Part 5

626 48 2
                                    


Aku memandang sekeliling ruangan sambil memegang dahi. Kosku sangat berantakan.

Baju kotor yang tergeletak di kursi, tumpahan kopi di atas meja, serta bungkus permen, kacang dan snack yang bertebaran dilantai.

Biasanya Bu Mira pagi-pagi sudah membereskan kekacaun ini, tapi karena pintunya terkunci, alhasil, kosanku masih seperti kapal pecah.

Memang Bu Mira sengaja tidak menyimpan kunci cadangan karena menghormati privasi kami yang mengkos ditempatnya. Walaupun dia pemilik kosan, tapi bukan berarti dia bebas masuk tanpa izin.

Itulah salah satu alasanku betah kos disini walaupun Bu Mira kadang suka membuatku naik darah.

Aku menatap Popor yang dari tadi berdiri di sampingku, dia meletakkan tangan di dada sambil menggeleng-gelengkan kepala. Mengerti betapa kacaunya aku ini.

Popor bergerak ingin meraih gelas yang tumpah di atas meja.

 Aku segera mencegahnya, "eh! jangan, Por. Nanti baju kamu kotor kita, kan mau berangkat. Kamu duduk aja di—" Aku menunjuk kearah sofa depan tv, tapi kemudian menurunkan telunjukku lemah saat melihat di sana juga banyak baju kotorku berseliweran.

"Dirty Men, huh?" kata Popor cekikikan.

"Ya, sudah kalau gitu, kamu ke kamarku aja. Di sana lumayan bersih. Aku mandi dulu sebentar," kataku sambil melangkah menuju pintu kamar dan membukakan pintu untuk Popor.

Kamarku memang tak bisa dibilang sangat bersih, tapi cukup untuk Popor duduk sebentar di sana.

Aku segera melepas jaket Popor dan melemparkannya ke kasur. Hampir gila karena aroma jaket itu. Sebaiknya mulai sekarang aku tidak memakai barang Popor lagi jika tak ingin terkena masalah.

Aku mengambil handuk didalam lemari, dan meninggalkan Popor yang sedang berkeliling di dalam kamarku yang cuma berukuran 4 x 4 itu.

****

Lima belas menit kemudian aku sudah keluar dari kamar mandi, sengaja memakai baju di sana lebih dulu, tak mungkin aku melakukannya dikamar sedangkan Popor berada di sana.

Sampai di depan pintu kamar, aku terkejut saat melihat ruang tamu sudah bersih.

Tak ada lagi tumpahan kopi, baju kotor juga sudah raib. lantai pun sudah mengkilat. Aku lekas masuk ke kamar.

  "Aku, kan sudah bilang tidak usah dibersihkan!" seruku sambil menghampiri Popor yang sedang memandangi sebuah foto.

"Bukan aku. Ibu tadi yang melakukannya, aku hanya membantu sedikit." jelasnya, memandangiku dengan ekspresi polos.

Aku mengangguk mengerti, pantas saja pipi Popor merah lagi.

"Kamu dicubit lagi?" tanyaku memperhatikan ke dua pipinya prihatin.

"Tidak apa, Ibu kos mu baik." katanya, masih fokus memandangi foto ditangannya.

"Katakan padanya untuk berhenti kalau kau tidak suka," kataku sambil duduk di samping Popor, ikut memperhatikan bingkai foto yang ada ditangannya. "Itu Mama sama Papa," ucapku melihat Popor yang terlihat penasaran dengan foto itu.

  "Dimana?" tanya Popor, matanya terlihat sedih.

  "Banyuwangi."

  "Jauh, ya?"

  "Tidak juga. Kalau naik pesawat tak sampai 2 jam." Aku menjelaskan sambil mengingat-ingat, kapan terakhir aku pulang ,satu setengah tahun lalu saat pernikahan Shannon, kakakku.

"Kalau yang ini siapa?" Popor meraih foto lain yang ada di atas meja.

"Oh, itu kakak ku dan istrinya, yang ini keponakanku," kataku sambil menunjuk bayi yang ada di gendongan istri kakakku.

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang