Calon Papa

36 1 0
                                    

Maaf baru sempet upload. Hahahaha mungkin bosen ya. Sabar ya, ini hampir loh.. Lanjut aja yuk. 

Happy reading all,

Jakarta, ibukota negara Indonesia. Pusat dari pemerintahan. Kota terpadat dengan polusi terbanyak. Sumber dari segala peluang pekerjaan. Kota dengan penuh keanekaragaman Bhineka Tunggal Ika. Dengan gedung pencakar langit yang berjejer.

Jakarta identik dengan macet dan banjir. Kedua hal itu sulit untuk dicari solusinya. Meski presiden dan gubernur telah berkali-kali ganti. Namun belum ada yang bisa menyelesaikan masalah ini.

Langit tak berawan. Kilatan petir serta ribuan air hujan turun membasahi ibukota. Sebagian daerah telah tergenang air. Macet itu hal biasa. Banyak kendaraan yang harus putar arah menghindari banjir.

Beruntung jalan dari Bandara menuju rumah bebas hambatan. Ada beberapa tempat yang terkena banjir. Namun itu tidak separah daerah lain. Mobil yang menjemput kami berhasil tiba hingga depan rumah.

"Tuan dan nyonya pulang" begitulah sayup-sayup terdengar dari dalam rumah

Rumah ini tidak ada yang berbeda. Masih sama seperti sebelum Ica pergi. Semenjak mengetahui Ica hamil, Fachri bersikap over protective. Semua yang ingin Ica lakukan diambil alih olehnya. Ica dilarang keras mengerjakan pekerjaan rumah.

"Assalamualaikum" salam Ica dan Fachri

"Waalaikumusalam" jawab para penghuni rumah ini 😀

"Non ica dah pulang. Bibi seneng kalian bisa balik ke rumah ini lagi" ucap bi inah

"Ica kangen sama kalian. Kalian semua apa kabar?" Sapa Ica kepada semua pekerjaan

"Baik nyonya"

"Baik"

"Alhamdulillah baik" begitulah jawaban yang Ica dengar

"Perhatian buat semua. Saya melarang keras Ica melakukan pekerjaan apapun. Jika Ica ketahuan membantu kalian. Kalian tanggung sendiri akibatnya" amanah Fachri

"Siap tuan" ucap mereka berbarengan

"Bi, tolong belikan susu hamil untuk Ica. Bibi bisa ajak mang Ujang temeni bibi. Kamu mau apa sayang biar sekalian bi Inah beli" perintah Fahri.

Ica sudah sejak awal memajukan bibirnya tanda kesal. Fachri keterlaluan, sampai semua diancam. Saking geregetnya Ica melihat tingkah Fachri. Ia mencubit pinggang suaminya.lantas Fachri mengaduh kesakitan

"AwW.. sakit sayang. Kalo kepengen nanti aja di kamar" ucap Fachri asal

Ica semakin kesal dibuatnya. Dengan cepat Ica menginjak kaki Fachri dengan ujung tumitnya. Teriakan Fachri tak terkendali

"ADUH !!! Sakit ca" protes Fachri

"BODO !! Siapa suruh nyebelin" Ica beranjak meninggalkan Fachri yang masih mengaduh kesakitan sambil memegangi kakinya yang merah

Para asisten rumah tangga menahan tawa mereka melihat aksi kami. Sepeninggalan kami, barulah mereka tertawa lepas.

"Seneng deh liat tuan dan nyonya kayak gini" ucap salah satu asisten rumah tangga yang bernama Lasmi

"Iya las, dari pada tiap hari liatin tuan yang kayak mayat hidup. Semoga rumah tangga mereka bebas dari cobaan ya" ucap Desi

"Lagian aneh juga ih tuan. Masa selingkuh sama orang yang jauh banget dari nyonya. Secara nyonya menurut saya sebagai wanita aja iri. Nyonya sempurna" timpal Ida

"Hus, sudah gosipnya. Nanti tuan denger baru tau rasa deh kalian." Peringat bi Inah dan seketika mereka bubar

Lain halnya di kamar. Ica masih saja mengomeli Fachri. Entah sudah berapa kalimat yang keluar dari bibir Ica. Meskipun demikian Fachri tetap tenang. Ia malah tersenyum lalu tertawa terbahak-bahak.

"Apa yang lucu?" Bentak Ica

"Wajah kamu sayang. Kamu lucu kalau lagi marah" jawab Fachri disela tawanya

"NGGAK LUCU !!!" Rasa kesal Ica sudah tak terbendung. Dia memilih untuk menenggelamkan tubuhnya di dalam selimut

"Iya nih aku berhenti tertawa. Maafkan mas ya sayang. Udah dong jangan ngambek. Nanti jelek loh" bujuk Fachri

Terdengar Isak tangis di balik selimut. Wajah Ica sudah basah dengan air mata. Fachri bingung apakah ucapannya membuat Ica sedih. Perlahan ia membujuk Ica

"Mas keterlaluan ya. Kalau gitu mas minta maaf. Jujur aku bingung kesalahan aku apa sampai kamu nangis. Cup-cup udah dong sayang. Kamu boleh marah asal jangan nangis" ucap Fachri dengan rasa bersalah sekaligus bingung.

Namun yang lawan bicaranya semakin keras isakan keluar dari mulutnya. Air matanya juga mengalir deras.

"Lah kok makin kejer. Maafin mas Dong. Mas jadi bingung harus buat apa. Udah dong yank jangan nangis. Kamu boleh minta apapun asal kamu berhenti nangis" tutur Fachri

Seketika Ica langsung membuka wajahnya dari selimut dan menatap Fachri dalam.

"Beneran Ica boleh minta apa aja?" Ica memastikan bahwa ia tidak salah dengar

"Iya sayang apapun asal jangan nangis" ucap Fachri pasrah

"Oke kalo gitu. Ica mau makan soto Lamongan di pinggir jalan dekat lampu merah itu" ucap Ica antusias seperti membayangkan dirinya berada di sana

"Nggak. Mas nggak mau anterin kamu ke sana. Plis kita bisa cari soto Lamongan di tempat lain selain di situ ca" Fachri bernegosiasi dengan Ica prihal tempat

"Makan di situ atau aku lanjut nangis" kalimat ancaman berhasil n lukuhkan benteng pertahanan Fachri

"Baik tapi ini yang terakhir. Aku tidak melarang kamu untuk makan apapun. Asalkan kualitas makanannya terjamin. Ini semua demi kamu Dan calon anak kita. Cepat ganti bajunya" nada dingin tapi sangat gemes

"Thanks you sayang. Love you"

setelah mengucapkan terima kasih Ica bergegas ke ke closed untuk berganti pakaian.

Perdebatan masih berlanjut. Sebelumnya Fachri yang mengalah mengabulkan keinginan Ica makan soto Lamongan pinggir jalan. Berbeda kali ini. Ica yang mengalah agar ia tetap pergi.

Perdebatan masalah pakaian yang Ica pakai banyak dikritiki oleh Fachri.

"Kau yakin akan pakai pakaian itu. Jika iya aku batalkan rencana kita"

"Bajunya nggak ada yang lebih tertutup. Udara malam tidak baik buatmu dan anak kita"

"Mana jaketmu?" Bla-bla-bla masih banyak lagi

"Sekalian aja aku disuruh bawa mantel musim dingin aja. Pake ini jangan. Itu jangan. Sekalian aja nggak usah pake baju aja sekaligus" kesal Ica

"Itu aku setuju. Makan sotonya besok aja. Kita lanjutkan kangen-kangenan di kasur"

"Dasar suami mesum. Ini baju terakhir. Awas aja kalau sampai di larang lagi. Kamu tidur di luar" Ica berbalik dan masuk kembali untuk berganti pakaian.

Dress lengan panjang dan panjang bawahnya melebihi lutut. Dipadu padankan dengan kardigan biru miliknya. Rambut sengaja ia ikat satu agar tidak membuatnya terganggu ketika makan nanti.

"Sudah cukup ngeliat akunya kaya gitu. Kalau dibiarkan bisa-bisa berakhir di ranjang dan Gatot makan sotonya" peringat Ica kepada Fachri

"Kamu cantik, sangat cantik. Aku beruntung memiliki bidadari secantik kamu. Meski tanpa makeup kamu wanita tercantik. Aku cinta kamu Anastasya ferdinan"

"Aku juga cinta kamu Fachri Alvaro, suamiku terganteng dan ternyebelin. Cup" Ica mencium bibir Fachri singkat

Hanya dia yang aku mau. Dia harta yang sangat berharga. Dia separuh dari nafasku. Dia denyut nadi di tubuhku. Dia orang yang aku sangat cintai dan sayangi. I Love You ICA

LOVE IS YOU (Tahap Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang