FACHRI ALVARO

53 4 0
                                    

"Woy bro, kemana aja loe baru kelihatan?" tanya Doni. Sahabat sewaktu kuliah sekaligus asisten pribadi. Dia adalah Doni Pramudita. Cowok dengan segudang mantan itu sebutan yang pantas mendeskripsikan tentang Doni. Doni memang tidak setampan Fachri tapi kalau urusan cewek doni yang lebih ahli

"Bersemedi di kutub utara" jawab fachri

"Pantesan dateng-dateng kisut gitu kalah muka nini-nini" canda Doni

"Oh, jadi sekarang sudah berani ngatain bosnya. Dipotong gaji baru tau rasa" ancam Fachri

"Ya sorry, lagian loe keliatan tidak bersemangat. Ada apa bro? ceritalah ke gue"

Fachri menceritakan tentang kekacauan yang ada di dirinya. Semalem mami dan papi bilang akan menjodohkannya dengan anaknya teman ayah. Dan bodohnya Fachri tidak menolak. Toh dirinya sekarang jomblo. Nanti malam fachri dan keluarganya akan makan malam ke rumah calon istrinya.

"Loe serius mau di jodohin. Trus loe dah tahu seperti apa calon istri loe?" tanya doni penasaran

"Gue cuman tahu dari mami Namanya Anastasya Ferdinan dan dia masih SMA" jawab Fachri

"Gila loe mau nikah sama bocah yang masih SMA. frustasi loe gara-gara di selingkuhin sama Gita sampai-sampai loe mau nikah sama bocah" ucap Doni tak percaya

"Berhenti menyebut nama gita di sini" gertak fachri kesal

"Slow bro, yaudah gue mau ngajakin makan siang. Itung-itung loe teraktir gue karena loe mau nikah"

"Kadal burik, loe yang ngajak gue makan. ujung-ujungnya gue yang bayar dasar pelit" alasan yang tidak buruk tapi selalu saja sukses buat dompet Fachri ludes isinya.

Doni dan fachri bersahabat sejak kuliah. Bukan hanya dia saja teman fachri di kampus. fachri juga mempunyai sahabat Bayu, Sandy dan Doni. Hanya doni yang tertinggal. Bayu melanjutkan bisnis keluarganya di Amerika, sedangkan Sandy sudah menikah tahun lalu dengan pacarnya dan menetap di Inggris.

Suara musik mengalun dengan jelas di telinga Doni dan fachri. Suara yang berasal dari handphone milik Fachri. (Mami CALLING) fachri langsung mengeser tombol hijau pada layar pertanda terima panggilan.

"Assalamualaikum bu, ada apa"

"..........."

"iya nanti malam fachri usahakan pulang lebih awal"

".........."

"ini mau makan siang sama Doni, ibu juga hati-hati nyetirnya. sampai ketemu dirumah. Assalamualaikum"

"......"

Panggilan berakhir. Dengan sigap Doni langsung meraih hp yang masih berada di tangan fachri. Dia mengancam tidak mengembalikan hp itu jika belom di traktir makan siang. kelakuan sahabanya ini sungguh diluar kata dewasa. Kelakuannya melebihi bocah yang minta di belikan permen. Mau tidak mau fachri menuruti keinginan Doni.

Jalanan ibukota saat jam pulang kerja sangat padat. Pajero sport milik Fachri berada di tengah kemacetan. Jam sudah menunjukan pukul 19:30, Fachri terlambat makan malam. Semua sudah berkumpul di meja makan. setelah menyalimi kedua orang tua, fachri menyalami om Ferdian dan tante Alea. Mataku tertuju pada gadis yang duduk di samping tante Alea. Apakah dia Calon istriku.

Wajahnya sangat manis. Mata coklatnya membuat siapa pun menatapnya akan merasa tenang. Tatapanku tidak henti-hentinya menatap Anastasya. Jadi ini calon istriku, kalau seperti ini fachri tidak menolak. "Ehemmm.." deheman itu sukses membuatku tersendak saat sedang meneguk minuman

"Jadi bagaimana, kapan pernikahan kalian akan dilakukan?" tanya om Ferdinan

"Fachri terserah Tasya aja" ucapku

"Jika kalian tanya ica, tentu ica akan jawab ica tidak ingin menikah" gadis yang sedari tadi diam akhirnya mengeluarkan pendapatnya. Sedikit tapi sungguh membuat semua bungkam termasuk fachri.

