Part 39.3

523 72 8
                                    

Tekan🌟

Before all happened....

Marcus menatap tajam pria yang berdiri didepannya,dia menatap Marcus dengan tatapan memohon.

Entah kenapa sampai saat ini setelah semuanya terjadi Marcus masih saja menganggap pria gila ini sahabat terbaik nya.

Iya dia memang pria gila, pria yang selalu saja membuat keputusan di saat-saat sempit seperti ini.

Setelah dulu dia sudah pernah membuat Marcus sakit kepala dengan idenya tentang makan malam romantis yang berujung perkelahian dan perusakan properti restoran paman Agnes. Kali ini idenya makin gila lagi dan hampir membuat Marcus tergoda untuk meneriakinya kencang. Are you stupid men...??

Tapi Marcus tidak berteriak, dia masih berusaha menahan emosinya kepada pria itu.

Bayangkan saja, baru saja tadi dia datang ke kamar hotel Marcus sambil berteriak dan menggedor pintu kamar dengan kencang. Seperti seorang depkolektor yang sedang menagih hutang. Sial brisik sekali.

Bukan hanya itu. Hal yang paling membuat Marcus tidak habis fikir adalah, pria itu, sahabatnya, Kevin. Memintanya untuk mengaturkan acara lamaran di sela-sela pesta resepsi Liliyana.

Are you kidding me...??

Itu hampir nggak mungkin.

Pertama.

Acaranya sudah hampir dimulai.

Kedua.

Ini acara resepsi pernikahan orang lain. Dan si bodoh itu ingin melamar kekasihnya di momen bahagia Liliyana.

Ketiga.

Mendapat izin dari Zhang Nan itu adalah sesuatu yang sangat tidak mungkin. Kau ingin merusak acara pernikahan orang...??

Rasanya Marcus masih punya berjuta alasan lagi untuk menolak permintaan Kevin.
Sungguh. Kenapa...? Kenapa harus dia yang selalu diajak susah oleh Kevin kenapa tidak meminta Fajar atau Tontowi saja...??

" Koh.. please.. ya bantuin gue....." Kevin menangkupkan kedua tangan bawah hidungnya sambil masih memasang wajah memelas.

Marcus sudah membelalakkan matanya. Ingin mengumpat dan berteriak. Pria ini benar-benar ingin membuat nya malu lagi.

" Ngga mau gue... Gila kali lo Vin... Emangnya semudah itu apa nyiapin semua yang lo pinta dalam waktu semepet ini, gue bukan penyihir Vin.. gue manusia biasa..."
Marcus memijit dahinya. Darahnya sudah naik hingga ubun-ubun.

" Emang lo bukan penyihir koh... Lo sahabat gue, sahabat terbaik gue, gue yakin lo pasti mau bantuin gue, kalau gue sendiri emang rasanya ngga mungkin. Tapi kalau sama lo... Gue yakin ngga ada yang ngga mungkin..." Kevin menepuk-nepuk bahu Marcus dengan mimik wajah percaya diri.

"Gue bilang ngga...! Lo minta bantuan sama orang lain aja, jangan bawa-bawa gue lagi didalam ide gila lo..." Marcus berdecak keras sebelum melanjutkan kalimatnya.

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang