part 18

438 44 0
                                    


  "Vin.. Papa ada di kantor...?" Popor mengagetkan gue yang sedang asyik menonton tv.
Dia sudah duduk disamping gue sekarang.

    "Ngga ada Por, Pa bos pergi ke jogja, mungkin 3 hari baru pulang..." kata gue sambil memencet remot tv beberapa kali, belum memilih saluran mana yang akan gue lihat.

Popor terdiam sejenak, lalu dia sibuk memainkan jarinya di atas Ponselnya, setelah beberapa saat dia meletakkan ponselnya di telinganya.
Gue memandangnya heran, mau nelpon siapa popor malam-malam begini...?

  "Papa...!" Kata Popor tiba-tiba, gue membulatkan mata gue, Popor menelpon Pa Bos....

   " Papa ngga kangen sama Popor...? Ko ngga pernah pulang kerumah sih...?" Kata Popor lagi, lalu dia diam mendengarkan jawaban dari Papanya, gue ngga mendengar suara Pa Bos karena Popor tak memakai loudspeakers.

   "Kevin....?" Kata Popor lagi sambil memandang kearah gue, sepertinya Pa Bos menyinggung tentang gue ke Popor.
Tiba-tiba gue merasa darah gue naik kekepala, panik.

   "Iya Pa, his always with me..." kata Popor lagi. Matanya masih memandang lekat kearah gue.

Tiba-tiba Popor menyodorkan ponselnya kearah gue.

  "Papa mau ngomong..." kata Popor.
Gue menelan ludah, dengan gemetar gue meraih ponsel ditangan Popor dan mendekatkannya ke telinga gue.

   "Iya Pak bos, ini Kevin..." kata gue agak gugup.

   " Kevin.. kata Owi tadi kamu kekantor ya hari ini..?" Suara berat pa bos menggema ditelinga gue.

   "Iya Pak, mau ngelaporin tentang proyek di Guangzhou kemaren..." gue agak lupa cara berbicara dengan Pa Bos bagaimana, sehingga gue agak ter bata sekarang.

   "Kasih ke Owi aja Vin, kamu fokus ke Popor saja, oh ya gimana Popor...? Dia nggak gangguin kamu kan Vin...?" Kata Pa Bos, kini suara nya terdengar lebih santai.

   "Oh eenggg nggak ko Pak..." Gue memandang kearah Popor yang sudah sibuk dengan remote Tv.
Pa Bos tergelak mendengar jawaban gue, mungkin dia tau gue berbohong.

   "Kamu yang sabar ya ngadepin Popor, dia memang kadang usil, tapi dia gadis yang lembut ko, nanti kamu pasti terbiasa dengan sifat Popor...." suara Pa Bos terdengar sangat antusias membicarakan putrinya itu.

   " iya Pak, dia gadis yang baik..." ucap gue lirih, lebih seperti berbicara kepada diri gue sendiri.

   "Jaga Popor ya... saya percaya sama kamu..." Pa Bos kembali terdengar tegas. Itu membuat gue meneguk ludah.

    "Iya Pak..." jawab gue kembali gugup.
Sesaat kemudian panggilan sudah terputus.

Gue menyerahkan ponsel Popor kembali, mengingat-ingat kata-kata Pa Bos tadi.

Biasanya Pa Bos selalu membicarakan tentang pekerjaan kepada gue, dan membuat gue begadang untuk menyelesaikan pekerjaannya. Tapi sekarang dia seperti menyuruh gue untuk melupakan soal pekerjaan dan fokus kepada putri nya.

Gue masih ngga mengerti dengan rencana Pa Bos, apa Yang sedang dia fikirkan sekarang, biasanya dia tidak akan pergi dinas keluar kota tanpa gue. Tapi sekarang dia seperti ngga mau melibatkan gue dalam perjalanan dinasnya. Apa jangan jangan, gue mau dipecat lagi.... lagi-lagi gue menelan ludah.

  "Papa bilang apa Vin...?" Popor membuyarkan lamunan gue.
   "Oh cuma masalah kerjaan Por..." kata gue datar, ngga mungkin gue mengatakan yang sebenarnya.

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang