Part 2

926 61 1
                                    

"Well! where we go now?"Popor terdengar antusias. sedangkan aku hanya melongo didepan setir.

Pa Summate ternyata tidak bercanda, ini hampir pukul 8 malam, seharusnya aku sudah dirumah dan tiduran diatas kasur.

tapi aku malah harus bawa jalan-jalan bayi besar ini. Sebenarnya Pak Summate bisa meminta orang lain, tapi dari ratusan orang dikantor dia malah memilihku. Padahal dia sudah tau kalau pekerjaan ku saja tidak pernah selesai.

"Hei! kenapa diam?" Popor berseru lagi mungkin karena pertanyaannya tidak ku gubris.

Anehnya lagi dia mulai berkedip-kedip tidak jelas disampingku seperti mencari sesuatu. Gila! wajahku lagi-lagi hanya beberapa inci dari wajahnya. Dan sialnya! Berhasil membuatku kembali gelagapan.

Namun aku tetap berusaha terlihat cuek. malu dong kalau seorang Kevin grogi sama cewek.

"Ya... terserahmu mau kemana," jawabku datar masih berusaha fokus menyetir.

"Aku mau makan! KU-LI-NE-RAN!" katanya sambil menatap ponselnya seperti membaca sesuatu. Setelah memastikan ejaannya benar dia tersenyum aneh lagi.

Aku hanya tertawa sambil menggelengkan kepala. "Kamu mau kerestoran mana? Sekitar sini ada restotan seafood yang-" belum selesai aku menjelaskan, Popor terlihat menggeleng keras.

"No, Vin! Aku nggak mau makan di Resto." Popor mencek ponselnya lagi.

"Ah! look! kita ke senayan! Aku mau cova batagor, martabak, sate, dan... oh this! bakso!" Dia menunjuk-nunjuk ponselnya kegirangan. Caranya mengeja nama makanan itu seperti anak balita yang baru belajar bicara. Kedengeran aneh.

"Kenapa nggak bilang dari tadi? ini sudah lewat, Por. kantor deket sama senayan." Aku cekikikan sambil lagi-lagi-geleng-geleng kepala.

"How can i know? you don't say anything!" Popor mengangkat bahunya, seakan tak mau disalahkan.

"Iya... tapi, kan-yaudah deh kita putar balik aja." Aku menyerah, tak mau berdebat dengannya, salah-salah aku malah diadukan pada Papanya. bisa dipecat aku.

Popor tersenyum penuh kemenangan, rasanya ingin sekali menoyor kepala si putri Pak Summate ini, gemas.

Aku memutar arah kembali kearah jalan Asia-afrika. tak berapa lama kami sudah sampai disenayan. Disana berjejer pedagang kaki lima yang berjualan disepanjang jalan. Reaksi Popor sudah seperti orang menang lotre, dia melompat-lompat didalam mobil.

"Kevin stop! Kevin stop!" Popor berteriak-teriak, memintaku menghentikan mobil ditengah jalan yang penuh dengan orang yang sedang berjalan kaki.

"Parkir dulu, Por." jawabku, tapi sepertinya Popor sudah tersihir deban bau-bauan bercampur dari pedagang kaki lima yang berjejer itu. dia hanya menengok dari jendela mobil yang sengajaku kunci, takut si Popor langsung loncat dari kaca jendela mobil.

Aku parkir mobil sedikit jauh dari keramaian, supaya bisa sekalian jalan kaki. Sedangkan Popor sudah tak sabar, setelah keluar dia langsung lari menuju ke jejeran abang-abang kaki lima. Aku hanya mengikuti dari belakang. Tak ingin kehilangan jejak cewek Thailand itu.

Walaupun aku tak begitu paham tentang cewek, tapi aku sedikit tau kalau mereka merupakan makhluk paling jaim didunia. Apalagi didepan cowok.

Tapi hal itu bertolak belakang dengan sifat Popor. Aku hanya menatapnya dengan mulut menganga. Bagaimana tidak, Sekarang sudah berjejer puluhan piring didepan ku. Bukan hanya list makanan yang dia absen tadi, tapi malah mungkin dia membeli semua jenis jajanan yang ada.

"kamu lapar, ya?" tanyaku sambil tetap menatapnya bingung. Bukannya menjawab Popor hanya tersenyum sambil menggosok-gosok kedua tangannya. Matanya menjelajahi semua jenis makanan yang sudah ada diatas meja.

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang