau lo kayak gini, sorry gue gak nemenin lo di UKS."
"Gak papa, Tha. Ini juga udah baikan kok."
"Yaudah, kalau gitu kita pulang ya. Gue anterin," ucap Agatha.
"Gak papa."
Agatha memberikan tas Kanaya dan membantu memapah sahabatnya itu. Kanaya beruntung bisa mempunyai sahabat seperti Agatha. Ia selalu ada untuk Kanaya.
Agatha terus membujuk Kanaya agar pulang bersama, namun Kanaya tetap menolak. Jalan ke rumah Agatha dan rumahnya itu beda arah. Apalagi rumah Agatha cukup jauh dari sekolahnya. Ia tidak mau merepotkan Agatha.
Agatha mengalah, ia memilih untuk menemani Kanaya saja menunggu angkutan umum. Agatha tersenyum jahil saat Gafan muncul dengan motornya.
"Nay, gue kayaknya gak bisa lama-lama deh."
"Kenapa?"
"Kak Gafan udah datang, lo sama dia aja."
Belum sempat Kanaya menjawab, Agatha sudah berlari meninggalkannya. Kanaya hanya bisa mengembuskan napasnya kasar. Gafan berhenti tepat di depan Kanaya membuat Kanaya tersenyum ramah.
"Mau pulang bareng?"
"Gak papa, Kak, aku naik angkutan umum aja."
"Lo lagi sakit, Nay."
Kanaya hanya diam, bukan apa-apa ia menolak ajakan Gafan. Ia hanya ragu karena tidak jauh dari tempatnya, Satya berdiri memperhatikan keduanya. Kanaya bisa mengerti perasaan Satya. Ia tidak mungkin pulang bersama cowok lain, sedangkan ia dengan Satya baru putus.
Perasaan mengerti Kanaya akan Satya seketika hilang, saat Ara datang dan merangkul lengan Satya erat. Tidak ada pilihan lain, Kanaya langsung saja naik ke atas motor Gafan. Kanaya tidak ingin menambah sakitnya.
Jika hubungannya sudah berakhir, seharusnya rasa sakit itupun juga harus berhenti. Tapi kenapa Kanaya sangat sulit untuk menolak rasa sakit itu?
Ingat, Nay. Kak Ara lebih berhak milikin Kak Satya dari pada kamu, batin Kanaya.
***
Satya menatap kepergian Kanaya dengan Gafan, tepat setelah Ara datang dan merangkulnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
Fiksi RemajaKanaya semakin yakin ketika Satya mengungkapkan bahwa ia menyukai Kanaya. Hal itu pun membuat Kanaya menyerahkan segala kepercayaannya pada Satya. Tapi, tanpa Kanaya ketahui, Satya hanya menjadikan Kanaya sebagai seseorang untuk menemaninya menunggu...