Part 32

395 54 1
                                    

Thinking out loud ~ Ed Sheeran

Kevin POV

Sepeninggal Pak Bos gue masih tidak bergeming dari tempat duduk gue. Merasakan dada gue memanas saat mendengar Popor akan pergi sejauh itu. Bagaimana bisa gue seperti ini terus, selalu menjadi cowok yang terlambat dalam mengambil tindakan, kemaren gue baru menyadari perasaan gue kepada Popor setelah dia akan pergi. Sekarang pun sama, gue kembali akan terlambat, dan itu benar-benar membuat gue tersiksa. Merasa kalau gue cowok paling bodoh didunia.

Kali ini gue ngga boleh ragu lagi, apapun yang terjadi gue harus memperjuangkan perasaan gue kepada Popor, gue ngga boleh terpengaruh pada hal-hal yang belum pasti lagi, gue harus menjadi cowok yang bijak dalam menghadapi segala masalah. Bukannya malah selalu lari dari semuanya dan menganggap kalau gue lah yang paling tersakiti, pada kenyataannya Popor lah yang menanggung rasa sakit itu dan menjadi korban dari kepengecutan gue. Sial... rasanya ingin sekali memukul wajah gue sendiri, sejak kapan gue menjadi selemah ini.

Dengan hati yang masih diliputi rasa bersalah gue mengambil ponsel gue yang tergeletak diatas kasur bersama laptop yang sama sekali tidak tersentuh itu. Gue menatap layar ponsel gue, sudah ada beberapa pesan yang masuk  dan semuanya dari Marcus, gue bisa menebak dia pasti menanyakan tentang pekerjaan gue yang bahkan sama sekali tidak membuat gue tertarik saat ini. Diotak gue cuma ada Popor..Popor.. dan Popor lagi.
Gue sangat merindukan cewek itu, sangat merindukannya. Sampai-sampai rasanya hati gue seperti akan meledak. Ya Tuhan kenapa sakit sekali.....

   Tanpa fikir panjang lagu gue menghubungi nomor Popor, berharap bisa mendengar suaranya dan membuat perasaan gue menjadi lebih baik.

   "Hallo...!"

Gue terdiam mendengar suara diseberang sana, gue tau itu suara cewek, tapi gue sangat yakin itu bukan suara Popor.

   "Ini siapa...? Dimana Popor...?" Gue langsung menodong suara itu dengan pertanyaan. Terdengar suara tawa sinis dari lawan bicara gue itu.

    "Baru sekarang lo nyari Popor, heh... Gue udah bilang, saat lo nyari Popor disaat yang sudah terlambat, gue orang pertama yang akan menghalangi lo..."

    "Greysia....!" Gue terkesiap, bagaimana nomor Popor malah ada di Greys.

    "Syukurlah kalau lo udah tau, dan sekarang lebih baik lo pergi dari kehidupan Popor, gue ngga mau lo bikin Popor nangis lagi kaya kemaren..."

    "Greys plis kasih gue kesempatan..."

    "Kesempatan...? Bullshit...! Kesempatan lo udah habis sejak dua minggu yang lalu.." Greysia memberikan penekanan disetiap kata, dia benar-benar marah pada gue, dan itu pantas memang.

  "Gue mencintai dia Greys....!!" Gue memijat dahi frustrasi, mengharapkan cewek ini mau mengerti perasaan gue.

     "Cih! Sekarang lo baru bilang kaya gitu, kemaren lo kemana aja heh...? Ternyata Selain pengecut lo juga pecundang Vin..."

    "Terserah lo mau bilang gue apa, yang penting lo kasih tau kenapa nomor Popor ada sama lo dan dia ada dimana ,apa lo sekarang sama dia...?"

    "Kalau lo emang cinta sama Popor, sebaiknya lo berusaha sendiri, sorry gue ngga mau bantu lo apa-apa, kalau lo mau nanya apa gue sama Popor, jawabannya engga...! Ponselnya emang sama gue, dia makai no lain kalau di Thailand, dan kalau lo mau minta gue ngasih lo nomor Popor, jawabannya tetap big No...!"

   "Greys...."

   "Kalau lo mau Popor jadi milik lo, tunjukin kalau lo emang pantes, tapi kalau sekali saja lo nyakitin Popor lagi, lo tau akan berhadapan sama gue... bye...!"

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang