Surprise

24 2 0
                                    

"mas Fachri pasti bahagia aku kasih surprise ini. Maafkan aku yang bohong. Sungguh aku merindukanmu mas" suara batin Ica

Beberapa menit lagi pesawat akan mendarat di Soekarno-Hatta. Tak sabar ingin melepas rindu pada suami tercinta.

Ica menolak ajakan Selfi untuk bareng mereka dan memilih menggunakan taxi menuju kantor Fachri. Kemacetan merupakan hal yang tak terpisahkan dari ibukota.

Satu hal yang harus kalian tahu. Ini perdana seorang Ica Ferdinan datang ke kantor suaminya. Dari menikah hingga saat ini belum pernah Ica menginjakan kakinya di sini. MGI singkatan dari PT. Mega Gemilang Internasional. Perusahaan ini sukses menjadi perusahaan terbesar seAsia Tenggara.

"Permisi saya ingin bertemu dengan Fachri Alvaro" ucapku kepada resepsionis wanita

"Maaf ya dek, apa sudah buat janji sebelumnya dengan pak Alvaro" ucap wanita itu sopan

"Saya Ica, istri dari pak Alvaro. Tunjukan di mana ruangan suami saya mbak" ucap Ica kesal tak terima dipanggil afektif

"Ah adek bercanda. Pak Alvaro memang sudah menikah tapi bukan dengan anda" ucap wanita itu remeh

Ingin rasanya Ica menjambak rambut wanita ini. Beruntung saat itu Gerald orang kepercayaan Fachri datang dan menghentikan aksiku yang ingin menarik rambut wanita itu.

"Hai, kau Gerald kan. Masih ingat denganku. Bisakah kau kasih tau Tante ganjen ini siapa aku" ucap Ica pada Gerald

"Tentu nyonya. Desi kenalkan beliau Bu Anastasya istri dari pak Alvaro." Ucap Gerald dan sontak resepsionis wanita itu menahan malu.

"Maafkan saya Bu" ucap Desi

"Kali ini anda saya maafkan. Next time, kalau hal tidak sopan seperti ini terjadi anda akan kehilangan pekerjaan. Ayo Gerald antarkan saya bertemu dengan suami saya" ancam Ica

"Baik Bu. Ruangan pak Alvaro ada di lantai 20. Mari saya antar"

Ica pun membuntuti Gerald menuju ruang khusus pimpinan. Hanya ada satu ruang di lantai ini. Yaitu ruangan Fachri.

"Gerald, kenapa meja ini kosong. Dimana penghuninya?" Tanya Ica tentang satu ruangan yang tepat di depan ruang Fachri

"Ini meja Siska sekertaris pak Alvaro. Saya tidak tahu kemana perginya Siska Bu" jawab Gerald

"Apa aku setua itu kau panggil ibu. Panggil Ica saja. Usiaku jauh lebih muda darimu" ucap Ica

"Maafkan saya, itu terdengar tidak sopan jika hanya memanggil nama. Bagaimana kalau saya memanggil non ica. " Ucap Gerald

"Itu terdengar lebih baik daripada kau panggil aku ibu. Terima kasih sudah mengantarku Gerald"

"Sama-sama non, kalau ada perlu apa-apa saya ada di ruangan bawah."

"Oke Gerald"

Tanpa menunggu Gerald berlalu, dengan cepat Ica membuka pintu ruangan Fachri tanpa mengetuk sebelumnya.

"Astaghfirullah mas, aku benci kamu" teriak Ica histeris sambil berlari

"Ica tunggu, mas bisa jelaskan" teriak Fachri ditengah aksi kejar mengejar

Ica sangat kecewa. Niat memberikan surprise malah dia yang dibuat terkejut. Bayangan wanita setengah telanjang itu duduk tepat dipangkuan suaminya.

"Hiks... Hiks... Kamu jahat mas.. hiks" tangis Ica setelah dirinya berada di dalam Taxi.

Ica tak memperdulikan panggilan Fachri. Yang ada dalam pikiran Ica hanyalah kebencian. Kebencian akan perselingkuhan suaminya dengan sekertarisnya.

Ica sampai lebih dulu daripada Fachri. Ica bergegas mengemas semua pakaiannya dalam koper. Ica memasukan asal beberapa pakaian ke dalam koper dan menarik paksa kopernya tersebut.

"Loh non ica dah pulang. Non nangis. Kenapa non, cerita sama bibi" ucap bi Inah

"Ica pamit ya Bi.. assalamualaikum" ucap Ica

Bi Inah yang tahu betul sikapku mengiyakan perkataanku. Bi Inah adalah asisten rumah tangga yang sudah berkerja sejak kak Fero kecil. Jadi bisa Inah tau betul jika ada yang tidak beres dengan sikapku.

"Apa masalahmu non, bibi tau betul kau saat ini sangat rapuh. Apa pun masalahnya bibi berdoa agar Allah selalu menjagamu non"

Entahlah kemana langkah ica akan membawanya. Ica hanya ingin pergi menjauh dari Fachri. Menenangkan hati dan pikirannya yang sedang hancur berkeping-keping.

"Ica.... Sayang kamu di mana?" Teriak Fachri yang baru saja sampai

Di kamar kosong, di ruang tamu dan dapur juga kosong. Hampir semua sudut di rumah ini tak terlewatkan oleh Fachri mencari keberadaan istrinya.

"Bi, bibi liat Ica nggak. Ica pasti bilang mau kemana. Katakan bi, di mana Ica?" Ucap Fachri frustasi

"Demi Allah bibi tidak tahu di mana non ica. Dia hanya pamit ke bibi dalam keadaan sangat rapuh. Kalau boleh bibi tahu. Masalah apa yang sedang kalian hadapi. Jujur selama bibi mengurus dan membesarkan Ica. Hari ini sikap Ica sangat hancur. Bibi kenal betul dengan dia. Katakan nak, apa yang terjadi" tanya bi Inah

"Ica salah paham bi. Semua ini karena aku. Coba saja aku tak membiarkan hal nekat sekertarisku mungkin ini tidak akan pernah terjadi. Aku mau Ica bi. Aku nggak mau kehilangan istriku. Beritahu aku di mana Ica berada." Isak tangis menyesal keluar dari bibir Fachri

"Biarkan Ica menenangkan diri dulu. Jika semua sudah tenang bibi yakin Ica pasti kembali. Bibi kenal betul jika Ica anak yang baik. Ica tidak akan pernah tahan berlama-lama dalam kebencian. Sekarang kamu istirahat. Biar bibi antarkan makanan ke kamarmu." Ucap bi Inah menenangkan

"Semoga saja bi.. Tidak usah, aku tidak lapar. Kalau gitu aku ke kamar ya. Kalau ada kabar dari Ica segera beritahu Fachri" ucapan terakhir sebelum Fachri mengurung diri dalam kamar

Sudah seminggu Ica meninggalkan rumah. Dan selama itu juga Fachri tidak pergi bekerja. Jangankan bekerja. Keluar kamar saja tidak. Keadaannya sangat kacau. Mata panda, rambut berantakan dan juga rambut halus di wajahnya mulai tumbuh tak terawat.

Selama seminggu juga detektif yang Fachri pekerjakan tidak berhasil menemukan ke beradaan Ica. Istrinya menghilang entah ke sudut belahan dunia mana. Terakhir kabar dari orang suruhannya itu menemukan transaksi penarikan uang terakhir di salah satu daerah pondok indah. Namun hasilnya nihil, ica tetap tidak ditemukan.

"Kamu di mana sayang. Pulanglah aku merindukanmu. Lihat aku, kau pasti marah melihatku seperti ini. Dekil, bau, kurus kering bagai mayat hidup. Kembali sayang. Maafkan aku. Pulang ya ca.. pulang" Fachri menatap foto Ica sambil mencium dan memeluknya.

"Hallo Gerald apa kau dan detektif itu menemukan keberadaan istriku" ucap Fachri dari sambungan telpon

"Maafkan saya tuan. Istri anda belum di temukan. Kami sedang berusaha mencari. Menurut informasi yang kami dapat dari warga. Beberapa hari yang lalu melihat Ica menaiki bis antar provinsi. Namun saya belum bisa menemukan detailnya ke mana tujuan istri anda. Kita sudah menyimpulkan bahwa non ica tidak ada di Jakarta" jawab Gerald di seberang sana

"Cepat temukan istriku. Bawa dia dalam keadaan sehat tanpa kurang apapun." Perintah Fachri

"Baik tuan"

LOVE IS YOU (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang