part 20

463 48 0
                                    

   Gue sudah selesai bersih-bersih dan meletakkan koper didalam kamar. Popor belum juga muncul, sedang apa dia...?

Gue menuruni anak tangga saat mendengar suara berisik dari arah dapur.
Gue berinisiatif mengintip apa yang dilakukan dua wanita itu sehingga mereka terdengar sesekali cekikikan.

Popor sudah berganti pakain, eh tapi sejak kapan...? Dia ngga ada masuk kamar...? Gue terkejut dengan fikiran gue sendiri, apa yang gue harapkan..? Satu kamar dengan Popor...? Gila kali...

Popor terlihat sedang memotong-motong sesuatu, dan mama sibuk mengaduk sup didalam panci, sepertinya mereka sedang masak untuk makan malam.

Gue berlalu menuju teras, meregangkan otot-otot gue, cape.... padahal cuma duduk dipesawat tadi.

Gue menatap sesosok yang masuk dari pagar rumah, gue tertegun, wajah tegas papa menyunggingkan senyum.

Gue mencium hikmat tangan papa setelah dia sudah berada diteras.
Papa memeluk gue lembut, dia menepuk-nepuk pundak gue, sepertinya dia merasakan kebimbangan gue.

  "Jadi dia anak bos mu Vin...?" Kata Papa setelah kami duduk bersebelahan di kursi teras yang dipisahkan meja bundar kecil.

Gue menatap papa bingung, dari mana dia tau...? Ah mama, pasti mama langsung menelpon papa tadi.

   "Iya Pa... bos mempercayakan putrinya pada Kevin.." gue agak ragu dengan kalimat gue sendiri, tunggu...'mempercayakan ' sepertinya itu kata yang salah.

Gue menatap papa lagi, memastikan ekspresi wajahnya. Dia hanya mengangguk datar.

   "Bagaimana pekerjaan mu...?" Tanya papa lagi, gue tersentak papa mengalihkan pembicaraan.

   "Oh eh b..baik pa..." gue agak terbata menanggapi pertanyaan Papa yang tiba-tiba berubah haluan itu.

   "Semakin hari tanggung jawab mu akan semakin besar Vin, kamu harus siap..." papa memandang kearah pintu saat mendengar tawa mama dan Popor dari dapur.

"Mama sepertinya sangat bahagia..." katanya sambil menunjuk kebelakang.

Gue cuma tersenyum kecut. Ngga tau harus bagaimana menanggapi ucapan Papa.

Papa menghela nafas sambil bediri dan menepuk pundak gue.

"Vin segera lah ambil keputusan sebelum kamu menyakiti dia..." kata papa lirih.

Deg...
Jantung gue rasanya berhenti saat itu juga. Hanya Papa yang merasakan kegelisahan gue, dia bahkan merasakan kebingungan dihati gue. Papa... sejelas itu kah....

Papa tersenyum sambil berlalu masuk kedalam rumah, sesaat kemudian terdengar  suara antusias mama mengenalkan Popor kepada Papa, gue ngga begitu mendengar lagi. Karena nafas gue sudah tercekat, telinga gue berdengung, suara papa menggema di telinga gue.

  'Segeralah ambil keputusan, sebelum kamu menyakiti dia'

Keputusan...? Menyakiti...? Dia....?
Apakah kalimat itu ditujukan untuk Popor...? Entahlah, otak gue terasa sesak sekarang.

_____________

  Gue duduk dikursi tamu sambil merengut, seharian ini Popor bersama mama, bahkan dia seperti melupakan gue, untuk pertama kalinya dia ngga mengatakan apa-apa sejak kami sampai , selain tersenyum di meja makan tadi.

Oke gue diacuhin sekarang, dia lagi-lagi sibuk bersama mama didepan televisi, menonton drama korea yang di putar mama, gue yakin mama sudah ribuan kali menontonnya.

Gue memanyunkan bibir, Popor yang selalu lengket dengan gue sekarang malah lengket dengan mama, mereka seperti di lem, nempel mulu ngga mau pisah.

Bahkan saat gue minta dibuatkan kopi mama malah menahan tangan Popor yang sudah ingin beranjak kearah dapur. Dan meneriaki gue untuk membuat sendiri.

Gue mendengus keras, mama mengambil Popor dari gue, tapi heeyy yang anaknya itu gue, kenapa malah mama ikut-ikutan mengacuhkan gue, padahal kemaren-kemaren dia terua menelpon meminta gue untuk pulang, nah sekarang... dia malah lebih memanjakan Popor.

   "Hhhuuuuuaaaaammmmm...." gue menguap sekeras mungkin berharap Popor mendengar gue, tapi dia malah ngga bergeming, tetap menatap kearah televisi sambil sesekali bergumam dan cekikikan dengan mama.

   Baiklah... liat aja lo Por... batin gue.
Gue berjalan kearah lemari TV pura-pura mencari sesuatu di lemari sambil menghalangi pandangan mereka dari televisi.

   "Iishh.. minggir Vin, mama lagi nonton sama Popor..."kata mama mengibas-ngibaskan tangannya menyuruh gue pergi.

   "Bentar ma... Kevin lagi cari DVD kesukaan Kevin..." kata gue menatap wajah Popor sambil tersenyum manis. Popor hanya mengangkat sebelah alisnya.

   "Sejak kapan kamu suka nonton DVD Vin..ngaco.. minggir cepat.." kata mama lagi.

Gue cuma tertunduk lesu, Popor ngga merespon apa-apa selain tersenyum.
Hhaaaahhhh gagal.... benak gue.

Gue kembali ketempat duduk gue, menghempaskan tubuh gue kasar. Ayolah sekarang gue ngga ada artinya lagi por...?
Tiba-tiba gue terkikik sendiri, gue cemburu dengan mama gue sendiri. Hah tunggu cemburu...?

Gue hampir saja mati kebosanan saat ponsel gue memekik.
Satu pesan masuk.
Dari Marcus... benak gue setelah membaca notifikasi dilayar ponsel gue.

  "Vin...sibuk nggak...?minta tolong boleh..." isi pesan Marcus.

    "Ngga sibuk sama sekali koh.. malah ngga ngapa-ngapain..." balas gue.

    "Eemm tolong kerjain kerjaan gue mau nggak, gue lagi keteteran nih, kerjaan dijogja kebangetan..." pesan Marcus kembali masuk.

Mata gue berbinar, akhirnya gue punya sesuatu yang bisa gue kerjain selain memandangi mama dan Popor yang mengacuhkan gue.

   "Oke siap koh... kirim aja via email..."  send.

  " 👍👍 makasih ya...." balas Marcus.

Gue langsung loncat menuju kamar, ngga menghiraukan mama dan Popor lagi. Akhirnya gue punya kesibukan juga buat ngilangin bad mood gue gara-gara Popor.
Thanks Koh.. lo emang temen yang paling bisa diandelin.... bahkan saat seperti ini... gumam gue dalam hati.

Sesaat setelah email Marcus masuk, gue mulai tenggelam dalan kerjaan, ah rasanya gue kangen banget saat-saat seperti ini, saat gue menenggelamkan diri dalam pekerjaan dan begadang semalaman menyelesaikan kerjaan, rasanya sudah lama sekali gue ngga merasakan sensasi workaholics gue.
Semua gara-gara si mata sipit sialan itu, sekarang dia malah mengacuhkan gue.

  Oke sekarang gue ada kencan dengan laptop gue, dan ngga akan ada yang ganggu gue, bahkan Popor..
Aarrggghhh ngga tau ah gue senang atau sedih... gue mengacak-acak rambut gue.

Pukul 12.13, gue menggerak-gerakkan pinggang gue, sudah 3 jam gue berkutat didepan layar kotak itu. Dan pekerjaan itu sepertinya belum selesai. Marcus benar-benar serius. Ah ini terasa seperti pembalasan. Biasanya gue yang pergi dengan Pa Bos dan Marcus yang mengerjakan pekerjaan gue. Keadaan berbalik sekarang. Gue terkikik pelan, jadi begini Marcus saat mengerjakan pekerjaan gue dulu. Lagi-lagi gue salut dengan sahabat gue itu.

Gue mengarahkan pendengaran kearah luar, tidak terdengar apa-apa , sepertinya sudah sepi diluar, apa Mama sama Popor sudah tidur...?

Gue menuruni tangga pelan, benar saja ruang tamu sudah gelap. Sepertinya penghuni rumah ini sudah terlelap kecuali gue.

Gue menuju kulkas dan meneguk sedikit air dingin, rasanya sangat haus selama itu didepan laptop.

Gue jadi penasaran Popor tidur dimana, dikamar tamu atau...

Gue berjalan kembali menuju kamar. Membuka pintu kamar tamu dan mendapati papa tertidur pulas sendirian.
Berarti Popor tidur dikamar mama, aarrgghh dua wanita itu semakin lengket saja, bahkan Popor ngga ngucapin selamat tidur kepada gue.

Segitunya Por lo ngabain gue... benak gue.
Entah kenapa gue jadi kangen sifat mengganggu Popor, gila kan gue...

Jangan lupa vommend ya...

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang