Part 4

684 52 3
                                    

   Aku menggedor-gedor kamar mandi sejak tadi. Sembari memanggil nama Popor. tapi belum ada jawaban.

Popor mandi lama sekali, apa dia tertidur didalam?

"Por! Aku nggak bawa baju ganti, jadi mau pulang sebentar ke kos. Kamu tunggu dirumah nanti aku balik lagi." Aku berteriak di depan pintu kamar mandi.

Popor tidak juga menjawab..

"Por?" Aku mulai khawatir, takut terjadi sesuatu pada cewek itu. Aku meletakkan telinga di pintu berusaha mendengarkan, namun tak ada suara apapun yang terdengar bahkan sekedar tetesan air.

Apa Popor pingsan?

Pintu tiba-tiba terbuka, aku yang yang sedang bersandar di depan pintu sambil menguping terjatuh kearah depan dan menabrak tubuh Popor yang muncul didepan pintu.

Mungkin tak kuat menahan berat tubuhku, Popor malah jatuh kelantai dengan posisiku yang menindihnya. Suara debam keras terdengar saat punggungnya menabrak lantai, bisa kurasakan bentuk tubuhnya yang kini berada tepat di bawahku.

Aku memejamkan mata, tak berani beradu tatap dengan mata Popor yang kini hanya berjarak kurang dari satu senti dari wajahku. Bukannya bangun, tubuhku malah berubah kaku seperti batu.

Popor pun hanya diam. Bahkan hampir tak bernapas di bawahku.

  "Vin berat." kata Popor, suaranya terdengar seperti menahan napas.

spontan aku bangun berdiri berusaha tidak menatap wajah Popor.

"Maaf." Aku menggaruk kepala, menatap Popor dari bawah sampai keatas. untung saja Popor sudah memakai baju kaos dan celana panjang, aku hampir pingsan membayangkan dirinya sedang... Ah! Sudahlah!

"Kamu ngapain? Kenapa didepan pintu? "Popor memicingkan matanya, ekspresinya curiga.

"Ah! Itu! aku ingin pamit pulang untuk ambil baju ganti, aku sudah memanggilmu berulang kali, tapi kau tak menyahut, ku kira kau tertidur." Aku berusaha bicara sesantai mungkin, menstabilkan detak jantung yang mulai tak terkendali.

"Oke, deh! Aku ikut, ya!" Popor melangkah menjauh menuju pintu keluar, meninggalkanku yang masih terpaku.

Apa katanya tadi? Popor ingin ikut ke kosku?

Gawat jika itu benar terjadi, aku masih mengingat betul bagaimana keadaan kosanku yang sudah seperti kapal pecah. Malulah aku jika Popor harus melihat kekacauan itu.

Aku berlari mengejarnya yang sudah sampai di tangga "Tidak usah ikut, kamu tunggu dirumah saja," kataku setelah berhasil mengimbangi langkahnya.

  "Aku ikut," jawab Popor sambil mengosok rambut basahnya dengan handuk kecil yang dari tadi dia pegang. Lalu mempercepat langkahnya.

  "Tapi, kan..." Tak sempat aku bicara lebih jauh, Popor sudah menoleh kearahku seraya tersenyum tipis, mata sipitnya seakan memintaku untuk tak  menolak lagi, semasuk akal apapun alasannya, aku tak boleh mambantah. dan anehnya aku menurut.

Sangat sulit mengatakan tidak untuk cewek ini, entah kenapa.

  Aku masih berdiri terpaku diatas tangga memperhatikan Popor yang sedang berjalan bolak-balik di tengah ruangan. Memikirkan segalanya, segala kelemahan yang tiba-tiba ku alami saat sedang bersama Popor.

Sedangkan Popor masih saja sibuk bolak balik, entah apa yang sedang dia lakukan namun jika diperhatikan, dia memang terlihat sibuk sejak  pagi.

Mulai dari mencuci baju, membuatkan kopi, menyiapkan sarapan...
Aku merasa kalau akulah disini yang sedang dilayani. Bukan sebaliknya.

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang