kau adalah rindu,
yang bersemayam dalam hatiku
hadirmu menghangatkan jiwa
mewarnai hitam putih hidupku
tanpamu aku bisa apa?
kau alasan dari setiap senyumku
kau cahaya pelita di kegelapan
purnama di tengah badai
pesonamu melekat dalam ingatan
Wahai penguasa hati
Jangan biarkan aku sendiri
melewati purnama tanpamu
Bersama, sampai maut memisahkan
"
Ini sudah hampir malam. Kau harus segera pergi" usir Ica
"Ya ampun teh, dosa atuh suaminya diusir. A' Fachri nginap di sini. Lagi pula Rina harus pulang. Ada ujian besok dan Rina belum belajar. Rina pamit ya teh A' jangan lupa di kunci" pamit Rina
"Kamu tidak tinggal di sini Rin?" Tanya Fachri.
"Rumah Rina dibelakang. Kalau ada apa-apa hubungi Rina ya teh. Titip majikan rina ya A'. Hampir aja lupa, jangan tidur pagi ya teh. Hehehe" Rina berhasil membuat Ica malu sekaligus kesal
Rina sengaja berbohong perihal ujian besok. Rina hanya ingin menyatukan hubungan yang sudah lama renggang.
Sepeninggalan Rina, suasana kembali hening mencekam. Hanya suara televisi yang entah sedang menayangkan apa.
Keduanya sibuk dalam lamunan masing-masing."Sayang, kamar kita di mana? Yuk istirahat mas capek" ajak Fachri
"Kamar kita Mbah mu.. kau tidur di luar. Awas kalau kamu berani masuk. Aku cincang" ancam Ica
"Yang bener aja. Di sini nyamuk dan dingin sayang. Kamu nggak kasihan sama mas yang lagi kurang sehat ini. Nanti tambah sakit" bujuk Fachri
"Kamu tidur di sini atau malam ini juga kamu balik ke Jakarta" ucap Ica
"Iya nyonya ratu. Hamba patuh perintahmu" drama Fachri
Perdebatan usai. Kemenangan tentu berada di pihak Ica. Ancaman Ica berhasil membuat Fachri mengalah. Hehehe ini bukan kali pertama Fachri mengalah. Lebih tepatnya sering.
Sayup-sayup Ica mendengar suara aneh dari kamar mandi arah dapur. ( Hoek ) dengan mata yang masih mengantuk Ica berjalan menuju dapur sekalian ambil minum.
"Astagfirullah Ica. Kamu buat mas jantungan tau. Kamu ngapain di sini?" Tanya Fachri yang masih syok
"Ambil minum. Wajah mas pucet banget. Nih juga demam" Ica menempelkan punggung tangannya di kening Fachri
Ica menuntun Fachri untuk berbaring di ranjangnya. Ranjang itu tidak sebesar ranjang di rumah mereka. Ranjang yang hanya berukuran single. Dengan telaten Ica membaringkan Fachri dan mengambil teh hangat dan obat penurun panas.
"Sini ca, berbaring di sini" Fachri menepuk tempat kosong di sebelahnya
"Sempit atuh. Udah mas istirahat. Ica bisa tidur di kamar eyang" tolak Ica
Fachri mengeser dan menyampingkan tubuhnya supaya Ica bisa muat di atas ranjang yang sama. Jujur dalam hati Ica sangat merindukan momen ini. Ia merindukan pelukan serta belaian suami tercinta.
"Mas, kenapa bisa sampai seperti ini sih? Emang sebegitu menderitanya kehilangan aku" ucap Ica sendu
"Sangat, bahkan untuk bernafas aja sulit. Mungkin mas lelaki yang berengsek. Mas bodoh kerena menyakitimu. Melihatmu sakit mas lebih sakit. Maafkan aku karena membuat hatimu terluka. Maafkan aku yang tak bisa menjaga janji pernikahan kita. Tapi satu hal yang harus kamu tahu. Mas sangat mencintaimu. Mas tidak bisa hidup tanpamu walau hanya sedetik saja"
Tangis keduanya pecah. Hanya Isak tangis yang terdengar. Sekeras-kerasnya Ica mengingkari tak bisa dipungkiri bahwa hatinya luluh setiap kali Fachri menatap matanya. Mata sendu penuh penyesalan.
"Mas, aku hanya wanita biasa. Yang akan sakit bila disakiti. Yang akan marah jika kecewa. Aku memaafkanmu. Berjanjilah untuk tidak melakukan ini di kemudian hari" ucapan Ica membuat Fachri menjerit kegirangan.
"I promise. Ini terakhir kalinya. Aku mencintaimu sayang. I Miss you so much Ica." Bertubi-tubi Fachri menghadiahi Ica pelukan dan ciuman
"AWw... Mas, sakit tau" jerit Ica
"Maaf sayang. Mas kangen sama kamu jadi excited deh. Sorry"
"Cium peluk sih boleh tapi mas nggak boleh nyakitin anak kita juga kali" tutur Ica
Fachri bangun dari tidurnya. Ia terkejut sekaligus bingung dengan ucapan Ica barusan. Anak kita. What's Ica hamil
"Yes hanny, dalam rahimku ada anak kita. Maaf baru kasih tau kamu sekarang" lanjut Ica
Fachri yang baru sadar langsung menangis bahagia. Ia baru menyadari jika selama ini dia mual karena Ica hamil. Tidak semua wanita hamil akan mengalami gejala 3semester pertama. Bisa juga sang ayah yang mengalami hal tersebut. Dan ini terbukti, Fachri yang merasakan mual dan tak enak badan.
"Kamu tahu apa yang membuat aku sangat bahagia. Pertama aku menemukanmu. Kedua kau mau memaafkanku. Ketiga kau beri aku kejutan yang luar biasa. Maaf yang terlambat mengetahui keberadaannya sayang. Papa janji akan menjaga kalian meskipun nyawa papa korbannya" Fachri mengelus dan menciumi perut rata Ica
"Besok kita kembali ke Jakarta ya sayang. Supaya aku bisa menjaga kalian. Tak sabar menanti kelahiran anak kita. Kira-kira perempuan atau laki atau bisa juga kembar kayak almarhum twins" tanya Fachri
"Aku belum USG. Di sini fasilitas masih kurang. Jadi belum bisa tengok Dede deh. Sudah malam kita lanjut tidur"
"Good night hunny. Good night juga buat calon anak papa."
Ica mencari posisi ternyaman tidurnya. Posisi yang menjadi favoritnya. Dengan lengan Fahri dijadikan bantal. Dan perut sixpacknya sebagai guling.
Terima kasih Ya Allah karena Engkau mengembalikan dia. Memperbaiki rumah tangga kami. Menganugerahi kebahagiaan. Terima kasih karena berkat Engkau kita baikkan.
----------------------+++----------------------------------
Ye aye kelar part 37. Jadi nggak sabar buat next ceritanya. Buruan like, vote, and comment.
See you next part all.
Love you😘😘😘😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE IS YOU (Tahap Revisi)
RomanceIkhlaskan aku bahagia bersamanya seperti halnya aku mengikhlaskan kamu untuk bahagia bersama dia. Aku mencintaimu tapi aku tidak bisa memilikimu.