"Baiklah gimana kalau daddy dan om Alan yang menentukan kapan pernikahan kalian. Dan pernikahan kalian akan diadakan 2 minggu lagi. Kebetulan Ica libur panjang setelah kenaikan kelas" Ucap daddy

"Saya setuju ferdi dengan keputusanmu. Minggu ini acara lamarannya. Papi nggak sabar dapet mantu cantik" seru Alan

"Apa lagi mami, udah kepengen cepet nimang cucu" lanjut celin

"Tidak mi, Ica kan masih sekolah. Fachri tidak ingin menjadikan pernikahan ini menjadi beban untuk ica melanjutkan sekolahnya" 

Acara makan malam berjalan lancar. Istri kecilku. Upss aku sudah mengklaim bahwa ica adalah istriku. Dalam dua minggu ini dia akan resmi menjadi istriku. entah mengapa aku merasa sepertinya Ica tidak menyukai perjodohan ini. Terlihat dari tatapan kosongnya ketika sedang diajak bicara mengenai pernikahan.

Dua minggu bukan waktu yang lama untuk mempersiapkan pernikahan. Beruntung  mami, papi, om ferdi dan tante Alea ikut campur membantu kami. Mulai dari undangan, catring, gaun dan jas sampai pelaminan. Mereka sangat antusias menyambut pesta pernikahanku denga Ica. Jam makan siang saja aku dipaksa untuk mengunjungi salah satu butik untuk fitting baju. Terpaksa aku membatalkan semua meeting hari ini.

Tante Alea meminta aku menjemput Ica di sekolah sebelum ke butik supaya kami datang bersama. Setibanya Aku di sekolah SMA Harapan, banyak siswa/siswi berhamburan keluar sekolah untuk pulang. Pajero sport kesayanganku berhenti tepat di depan gadis kecil yang sedang berdiri di depan gerbang sekolah dengan pakaian yang masih lengkap yang mencirikan dia adalah murid SMA.

"Loe nggak perlu repot-repot jemput gue. Gue bisa berangkat sendiri kesana" keluh Ica saat sudah berada di dalam mobil

"Kalau bukan nyokap loe yang minta ogah gue juga. Jadi berhentilah menyalahkan gue" balasku

"Lagian gue heran kenapa juga loe mau terima perjodohan ini. Kalau saja loe tolak, dengan senang hati gue juga akan nolak. Tapi ini malah kebalikan. Segitu nggak lakunya kah kita sampe harus dijodohin" ica terus saja mengomel. Saat sedang marah saja wajahnya cantik apa lagi kalau dia tertawa. "Oh Tuhan sepertinya aku mulai menyukai gadis kecil ini" ucapku dalam hati

"Percuma loe tanyain itu sekarang. setuju atau tidaknya orang tua kita akan menikahkan kita. Sudah, gue nggak mau berdebat panjang. Soalnya selesai dari butik gue ada meeting penting dan loe balik sama nyokap loe" Ucapku yang sesekali melirik ke arah ica dan tetap fokus dengan jalanan

Setibanya di butik. Kami disambut hangat oleh karyawan butik. Tante alea dan mami melambaikan tangan kepada kami. fachri dan ica langsung menghampiri kedua ibunya. "Lama sekali sayang kalian sampainya?" tanya tante alea

"iya tan, tadi jalanan agak macet" ucapku

"Panggil Bunda saja sama seperti Ica memanggil bunda. sebentar lagi kan Fachri jadi anak bunda"Ucap tante alea

"Iya tan, eh maksudnya bunda" jawabku

"Bunda, apa ini tidak berlebihan. bukankah pernikahan nanti hanya dihadiri keluarga saja. jadi, untuk apa semua ini bunda" ucap gadis disampingku

"Setidaknya pernikahan butuh gaun kan. Sudah cepat fitting gaun kalian setelah ini kita akan ke bu Ida catring " ucap bunda

LOVE IS YOU (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang