Dua Minggu sudah Fachri berada di Singapura, dan selama itu juga dia tak membalas pesanku. Sedang apa dia, sesibuk itukah suamiku hingga membalas pesanku saja tidak ada waktu.
Ica terisak menatapi benda pipih dihadapannya. Pesannya dari beberapa hari lalu belum juga di baca. Kemana dia? Apa dia selingkuh? Begitulah pemikiran Ica saat ini.
"Sya, makan dong. Kasian tuh bakso loe aduk-aduk terus" bujuk Selfia
"Iya ca, loe harus makan. Liat tuh muka loe udah pucat banget" ucap Bela
"Astagfirullah ca, kita kan minta loe makan bukannya nangis. Udah dong sedihnya. Positif thinking aja kalo dia lagi sibuk" Bela dan yang lain panik melihat Ica menangis tersedu-sedu
"Gue... Gue... Gue kangen dia" ucap Ica disela tangisnya
"Kita tau loe Kangen berat ma suami loe. Tapi kasian orang yang sayang sama loe. Kita sedih lihat loe kayak gini terus" Cici angkat bersuara
"Cici benar, loe makan ya. Atau loe mau makan apa biar gue pesenin" kata Selfia
"Gue nggak laper, gue ke kelas duluan ya" pamit Ica
Setibanya di dalam kelas, Ica langsung menenggelamkan wajahnya di atas meja dengan kedua tangan sebagai bantalnya. Berhubung ini jam istirahat, tak banyak siswa yang ada di kelas. Hanya ada Hilda si kutu Buku yang hobinya menyendiri.
"Siang tuan putri, kok nggak ke kantin" suara itu tidak asing di telinga Ica. Namun tetap Ica enggan mengangkat kepalanya
"Kamu sakit honey?" Terdengar nada khawatir dari laki-laki itu
Kesal dengan pertanyaan yang bertubi-tubi akhirnya Ica menjawab dengan singkat dan sedikit ketus
"Sudah berapa kali gue bilang. Berhenti ganggu hidup gue. Kapan sih loe ngerti kalo gue ini udah ..... nikah" kata terakhir sedikit di jeda namun cukup jelas untuk di dengar
"Sampai ada bukti kalo loe udah nikah" jawab lelaki itu
"Rendy stop, okey gue akan buktiin kalo gue udah" belum selesai melanjutkan ucapannya tiba-tiba Ica sudah tidak sadarkan diri
Karena panik, Rendy langsung menggotong Ica menuju mobilnya dan membawa Ica ke rumah sakit terdekat. Rendy mengabaikan panggilan satpam, pikirannya tertuju pada Ica.
Rendy menghubungi Bela, karena hanya itu yang ia temukan di kontaknya saat ini. Rendy dan bela adalah sepupu. Tak banyak yang tahu, bahkan sahabat saja tidak ia beritahukan.
"Hallo bel, ke rumah sakit sekarang. Ica pingsan"
"Apa? Kirim alamatnya. Kita segera ke sana" panggilan berakhir
"Siapa bel?" Tanya Cici
"Rendy, dia bilang Ica pingsan. Ayo kita ke rumah sakit" jawab bela
"Kok bisa, maksud gue kok Rendy bisa hubungi loe"
"Gue sama Rendy sepupu. Udah ayo ambil tas kalian, sekalian tas gue dan Ica di kelas. Gue minta ijin dulu ke guru piket"
bela pergi menuju guru piket sedangkan Selfia dan Cici berlari menuju kelas. Berhubung setelah ini jam terakhir makanya mereka di ijinkan untuk tidak masuk kelas.
"Loe pada tahu nomor suami atau mertuanya?" Tanya Selfia
"Gue cuman punya nomor bunda. Gue telpon bunda aja deh biar dia yang hubungi mereka" jawab bela
Ruangan serba putih dengan bau obatan di mana-mana. Terlihat sosok laki-laki tengah berdiri melihat ke arah ruangan.
"Rendy, gimana keadaan Ica?" Tanya bela
"Dokter sedang menanganinya" Jawab Rendy singkat
"Bandel sih loe sya, udah gue suruh makan masih aja kagak mau"gerutu Selfia
"Sel, kondisiin suara loe. Ini rumah sakit. Suara cempreng loe bisa ganggu semua pasien di sini" Cici memperingati Selfia
"Ups sorry, abis gue kesel sama tuh anak. Tau sendiri kalo dia sakit bisa lama sembuhnya' ucap Selfia
Tidak lama kemudian ruangan itu terbuka. Keluarlah dokter dan suster yang menangani Ica tadi.
"Dok, gimana kondisi sahabat kita" tanya Cici
"Ibu dan bayinya aman. Dia hanya mengalami stress dan kurang asupan makanan makanya itu yang menyebabkan ia tidak sadarkan diri. Kehamilan di usia muda bisa membahayakan kondisi baik ibu maupun janin. Apalagi usia kandungan nya yang baru memasuki 2 minggu" jelas dokter Imanuel
"Apa dok, Ica hamil?" Tanya Selfia memastikan
"Ya, dimana suaminya?" Kali ini dokter yang bertanya
"Suaminya sedang ada pekerjaan di luar negeri. Sebentar lagi keluarganya Dateng kok dok" jawab bela
"Baiklah kalau gitu saya permisi" pamit dokter
Cici dan Selfia langsung memasuki ruangan rawat Ica. Sedangkan bela menemani Rendy yang masih duduk diam di kursi.
"Jadi, dia benar. Kenapa gue bodoh" ucap Rendy frustasi sambil mengacak rambutnya sendiri
"Dia sudah menikah setahun yang lalu. Dia di jodohkan oleh teman baiknya Dady Ica. Kedua orang tuanya menikahkan mereka karena khawatir meninggalkan Ica sendirian di Indonesia. Ica yang dulunya masih mencintai Rangga terpaksa mengabulkan keinginan orang tuanya dan merekalah cintanya. Awalnya pernikahan mereka tidak ada kata baik. Mereka terus bertengkar sampai akhirnya mereka jatuh cinta. Cinta yang halal untuk mereka" Bela menceritakan semua kepada Rendy
"Gue sayang sama dia bel, dia perempuan yang bisa buat gue jatuh cinta lagi" ucap Rendy
"Gue tau, tapi gue harap loe bisa mengikhlaskan Ica. Dia bukan milik loe. Dia sudah menikah Rendy" ucap bela
"Gue akan coba. Tapi gue akan rebut Ica dari suaminya kalau sampai dia nyakitin Ica. Gue janji" ucap Rendy dan pergi berlalu meninggalkan bela yang masih menatapi kepergian dirinya
"Gue harap Ica nggak mengalami apa yang loe bilang Rendy, kalo sampai itu terjadi bukan loe yang bertindak tapi gue duluan. Udah cukup Ica tersakiti karena Rangga. Gue nggak akan biarin Fachri nyakitin dia. Ica sahabat gue." Batin bela
Satu jam kemudian. Dengan terburu-buru mamih masuk ke ruangan Ica. Dia langsung memeluk menantu kesayangannya itu.
"Mih, tolong lepasin. Ica susah nafas jadinya" ucap Ica
"Maaf, mami khawatir tadi Bundaku telpon katanya temanmu kasih tau kalau kamu masuk rumah sakit. Dia langsung pesan tiket pesawat malam ini juga" ucap mamih
"Dasar bunda, kalo anaknya masuk rumah sakit baru mau pulang. Kemaren-kemaren Ica minta mereka pulang bilangnya sibuk lah, tunggu waktu liburan lah" omel Ica
"Hus, nggak baik bilang gitu. Astagfirullah mami sampai lupa kasih tau suamiku dan anak nakal itu" ucap mamih
"Mih, jangan kasih tau mereka ya"
"Tapi sayang suamimu harus...."
"Please mih" Ica memohon
"Baiklah. Sekarang kamu makan dan minum obat. Biar cepat sembuh. Kalo dokter ijinin pulang. Pokoknya kamu tinggal di rumah mami. Tidak ada bantahan"
"mamih emang tak terbantahkan sama kayak bunda" ucap Ica memanyunkan bibirnya
"Teman-temanmu pada kemana?" Tanya mamih
"Baru aja Ica usir pulang. Abisan kesini masih Pake seragam"
"Dasar kamu ini. Dokter bilang apa?"
"Aku hanya kelelahan mih dan mag ku kambuh" Ica berbohong
"Oh"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS YOU (Tahap Revisi)
RomanceIkhlaskan aku bahagia bersamanya seperti halnya aku mengikhlaskan kamu untuk bahagia bersama dia. Aku mencintaimu tapi aku tidak bisa memilikimu.