Sebelum lanjut gue cuman ingetin buat kalian bijak dalam membacanya. Mungkin ada adegan dewasa. So, Buat kalian yang masih di bawah umur di skepp aja. Lanjut part aja. Oh ya, Mohon tidak di copas ya ceritanya.
Fachri POV
Fachri masih marah kepada ica. Karena ica sudah membuatnya terlihat konyol depan mamih serta bik mona. Sebenarnya ini bukan kesalahannya, Aku saja yang ingin memberi sedikit pelajaran buat istrinya itu.
"Masih marah?" tanya ica yang sudah duduk di sisi fachri
"Maaf, Abisan tadi mami kelihatan sedih ngeliat kamu menyingkirkan sayuran dari piringmu" lanjut ica namun yang diajak bicara sedang sibuk dengan laptopnya
"Ok sekarang aku nyerah, Sekarang kamu mau aku lakuin apa buat kamu mau maafin aku?" tanya ica
"Yakin kamu mau ngelakuin apa aja agar aku bisa memaafkanmu?" aku malah balik bertanya
"Ya" jawab ica
"Baik, Kalau gitu boleh aku minta hakku sebagai suami"
Mata ica melotot tak percaya. Bibirnya diam tak lagi bersuara. Aku yakin saat ini ica sedang memikirkan ucapanku. Padahal aku hanya bercanda mengucapkan kalau aku meminta hakku. Saat ini aku ingin tertawa melihat ica diam seperti ini. Ketika aku ingin mengakhiri lelucon ini, tiba-tiba...
"Sebelum kita melakukannya, Kita sholat sunnah dulu"
Ucapan itu membuatku dibuat tak percaya. Aku kira ia akan menolaknya. Tapi ini sebaliknya. Ica menutup laptop yang sedari tadi di pangkuanku dan meletakannya di atas meja dekat ranjang. Ica dan aku mendirikan sholat sunnah dua rakaat. Seusai salam, ica meraih tanganku dan mencium punggung tanganku. Aku melihat pipinya memerah ketika aku mencium keningnya.
"Apa kau yakin akan melakukan ini?" tanyaku sekali lagi dan ica pun hanya mengangguk
Aku menciumnya mulai dari kening hingga tepat diatas bibir merahnya yang selalu menggoda. Bukan cuman ciuman seperti sebelumnya, Ciuman kali ini disertai lumatan.
Semakin lama semakin turun ke dua bukit kembar miliknya, Aku langsung melepas kaitan yang menghalangi tubuhnya. Tubuhnya kini sudah polos di bawahku tanpa sehelai benangpun. Aku mengulum bukit kembar itu.
"Arggggggghh" suara itu terdengar dari bibirnya dan membuatku semakin ingin segera memasukinya. Aku membuka paksa semua pakaian di tubuhku dan menindihnya kembali
"Ini akan terasa sedikit sakit, Aku janji akan melakukannya sangat lembut dan berhati-hati. Bersabarlah hanya sebentar rasa sakitnya" ucapku dan lagi-lagi ica hanya mengangguk
Aku membimbing milikku untuk memasuki miliknya. Sejak saat dan detik ini kau seutuhnya milikku. Anastasya Aku mencintaimu. Kaulah bidadari yang dikirim Tuhan untuk menemaniku di sisa umurku. Kaulah Ibu dari anak-anakku kelak. Aku bersyukur karena kedua orang tua kami memilihkan untuk kita berjodoh. Aku mencintaimu Anastasya ferdinan.
ICA POV
matahari masuk dari celah jendela kamar, Tubuhku terasa sangat letih. Bagaimana tidak Aku dan dia baru tidur pukul 3 pagi setelah menghabiskan ronde ke dua kami. Aku menatap laki-laki di hadapanku saat ini. Dia masih nyenyak dalam tidurnya. Alis yang tebal, Hidung yang Mancung, Bibir yang membuatku merindukan kecupannya, Rambut yang terlihat berantakan tidak seperti biasanya. Dia adalah Fachri Alvaro suamiku. Yang semalam resmi menyatakan bahwa aku miliknya seutuhnya dan begitu sebaliknya.
Ica mengecup bibirnya singkat dan pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Aku butuh air dingin untuk meredakan rasa sakitku di sekitaran daerah kewanitaanku.
"Morning Honey" suara serak khas orang bangun tidur. fachri meletakan dagunya di pundakku ketika sedang mengeringkan rambut
"Morning too, Mandi sana bau" ucapku
"Yuk kita mandi" semangat fachri menarik tanganku
"Aku sudah mandi. Kau mandi, Aku mau bantu mami siapkan sarapan"ucapku terdengar nada kecewa dari fachri
Mau tidak mau ia masuk ke kamar mandi sedangkan aku melanjutkan mengeringkan rambutku. Setelah itu aku menemui mamih di dapur.
"Pagi mih,Pagi bik mona" sapaku
"Pagi sayang" mamii dan bik mona tersenyum melihatku
"Kalian kenapa liatin ica seperti itu. Ada yang salah dengan penampilan ica?" Tanyaku bingung
"Dasar Bocah gemblung itu. Apa tidurmu tergantu karena anak nakal itu?" tanya mamih menahan tawanya
"Aku tidak mengerti maksud mamih, Tidurku...."
"Coba kau lihat lehermu di cermin. Itu Ulah putraku. Wah bik sebentar lagi rumah ini akan terdengan bayi menangis" ucap mami.
Aku pun berlari menuju toilet yang ada di dapur. Betapa terkejutnya aku, Ada banyak tanda keunguan di sekitar leherku belum lagi di tubuhku. "argh, gimana bisa aku sebodoh ini. Awas kamu ya, gara-gara kamu aku jadi malu di depan mamih dan bik mona" geramku
Aku keluar dengan tampang kesal. Aku kembali ke meja makan. Disana sudah ada mamih dan fachri yang entah sejak kapan sudah berada di sana. Walaupun kesal, aku masih tetap menjalankan tugasku sebagai istri salah-satunya menyendokkan nasi ke piring suamiku.
"Kau dari mana ca?" tanya fachri
"Toilet" jawabku singkat. Mami melihat itu hanya tersenyum menahan tawanya agar tidak pecah
"Sudah, Ayo kita makan" ajak mamih mengalihkan pertanyaan yang akan dilontarkan fachri
"Hari ini aku harus ke kantor, Papih memintaku mengirimkan beberapa dokumen untuk bahan meetingku. Oh ya, Lusa aku harus menemani papih buat meeting dengan klien besar di singapura" ucap fachri. seketika aku langsung mengehentikan aktivitas makanku. Nafsu makanku hilang mendengar fachri akan pergi ke singapura
"Kapan Mas akan berangkat?" tanyaku. Terlihat ia menaikan alis tandanya ia sedang memikirkan sesuatu
"Besok Subuh, aku akan ada di sana kurang lebih satu minggu" jawabnya singkat
"Cepat kelarkan pekerjaan kalian. Segera mungkin kembali. Bilang sama papihmu untuk tidak menomor duakan mamih dengan pekerjaannya" ucap mamih
"Ucapanmu Merintah untukku mih. Laksanakan" Fachi melakukan gaya seperti hormat dan itu membuat kami tertawa melihatnya
Selesai makan, fachri langsung ke kantor sedangkan aku di sini berdua dengan mami saja. Bik mona membersihkan bekas makan kami. Awalnya aku menawarkan bantuan tapi bik mona menolak. Di sinilah aku, duduk berdua dengan ibu mertuaku di ruang keluarga sambil menonton televisi.
Jika di luar sana bilang ibu tiri tak sebaik ibu kandung, Mungkin jawabannya tidak sepenuhnya benar. Ibu mertuaku sangat baik. Beliau menyayangiku seperti putrinya sendiri. Maklum Fachri adalah anak tunggal Keluarga Alvaro.
"Terima kasih karena kamu anak mami bisa merasakan cinta kembali. Terima kasih ca" Ucap mami yang matanya sudah berkaca-kaca
"Jangan berterima kasih. Ica yang beruntung bisa menjadi bagian dari keluarga ini. Mamih jangan sedih ya, Ica sayang sama mamih" ica memeluk mertuannya
"Mamih tidak bis membayangkan jika seandainya tidak memaksa menjodohkan kalian. Mungkin sekarang fachri akan terus terpuruk akan masa lalunya. Mami bisa melihat senyumnya lagi setelah sekian lama. Baru tadi pagi senyumnya kembali. Terima kasih nak." mamih menggenggam tanganku cukup keras kemudian memelukku kembali.
"Masa Lalu fachri???"
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS YOU (Tahap Revisi)
RomanceIkhlaskan aku bahagia bersamanya seperti halnya aku mengikhlaskan kamu untuk bahagia bersama dia. Aku mencintaimu tapi aku tidak bisa memilikimu.