Part 49

527 72 28
                                    

Popor

Aku sudah duduk disini, bersamanya. Setelah sekian lama waktu berlalu, dan hari-hari berat yang kulalui tanpanya. Akhirnya aku kembali dihari saat setiap hari aku bisa melihatnya duduk didepan kemudi. Membawaku kemanapun yang aku inginkan.

Rasanya masih kemarin aku melihat bagaimana dia selalu berusaha menjaga jarak dariku walau aku selalu mendesaknya. Dia adalah pria polos yang menjaga dirinya dariku. Tapi itu dulu. Sudah sangat lama. Dan sekarang semuanya sudah berubah.

Setelah begitu banyak yang kami lalui bersama, mulai dari kebimbangan, perpisahan, penderitaan, hingga kesalahpahaman yang menumbuhkan rasa benci. Semuanya sudah kami lewati. Dan ternyata semua itu tidak cukup untuk memadamkan api yang berkobar didadaku. Api itu malah menghanguskanku sedikit demi sedikit.

Aku terbakar oleh perasaan cintaku padanya.

Dia masih pria yang sama seperti yang ku kenal dulu. pria yang sama yang memberikan ku tatapan hangat setiap hari, pria yang sama yang selalu memberiku rasa aman disetiap hariku, pria yang sama yang membuatku merasakan kembali kehangatan sebuah keluarga, pria yang sama yang membantuku mengatasi rasa takutku, pria yang sama yang rela mati demi membelaku, pria yang sama yang sudah melamarku dengan begitu manis, dan pria yang sama yang menangis memintaku untuk tidak pergi.

Tapi kemudian aku tersadar, dia juga pria yang sama yang sudah melukai perasaan ku.
Aku tidak bisa melupakan hari itu. Aku datang padanya dengan bertumpuk-tumpuk rindu didada, dengan rasa bersalah yang menyiksaku setiap hari, dengan harapan yang ku genggam ditanganku.

Aku tau aku akan dimaki, dibenci dan mungkin diusir, sungguh aku sudah siap untuk semua itu, aku hanya ingin melihat wajahnya secara langsung setelah sekian lama hanya bisa memandang potretnya sambil menangis. Tapi yang kulihat bukan hanya tatapan membenci, tapi malah sebuah tatapan kemurkaan yang hampir membuatku mati karena ketakutan.

Dan saat semua itu terjadi, aku merasa setiap butiran rinduku menguap diudara. Berubah menjadi rasa kecewa yang bercampur dengan amarah. Sejak saat itu aku berjanji untuk membunuh setiap cinta yang ada di hatiku untuknya. Aku marah, aku kecewa.

Tapi ternyata semua itu sangat sulit. Aku mencintainya dengan begitu mudah. Tapi hanya untuk membencinya saja membuatku tersiksa disetiap nafasku. Aku kembali pada diriku yang terpuruk seperti saat pertama ku tau dia pergi, bahkan perlu waktu lama untuk membuatku kembali berdiri tegak. Tapi kali ini, aku hampir saja berpikir untuk mati. Tidak ada harapan untukku dan dia. Itu yang membuatku memilih untuk tidak bernafas dari pada menghadapi kenyataan bahwa dia membenciku sedemikian rupa.

Dan Aku disini sekarang, bersamanya. Dia datang, dan saat aku melihatnya pertama kali, dia tersenyum dan berkata kalau dia merindukanku, walau dengan kesadaran yang hampir hilang dia masih sempat tersenyum dan membisikkan kata rindu ditelingaku. Dan tiba-tiba aku merasakan hatiku seperti ditusuk ribuan pedang. Sakit dan berdarah.

Dan Aku disini sekarang, bersamanya. Saat dia bilang kalau dia akan pergi setelah menghabiskan hari ini bersamaku, entah kenapa rasanya ada lubang menganga di dadaku. Kosong dan hampa. Aku ingin dia pergi, sungguh, aku masih tidak bisa mengatasi ketakutan ku terhadap sentuhannya. Tapi aku juga tidak ingin dia pergi. Oh, apakah aku egois.

Dan Aku disini sekarang, bersamanya. Dalam kesunyian yang begitu menyiksa. Beberapa kali aku mencoba untuk menatap matanya dalam. Tapi nyatanya aku tidak mampu. Dia bukan pria yang ketakutan saat beradu pandang denganku seperti dulu. Sekarang dia bahkan mempunyai keberanian untuk tersenyum saat mata kami beradu. Itu membuatku tersiksa untuk kesekian kalinya.

Dan Aku disini sekarang, bersamanya. Tidak tau kemana. Tapi aku akan mengikuti kemana langkahnya membawaku. Dan mencoba mencari tahu arti dari degupan didadaku ini, apakah ini rasa takut atau, api yang akan kembali menyala dan membakar tubuhku.

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang