Lahiran

32 0 0
                                    

Tidak terasa usia kandungan ica sudah memasuki bulannya. Tinggal menghitung hari Fachri junior akan lahir ke dunia ini. Mendekati lahiran, semua orang bersikap over protektif. Tidak boleh melakukan ini atau itu. Makanan yang ica makan sesuai dengan pilihan mereka. 

"Morning mami, morning bunda" sapa ica kepada kedua ibunya yang sedang sibuk memasak

"Morning sayang" jawab mereka berbarengan

"Mau ica bantu?" tawar ica

"Big no"

"Please lah, bosen tau ica. Setidaknya ijinin ica potong apa gitu"

"Jangan membantah. Dengan perut sebesar itu ica sudah bekerja keras"

"Baik lah nyonya-nyonya ratu. Lebih baik ica ganguin dady. Setidaknya Dady dan papi tak secerewet kalian"

Ica berlalu meninggalkan dapur dan menuju ke ruang keluarga. Di lihatnya kedua pria yang tak muda lagi namun tetap tampan sedang fokus dengan papan catur. Saking fokusnya mereka sampai tidak menyadari keberadaan ica diantara keduanya. Jika kalian tanya di mana suamiku? jawabannya sederhana. Fachri di kantor.

"Fokus banget, sampai ica dianggurin gini" gerutu ica

SKAK!!! 

"what's? lagi-lagi kalah. Ok lah hari ini kau menang Ferdinan. Lain kali aku akan mengalahkanmu" Ucap Papi Al

"Hahaha kau dari dulu tidak berubah al. Selalu kalah denganku. Mana mungkin kau bisa menang dariku" Ujar Daddy Ferdinan Bangga

"Ica sejak kapan kamu di sini sayang?" tanya daddy

"Sejak kalian mengabaikanku dan pacaran dengan papan catur itu" Jawab ica dengan mulut penuh keripik

"Astagfirullah, siapa yang mengijinkanmu makan itu. Cepat kembalikan" perintah papi

"Please papi-daddy. Ini hanya keripik bukan makanan yang menggangu kehamilanku"

"Daddy tidak tanggung jawab jika bunda dan mami mertuamu memarahimu"

Ica hanya mengangguk paham dan melanjutkan makan kripik singkong. Tidak lama sesuatu terjadi. Perut ica seperti orang mulas. Tapi mulas kali ini bukan seperti mulas ingin PUP. Keringat dingin mengalir deras di kening ica. Yang terparah sebuah cairan bening berserakan di lantai.

"Dad-pih, to-tolong ica" seru ica di tengah kesakitan dasyat

"Astagfirullah ca. Wajahmu pucat. Bunda, cepat kemari" teriak Daddy. 

Dengan terburu-buru kedua ibunya keluar dari dapur dan menghampiri sumber suara. Keduanya panik karena air ketuban ica sudah pecah dan itu pertanda bahaya. Jika tidak segera di bawa ke rumah sakit, akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.

"Cepat siapkan mobil, kita ke rumah sakit sekarang. Mami akan menghubungi fachri"ucap mami panik

Daddy mengendongku menuju mobil. Perjalanan dari rumah menuju rumah sakit tidak terlalu jauh. Hanya perlu 30 menit sudah sampai di sana.  Suster dan dokter langsung membawa ica ke ruang UGD. Papi Alvaro adalah investor sekaligus pemilik Rumah sakit Kasih Muara. 

"Keluarga pasien" tanya dokter Pricilia

"Saya ayahnya dok. Sebentar lagi suaminya datang" jawab Papi

"Maaf pak Alvaro kita harus mengambil tindakan cepat. Air ketuban pasien sudah mulai mengering. Dan itu akan membahayakan keduanya jika tidak operasi sekarang" jelas dokter

"Lakukan yang terbaik untuk menantu dan cucu saya. Jika perlu panggil dokter terbaik untuk menyelamatkan mereka" ucap papi

"Kami percayakan putri dan cucu kami kepada anda dok" ucap bunda yang masih sesegukan di tengah tangisnya

LOVE IS YOU (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang