Part 33

543 70 10
                                    

You Are The Reason~ Calum Scott ft. Leona Lewis

Kevin menyeret langkahnya menuju pintu kosnya. Ini sudah jam satu siang dan Kevin baru sampai ke Jakarta pukul 11 pagi tadi. Dan sekarang dengan satu tas jinjing kecil berisi beberapa bajunya Kevin kembali harus menempuh perjalanan jauh hanya untuk bertemu orang yang selama dua minggu ini mengisi otaknya. Ya dia harus bertindak sekarang. Tidak perduli dia harus pergi sejauh apapun selama dia masih bisa bernafas, dia ingin memperjuangkan cewek dengan senyum ajaib itu. Tidak akan ada lagi Kevin yang pengecut, sekarang dia benar-benar akan melindungi Popor. Itu adalah janjinya seumur hidup.

   "Kevin..."

Baru beberapa langkah Kevin meninggalkan pintu kosnya, suara Marcus menghentikan langkahnya. Spontan dia berbalik dan menatap Marcus yang tengah bersandar di depan pintu Kosnya yang setengah terbuka. Marcus memicingkan matanya sambil melipat kedua tangan di dadanya. "Mau kemana...?" Marcus mengangkat dagunya sedikit masih memasang wajah menyelidik.

  "Pergi..." jawab Kevin cepat, sambil meyapu pandangan kearah Marcus, dia hanya memakai celana pendek selutut dan memakai kaos oblong dengan rambut acak-acakan khas bangun tidur. Ternyata Marcus juga bisa berpakaian kasual.

   "Ck!nenek-nenek rabun juga tau kalau lo mau pergi, secara lo bawa tas dan sedari tadi lo ribut baget di kamar sampai gue ngga bisa tidur." Marcus mengangkat ujung alisnya. "Pertanyaannya, lo mau pergi kemana Kevin Sanjaya Sukamuljo..."
Kevin hampir menyemburkan tawa mendengar Marcus menyebutkan nama lengkapnya. Sejak kapan dia mulai bermain seperti kakak dan Adik dengan Marcus. Secara tidak sengaja Marcus memperlakukan Kevin seperti adiknya sendiri. Walau tingkahnya tidak seabsurd Kakak Kandungnya -- Shannon.

   "Thailand." Kevin menjawab dengan cepat karena lagi-lagi Marcus menatapnya dengan tatapan menyelidik. Kevin mengarahkan pandangannya kesembarang arah, berharap Marcus tidak mendengar ucapannya tadi. Sia-sia, pendengaran Marcus memang terlalu sehat. Dia menyunggingkan senyum sambil membenarkan posisi berdirinya, memasukan kedua tangannya kedalam saku celana.

   "Baguslah... akhirnya lo sadar juga, gue udah berusaha untuk tidak mengatakan apa-apa tentang Popor selama dua minggu ini, hanya untuk membuat lo bisa sadar dengan sendirinya bahwa lo sama Popor saling membutuhkan satu sama lain. Tanpa harus ada yang mendorong lo terlebih dahulu." Marcus menghela nafasnya, seakan membuang ganjalan di dalam dadanya selama ini.

Kevin hanya terdiam, kenyataanya adalah dia memang perlu didorong terlebih dahulu sebelum nya. Kevin memang menyadari kalau dia merindukan Popor. Sangat. Tapi tidak bisa dipungkiri kalau dia bukan orang yang bisa cepat mengambil keputusan sebelum ada yang mendorongnya lebih keras. Dalam hal ini Pak Summate lah yang meyakinkannya untuk pergi menemui Popor. Lagi-lagi Kevin merasa dia masih menjadi pengecut.

   "Yaudah koh. Gue berangkat dulu..." Kevin tidak berani beradu pandang lagi dengan Marcus, dia langsung memutar badannya dan bersiap ingin pergi dari situ sebelum Marcus kembali membuat dia semakin terlihat buruk.

    "Tunggu sebentar Vin..." suara Marcus kembali menghentikan langkah Kevin.
Kevin berbalik dan menaikkan alisnya. Sedangkan Marcus sudah berlari masuk kedalam Kos. Kevin mengintip sedikit di sela-sela Pintu yang terbuka, Marcus terlihat berlari menuju kamar. Apa yang Marcus ambil...? Ongkos tambahan buat ke Thailand...? Kevin terkekeh sendiri dengan pemikirannya. Ya Tuhan ini bukan saatnya untuk itung-itungan. Tapi kalau benar Kevin sangat bersyukur. Kevin kembali terkekeh.

Tak lama Marcus sudah kembali berjalan menuju pintu, mendapati Kevin yang masih berdiri ditempatnya tanpa bergeser sesenti pun. Marcus mendekati Kevin.

   "Ini..." Marcus menyodorkan kotak beludru kehadapan Kevin. Mata Kevin terbelalak. Itu kotak cincin yang kemaren dia buang ke tempat sampah. "Lo pasti masih perlu ini kan...? Gue ngambil dari Bu Mira saat dia mau buang sampah, gue fikir mungkin suatu saat lo bakal butuhin barang mahal ini lagi, yah kalau lo ngga butuh lagi kan bisa gue jual..." Marcus tersenyum dengan senyum mataharinya. Sedang Kevin masih diam memandang lekat kekotak kecil itu.
Kevin meraihnya dengan pelan di telapak tangan Marcus. Bayangan malam itu saat Popor menangis, kembali terbersit di pikirannya. Kevin mencengkeram erat kotak kecil itu.

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang