part 9

540 43 0
                                    


Gue menarik tangan Popor masuk keruangan gue, suara gaduh diluar masih terdengar, buakan hanya ibu kos atau ibu-ibu hamil kemaren yang salah paham tentang hubungan gue dan Popor, bahkan teman -teman satu kantor juga sudah salah paham dengan kami berdua, dan anehnya Popor ngga pernah berusaha menyangkal itu semua, dia seperti membiarkan semuanya terjadi. Bagaimana kalau Pa Bos tau, bisa dipecat gue tanpa pesangon.

  "Ngapain sih Por, itu tadi banyak orang, kalau mereka salah paham trus ngadu ke pak Bos gimana..??".
Popor hanya tersenyum, tidak ada tanda-tanda dia akan menjawab pertanyaan gue.

  Gue mendengus kesal, meninggalkannya menuju kursi gue.
Rasanya ingin sekali menanyakan padanya kemana dia tiga hari ini, kenapa dia ngga ngabarin gue, sama siapa dia pergi. Tapi ego menahan gue. Gue ngga mau terlihat terlalu mengkhawatirkan Popor.

Popor berjalan mendekati gue. Gue berusaha terlihat sibuk dengan map-map yang gue bawa tadi.
   "Are you okey...?"Popor menatap wajah gue.
Gue cuma menatapnya sebentar dan membuang muka lagi.

"Vin you angry with me... You do not wanna know where I'm going these three days..?"
  Popor kembali bersuara.
Gue menatapnya lekat, sebenarnya gue sungguh ingin tau, hal yang benar-benar menjadi pertanyaan dibenak gue tiga hari ini. Tapi gue berusaha hanya diam.

  "Oke Vin,gue pergi sekarang.." matanya semu, dia terlihat sangat kecewa. Gue ngga tau harus bagaimana, gue masih ngga bisa berkata apa-apa saat Popor melangkah menuju pintu.

Gue bangkit dari duduk dan mengejar Popor.
  
  "Por..." gue menangkap tangannya, ngga mau dia pergi lagi, ngga mau dia ngilang lagi, gue pengen selalu melihat senyum diwajahnya. Popor berbalik dan tersenyum.

Senyum yang benar-benar gue rindukan.
  "Gue pengen tau Por..." ucap gue tak bisa menyembunyikan rasa penasaran itu lagi.

   "Sorry Vin, gue ngga ngabarin lo, saat lo pulang, Greysia nelpon gue, dia bilang dia sudah balik dari singapura. Gue fikir daripada gue sendiri dirumah lebih baik gue nginap dirumah Greysia, So i call taxi and go to Greysia's house." Popor menghentikan kalimatnya menggigit bibirnya. Gue cuma mengangkat alis gue, menunggu cerita Popor selanjutnya.

  "And you know i really long time doesn't meet Greysia, we have anything to share, and finally i know if Greysia want to go Raja ampat, so i go with her..." Popor mengernyitkan dahinya, menatap gue dengan tatapan khawatir.

Gue melepaskan tangan Popor, memijit dahi gue.
  "Raja ampat...? Lo becanda Por itu jauh banget, gimana kalau Pa bos tau...? Dia sudah ngasih kewajiban buat gue jagain lo, dan lo seenaknya aja pergi ngga ngabarin gue..." jujur gue kecewa dengan sikap Popor.

  "Papa tau Vin... gue izin ke papa.."kata Popor seraya menunduk.

Oh oke gue yang bego sekarang, jelas dia ngga nganggap gue penting, jelas dia ngga menghargai gue, gue kebingungan uring-uringan selama tiga hari karena dia ngilang dan sekarang ini yang terjadi, oh oke gue kecewa.

Gue berbalik dari Popor.
  "Vin maafin gue..." Popor menarik belakang baju gue.

"Gue salah Vin, saat itu gue marah sama lo karena lo ninggalin gue sendiri, jadi gue bilang ke Papa buat ngga ngasih tau gue dimana, Papa ngga setuju dan marah sam gue, tapi gue bilang gue pengen tau ngimana reaksi lo saat gue ngga ada...maafin gue Vin...gue nyesel.."

Gue menghela nafas, apa maksud Popor sebenernya, apa dia sedang menguji gue, buat apa...? Seharusnya gue bertanya Pada Pa Bos kemarin, tanpa harus takut atau segan, sekarang apa yang difikirkan Pa bos tentang gue, karena ngga berusaha mencari tau dimana Popor.

   "Vin..." Popor kembali menarik belakang baju gue karena gue belum juga menoleh kepadanya.
Gue menghela nafas, Popor ngga sepenuhnya salah, seandainya gue ngga ninggalin dia malam itu, dia ngga perlu nginap dirumah Greysia dan dia ngga perlu ikut ke Raja Ampat. Gue mulai melunak, gue kembali berbalik menghadap Popor.
   "Jangan pernah lakuin itu lagi..." kata gue pelan, gue ngga mau melukai hati Popor.
Popor mengangguk pelan.
   "Lo khawatir...?" Kata Popor memandang lekat ke mata gue.
Gue sedikit mengangguk, ngga mau terlihat jelas.

"Kenapa ngga nelpon gue..?"
  "Ngga punya nomer lo Por..." Popor berdehem sambil mengambil ponsel gue dari dalam saku celana gue, gue agak kaget dengan gerakan tiba-tiba popor.

Dia mengetik dilayar ponsel gue sambil tersenyum.
  "Anytime you wanna know where iam, just call me.." katanya memperlihatkan layar ponsel kepada gue.
  Gue cuma tersenyum. Bagaimana gue bisa mengabaikan lo Por, sedangkan lo selalu berhasil menarik perhatian gue, bahkan gue ngga bisa sama sekali marah sama lo,
Gue ngga tau gue kenapa, dan apa yang terjadi sama gue, gue terlalu bergantung sama lo Por. Gue ngga tau ini benar atau salah, tapi selama ini masih berlangsung gue ngga akan nyianyiain saat-saat gue bersama lo.

Popor menatap gue dengan tatapan aneh, tatapan penuh harap, tatapan yamg teduh dimata gue.

Gue sangat ingin memalingkan wajah gue sekarang, tapi sendi leher gue tiba-tiba terasa kaku, tatapan Popor seperti menghipnotis gue.

Gue berusaha melawan perasaan gue sendiri, tapi segalanya terasa campur aduk, detak jantung gue seakan mengisyaratkan kelemahan gue, gue ngga bisa apa-apa selain menatap mata Popor,
Mata sipit yang sangat mempesona.
   "I miss you Kevin.." gumam Popor,
  "I miss you too.." entah dari mana kalimat itu, mengalir deras dari bibir gue, seakan gue sedang dikendalikan oleh Popor.

sekarang Mata Popor perlahan-lahan terpejam.















Part dihapus sebagian

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang