Assalamualaikum semuanya...
Marhaban ya Ramadhan, selamat berpuasa bagi yang menunaikan 😊 Tetap semangat ya, jangan ngeluh, pokoknya kalian harus tetap semangat okeh...Ohh iya, pemberitahuan juga. Buat 2 minggu ke depan saya gak bisa update, di sekolah lagi ujian, lagi PAT/UKK. Jadi, harus fokus belajar 😁😀
Maaf yaaaa...
Yaudah, selamat membaca dan semoga kalian suka 🙏🙏
Happy Reading :)
***
Apa gue berhak ngambil hati lo sedangkan dia yang selama ini lo tangisi berharap lebih sama lo?
~ Gafan Arvano ~
🍁🍁
"Terima kasih buat semuanya." Kanaya melepaskan pelukannya.
"Kita udah gak break lagi, Kak." Kanaya tersenyum begitu tulus.
"Gue janji gak bakal deket sama Ara lagi, gue-"
"Gak perlu, Kak, kita berhenti break bukan berarti kembali seperti dulu. Tapi seperti awal dari sebelum semuanya terjadi."
"Awal?"
Kanaya memaksakan senyumnya, meski sekarang ia justru ingin menangis sekencang-kencangnya, terlalu berat untuk Kanaya mengatakan semuanya. Kanaya memundurkan langkahnya sedikit lalu menatap lekat Satya.
Satya mendekat namun Kanaya segera mengangkat tangannya, intruksi bahwa Satya lebih baik diam saja. Satya menurut, ia memilih Kanaya untuk mengatakan maksudnya tadi.
"Seperti awal mungkin akan lebih baik. Di mana aku belum tahu Kak Satya, di mana kita belum saling mengenal satu sama lain. Saat Kak Satya masih menunggu Kak Ara untuk kembali, tanpa hadirnya aku yang hanya akan merasakan sakitnya."
"Nay, maksud lo ki-"
"Iya, Kak, kita putus. Aku udah gak bisa pertahanin semuanya. Sekarang Kak Satya tinggal perjuangkan orang yang mau memperjuangkan Kak Satya."
"Ara? Dia maksud lo, Nay? Gue udah gak ada rasa apa-apa sama dia, Nay!"
Kanaya mengalihkan tatapannya dari Satya, mencoba menyembunyikan air matanya yang sudah ingin keluar. Kanaya menahan rasa pusing yang tiba-tiba saja menyerang kepalanya. Kanaya harus menyelesaikan semuanya terlebih dahulu, biarlah rasa pusing itu menyerangnya.
"Makasih untuk semuanya, Kak."
Kanaya membalikkan tubuhnya, berjalan meninggalkan Satya sendiri di lapang. Kanaya memegang kepalanya yang semakin terasa sakit, Kanaya memegang pagar pinggir lapangan, mencoba menahan tubuhnya agar tidak terjatuh.
Hal itu mengundang perhatian Satya dan Gafan yang tak jauh dari sana. Gafan tahu Kanaya sakit, dan cewek itu pasti belum minum obat. Gafan berlari ke arah Kanaya yang sudah mulai terkulai lemas di sana. Satya sudah terlebih dahulu menahan tubuh Kanaya, tapi sayang. Kanaya yang masih sadar, mencoba menolaknya.
Gafan langsung mengambil alih tubuh Kanaya dari pangkuan Satya membuat Satya diam bergeming menatap Gafan yang membawa Kanaya ke UKS.

KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
Novela JuvenilKanaya semakin yakin ketika Satya mengungkapkan bahwa ia menyukai Kanaya. Hal itu pun membuat Kanaya menyerahkan segala kepercayaannya pada Satya. Tapi, tanpa Kanaya ketahui, Satya hanya menjadikan Kanaya sebagai seseorang untuk menemaninya menunggu...