KANAYA || PART 34

3.6K 126 29
                                    

Typo bertebaran, mohon dimaklum🙏🙏

Happy Reading :)

_________________________________

Kalau lo udah ngerasa gak kuat dan semakin ngerasa beda lagi sama semuanya, lo bisa berhenti. Lo punya hak untuk itu. Karena pada dasarnya, perasaan emang gak bisa dipaksakan, kan?

~ Agatha Sheryta ~

🍁🍁

"Makasih, Kak." Kanaya berniat memberikan helm pada Satya, namun cowok itu malah menarik kedua tangannya dan merengkuh tubuh Kanaya. Satya memeluknya.

Suasana parkiran yang cukup ramai, membuat Kanaya menahan napasnya. Ia merasakan gugup yang luar biasa, semua orang melihat mereka dengan takjub. Kanaya tidak tahu apa yang tengah dilakukan Satya. Kenapa Satya memeluknya?

"Jangan pergi lagi ..." lirih Satya yang perlahan menguraikan pelukan mereka.

Satya menatap Kanaya dengan lekat, membuat Kanaya semakin bingung.

"Kak Satya ... kenapa? Kok tiba-tiba ngomong--"

"Gue gak mau lagi kehilangan lo," ungkap Satya, memotong kalimat Kanaya yang belum selesai terucap.

Jantung Kanaya berpacu cepat. Ia tidak bisa berpikir dengan jernih, meskipun begitu ia tetap memberanikan diri untuk menatap Satya. Ia benar-benar merasakan gugup yang luar biasa dengan situasinya.

Mata Kanaya berkedip, bersamaan dengan kepalanya yang perlahan menunduk. Sebenarnya, ia tidak perlu menjawab masalah ia meninggalkan atau tidak akan meninggalkan Satya. Tapi, seharusnya Satya sendiri berpikir. Bukankah ia yang lebih dahulu meninggalkan Kanaya? Yang harus Kanaya khawatirkan, apakah Satya tidak akan meninggalkannya kembali?

"Nay ...."

Kanaya mengangkat kepalanya, lantas tersenyum manis saat cowok di depannya hanya diam menatapnya lirih. Tangan mungil Kanaya mengambil tangan Satya dan menggenggamnya. Kakinya berjalan dan membawa Satya pergi dari sana, ia berusaha untuk terlihat tenang meskipun ia gugup. Semua orang semakin takjub dan berbisik histeris saat melihat Kanaya yang menggenggam tangan Satya.

Satya menunduk, melihat tangannya yang tengah digenggam oleh Kanaya. Kedua sudut bibirnya terangkat, dan ia merasakan bahagia yang luar bisa.

"Apa ini tandanya lo gak bakal ninggalin gue lagi, Nay?" gumam Satya dengan senyuman yang tidak pernah hilang dari bibirnya.

Satya mengatakannya tepat saat Kanaya sudah sampai di depan kelas Satya. Kanaya memang memilih untuk mengantarkan Satya dari pada harus ke kelasnya terlebih dahulu.

"Udah sampai," kata Kanaya sambil melepaskan tangan Satya dari genggamannya, namun Satya menahannya.

"Nay," panggil Satya, "lo gak bakal ninggalin gue lagi, kan?"

Senyuman Kanaya sempat surut sejenak, namun kembali terbit agar ia terlihat baik-baik saja di depan Satya. Ia tidak ingin membuat Satya khawatir.

"Mending sekarang Kak Satya masuk kelas, ya?" Kanaya melepaskan tangan Satya perlahan meskipun Satya berusaha agar ia tidak melepaskannya.

"Kenapa? Bel masuk masih sepuluh menit lagi, kok."

Kanaya hanya tersenyum. "Aku harus ke kelas, Kak."

Satya mengerucutkan bibirnya seperti anak kecil. "Lo mau ninggalin gue, ya?" tebak Satya dengan wajah penasaran.

Kanaya menggelengkan kepalanya. "Aku ada tugas yang belum selesai, piket juga."

KANAYA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang