________________________________________
Apa boleh gue tarik kembali kata kata gue untuk gak ada lagi pertemuan antara gue dan lo, setelah gue melihat senyuman tulus lo?
~ Satya Adipati ~
🍁🍁
Teeettttt...
Kanaya mendengar bel pulang sudah berbunyi dari 5 menit yang lalu, namun entah mengapa gurunya belum juga mengakhiri pelajarannya, Kanaya sudah bosan ingin segera pulang, Kanaya mengangkat tangannya.
"Pak?" panggil Kanaya dengan sopan.
"Iya, ada apa Kanaya?" tanya guru itu.
"Sebelumnya saya minta maaf pak, bukannya saya lancang. Tapi, bel pulang sudah berbunyi dari tadi, bukankah jika bel berbunyi, maka pelajaran pun harus diakhiri juga?" tanya Kanaya dengan hati-hati dan sambil tersenyum, membuat guru itu merasa tersentuh dengan ucapan Kanaya yang lembut.
"Baiklah, anak-anak pelajarannya saya cukupkan sampai di sini. Dan kamu Kanaya, terima kasih sudah memberitahu saya, mungkin jika kamu tidak memberitahunya, saya akan terus melanjutkan pelajarannya." ucap guru itu sambil tersenyum pada Kanaya
"Baiklah anak anak kalian silahkan pulang, hati-hati di jalan ya. Sampai ketemu lagi," ucap guru itu sambil berlalu.
***
Satya masih belum keluar dari kelasnya, padahal bel sudah berbunyi dan semua murid juga sudah pulang, kecuali dirinya dan orang orang yang mengikuti ekskul basket, dan mungkin orang yang masih menunggu jemputannya.
Karena bosan, akhirnya Satya memutuskan untuk pulang, ia mengeluarkan jaket hitamnya dari tas, kemudian ia sampirkan di bahunya. Satya berjalan menuju parkiran di mana ia menyimpan motor ninja hitamnya.
Ia melihat motornya, dengan segera ia mendekati motornya dan menaiki motor itu. Satya memakai jaket hitamnya, kemudian menjalankan motornya.
Satya menjalankan motornya dengan kecepatan sedang, Satya mengalihkan pandangannya ke langit, langit terlihat mendung, mungkin sebentar lagi hujan.
Benar saja setelah itu hujan turun dengan sangat deras, Satya menepikan motornya di halte bus.
Setelah membuka dan menyimpan helmnya, Satya duduk di tempat yang sudah disediakan di sana. Satya seperti melihat seorang perempuan, dan wajahnya tak asing. Ya, dia perempuan yang tadi pagi menjaganya saat dihukum.Satya melihat perempuan itu seperti sedang kebingungan, ia terus mengecek ponselnya kemudian melihat ke sana kemari, dan seterusnya seperti itu. Wajahnya tampak gelisah dan tubuhnya ... sepertinya ia kedinginan.
Satya melihat perempuan itu dengan wajahnya yang datar, seperti tidak peduli, namun jauh di lubuk hatinya ia ingin sekali mendekatinya, namun gengsinya lebih tinggi. Hujan semakin deras, dan orang-orang sudah mulai pergi. Di halte tersebut hanya menyisakan Satya dan perempuan itu, sampai akhirnya Satya memutuskan untuk mendekati perempuan tadi dan melepaskan jaketnya.
***
Kanaya masih menunggu supirnya untuk menjemput, ia menunggunya di halte bus.
Kanaya melihat ke atas langit yang terlihat mendung, Kanaya berpikir bahwa sepertinya sebentar lagi hujan akan turun. Dan benar saja, hujan turun dengan derasnya.
"Aduuhh, Pak Jono mana sih kok belum datang juga?" gumamnya sambil melihat ke arah jalanan.
Kanaya terus melihat ponselnya, sekarang sudah pukul 16.55 dan supirnya belum menjemputnya juga. Kanaya khawatir, ditambah melihat orang-orang di halte bus sudah pulang.
"Aduuhh, angkot juga mana sih kok gak ada yang datang ya? Apa mungkin karena hujan? Mana dingin lagi." Kanaya terus mencari ke arah jalan siapa tau ada angkot, namun hasilnya nihil, kondisi jalanan saat ini sepi, dan hanya ada beberapa kendaraan yang lewat.
Kanaya terus meremas rok abunya, kemudian menggosok-gosokan tangannya, berharap itu akan membuatnya hangat.
Namun, tiba-tiba ia merasakan dinginnya sedikit berkurang, ternyata seseorang memberikan sebuah jaket kepada Kanaya dan memakaikannya di bahu Kanaya.
Kanaya melihat siapa yang sudah memberikan jaketnya padanya, Kanaya merasakan jantungnya berhenti berdetak ternyata orang itu Satya, orang yang dihukum tadi pagi dan mengharuskan Kanaya untuk menjaganya.
"Kak ... Kak Satya?" tanya Kanaya dengan gugup.
Satya masih menunjukan wajah datarnya, dan itu membuat Kanaya merasa tidak nyaman, ia membuka kembali jaket Satya dan memberikannya.
"I-ini k-kak, g-gak usah, na-nanti K-kak Satya ke-kedinginan," ucap kanaya dengan gugup sambil menyodorkan jaket itu.
"Pake!" singkat, jelas, padat. Itu jawaban Satya pada Kanaya, dan membuat Kanaya menarik dan memakai kembali jaket itu. Kanaya hanya tersenyum tipis, melihat perlakuan Satya saat ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
KANAYA
Teen FictionKanaya semakin yakin ketika Satya mengungkapkan bahwa ia menyukai Kanaya. Hal itu pun membuat Kanaya menyerahkan segala kepercayaannya pada Satya. Tapi, tanpa Kanaya ketahui, Satya hanya menjadikan Kanaya sebagai seseorang untuk menemaninya menunggu...