Duka

28 2 0
                                    

"Bi, gimana keadaan ica?" tanya fachri yang baru saja tiba di jakarta. Mendapat kabar jika ica sakit, Fahri meninggalkan rapatnya dan kembali ke jakarta secepat mungkin. Beruntung keluarganya memiliki pesawat pribadi. 

"Mah, Ica kenapa?" Tanya fachri kepada ibunya. Sang ibu bukannya menjawab tapi terus menangis dalam dekapan Alvaro sang ayah.

"Temui anak gadis papa, dia membutuhkanmu sekarang" ucap Alvaro

"Gimana kata dokter pa? mama kenapa nangis?"tanya fachri melihat ada yang ganjil. Mengapa mamanya nangis sehisteris itu ketika fachri menanyakan keadaan ica

"Ica keguguran, dan kondisinya masih belum sadarkan diri setelah operasi"

Tubuh fachri serasa tang memiliki tulang. Tubuhnya langsung terjatuh mendengar kabar bahwa ica keguguran. Buah hatinya bersama ica sudah tiada. "Maafkan Ayah nak, Ayah tidak bisa menjagamu dan bunda. Maafkan ayah" 

Entah berapa banyak air mata yang fachri keluarkan. Dia menyesali karena lalai menjaga orang yang paling ia sayang. Fachri lemah tak berdaya dalam pelukan ibunya. Fachri merasa gagal menjadi ayah dan sekaligus suami. 

Awal kehamilan dokter pernah mengingatkan untuk menjaga titipan Allah sebaik mungkin dikarenakan kandungan ica yang sangat lemah. Usia ica masih sangat muda untuk menjadi seorang ibu. Ditambah lagi tubuh kecilnya mengandung 2 janin. Apa yang ditakutkan terjadi. Buah hati yang ditunggu telah tiada. 

Fachri sadar bahwa saat ini bukan hanya dia yang terpuruk, Ica... Ya dia pasti yang paling hancur daripada kami. "Temui ica nak,  Ica sangat membutuhkan kamu. Pergilah nak" ucap Alvaro

Saat memasuki ruangan, orang yang pertama fachri lihat adalah sosok wanita yang terbaring lemah di atas bangkar rumah sakit. Lagi-lagi air lolos dari matanya. Di ciumi mulai dari kedua mata ica sampai terakhir di bibir ica. "Maafin aku ca, maafin ayah twins" suara itu begitu lirih terdengar. Perlahan kesadaran ica kembali.

"Mas kapan dateng? Tunggu aku kok bisa di sini. Bukannya tadi aku di rumah ya" pertanyaan bertubi-tubi dari ica

Fachri menghapus kasar air mata yang hampir saja lolos. Dikecupnya bibir ica. "Maaf" hanya itu yang keluar dari mulut fachri

"Maaf untuk apa?" tanya ica bingung

"Maafin aku yang gagal menjaga kalian" ucap fachri dengan air mata yang tak terbendung sambil memeluk ica

"Gagal menjaga kalian, maksud mas fachri apa sih? ica nggak ngerti"

"Tuhan mengambil anak kita kembali. Maafin aku yang lalai menjaga kalian. Maafin ayah, ayah gagal menjaga kalian agar lahir ke dunia. Maaf" tangis histeris fachri mencium berkali-kali kening, bibir dan perut ica.

Ica meraba perutnya dan mengangkat sedikit. ada bekas jahitan dan sebuah perban. Astagfirullah ica keguguran. Tangis ica pecah melihat kondisi bekas jahitan itu. Tubuhnya kembali tak sadarkan diri.

Sudah beberapa hari dirawat, akhirnya dokter memperbolehkan ica pulang. Kondisi fisik mungkin terlihat baik, tapi batin sangat terpukul. Proses pemakaman kedua janinnya pun ica tidak menghadirinya. Hanya ica yang tidak  tahu kapan dan dimana keduanya dimakamkan. Bunda dan daddy langsung ke jakarta setelah diberitahu bahwa ica keguguran.

Pandangan ica terlihat kosong. kedua orang tua kami sudah berusaha mengembalikan senyum ica namun gagal. 

"Sayang makan ya. Kamu harus makan supaya sehat kembali" bujuk bunda. Lagi-lagi ica hanya diam dengan pandangan kosong.

"Ica nggak boleh gini terus, Bunda sedih liat ica seperti ini. Cucu bunda juga pasti sedih lihat ibunya seperti ini" 

"Gimana bun, ica sudah mau makan" tanya fachri yang baru saja masuk

"Seperti yang kamu lihat nak." bunda meletakan mangkuk yang berisi bubur di meja samping ica berbaring

"Sampai kapan kamu seperti ini terus. Lihat semua orang menghawatirkan kamu termasuk aku. Kamu makan ya. please." ucap fachri. Tak ada jawaban dari ica. Ica hanya menenggelamkan tubuhnya dibalik selimut.

Berbagai usaha telah dilakukan untuk membujuk ica makan dan minum obat. Hanya satu orang yang berhasil membuatnya mau makan walaupun hanya beberapa sendok. Tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali.  Orang yang berhasil membujuk ica yaitu Daddy nya.

Sekembalinya dari rumah sakit, semua sepakat untuk sementara waktu ica dan fachri tinggal di rumah keluarga ica. Pagi hari saat semua pada sarapan, Ica sudah rapi dengan atribut sekolahnya. 

"Kamu mau ke sekolah sayang?" tanya bunda yang dijawab  anggukan kepala oleh ica.

"Tapi kamu memangnya sudah sehat?" Kali ini daddy yang bertanya

"beberapa hari lagi ujian. ica harus sekolah" jawab ica dan kali ini mereka yang menjawab dengan anggukan

"Aku antar kamu ke sekolah." ucap fachri

"Iya" jawab ica

Seminggu lebih ica tidak masuk sekolah. Sekolah membuatnya semakin sesak mengingat kejadian terakhir sebelum ica masuk rumah sakit dan harus kehilangan 2 calon bayinya. 

"Wah Tasya Loe kemana aja seminggu ngilang?" Tanya dodi Ketua kelas XII IPA 1 

"Bersemedi gue, Dodi boleh minta tolong?" jawab ica

"Apa sih yang nggak buat kamu bebz" ucap dodi

"Boleh nggak kita tukeran tempat duduk. Soalnya gue lagi pengen di depan" tutur ica

"Oh, Tumben banget sih kenapa nggak dari dulu sih bebz. Kan dodi bersedia duduk di samping Bela. Apalagi dodi sangat bersedia duduk berdua dipelaminan sama kamu bel"  ucapan Dodi mendapat sorakan satu kelas.

Jangan pikir Ica sudah memaafkan dan melupakan kejadian seminggu lalu. Kejadian yang menyakitkan. Kenyataan bahwa bela orang yang membuat hubungannya dan Rangga kandas begitu saja. 

"Ca, gue...." ucap Bela. 

Tiba-tiba Ica sudah berdiri dan memanggil Aisya "Aisya, Loe mau ke kantin ya. Boleh bareng enggak?" aisya nampak bingung namun pada akhirnya hanya mengangguk. Ica pun berjalan meninggalkan bela yang masih mematung di depannya.

 "Kalian ada masalah?" tanya Aisya

"Cuman masalah kecil, Yuk kita ke kantin." ajak ica

"Kamu tahu kan tidak baik jika marahan lewat dari 3 hari. Itu termaksud perbuatan tercela. Kita sholat dzuhur dulu yah. Udah masuk waktu dzuhur nih"Ucap aisya

"Iya bu ustadzah" cengir ica

Aisya adalah teman sekelas Ica. Aisya merupakan anak rohis. Kalian tahu rohis? Rohis adalah salah satu ekstra kurikuler keagamaan di sekolah. Aisya perempuan satu-satunya yang berani memakai hijab yang panjang menjuntai kebawah menutup hingga Pinggang. 

Seusai melaksanakan kewajiban sebagai seorang muslim. Ica dan Aisya berjalan menuju kantin. Bangku di kantin semua terisi. Yang tersisa hanya di meja sahabat ica. Dengan terpaksa Ica dan Aisya duduk di sana. 

"Astaga sya, loe kemana aja sih? nggak ada kabar. Dihubungin malah nggak aktif" tanya Selfia

"Tau loe sya, ngilang gitu aja. Kan kita kangen" ucap cici, sedangkan bela hanya menunduk mengaduk makanannya

"Kenalin, ini aisya. Sa, ini sahabat gue cici dan selfia"

"aisya"

"Cici"selfia

"selfia" mereka saling berjabat tangan 

"Loe belum jawab pertanyaan kita. Loe seminggu kemana aja?" tanya selfia

"Gue sakit" jawab ica singkat

Mendengar ica sakit, Bela yang sejak tadi menunduk merubah pandangannya menjadi menatap ica. 

"Loe sakit apa? kenapa nggak ngabarin kita? loe tau kan betapa khawatirnya kita." cerocos selfia

"Gue kira loe" ucapan cici terhenti ketika menyadari ada aisya di sini. Hanya Selfia, cici,dan bela saja yang tahu prihal pernikahannya.

"Gue baik. Gue bayar dulu ya. Aisyah sudah selesai belum?"tanya ica

"Udah, Yuk tasya"

LOVE IS YOU (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang