Part 6

574 43 4
                                    

Popor kembali dengan membawa dua eskrim besar berbentuk kerucut dengan isi bermacam-macam. Dia menyerahkan satu padaku sembari duduk.

"Ini es cream atau gado-gado, sih? kok banyak banget campurannya?" Aku mengaduk-ngaduk eskrim itu dengan sedok kecil yang sudah ada di dalamnya.

"Gado-gado?" Popor menggaruk kepalanya.

"Sudahlah." kataku sambil mulai menyendok es itu ke mulut.

Popor tersenyum memandangi wajahku yang masih pucat. sepertinya dia sudah puas mengerjaiku hari ini.

Popor diam sambil menatapku dengan tatapan aneh. Ditatap Popor seperti itu malah membuatku salah tingkah. Aku menyendok eskrim dengan sendokan besar, saat ingin memasukkan kemulut, Popor malah mendahului memakan es yang ada di tanganku itu.

Aku yang sudah membuka mulut untuk menyambut suapan itu hanya mampu terdiam kaget dengan aksi Popor.

Kini wajah Popor berada tepat di depan wajahku. Aku tak bisa bergerak, mulutku masih menganga, sedangkan Popor juga hanya diam ditempat. Sesenti lagi bibir Popor bibir menyentuh bibirku.

Kami sama-sama diam dalam Posisi itu, bisa ditebak jantungku mulai berdetak tak karuan lagi, aku hanya bisa berharap Popor tak mendengar detak jantungku.

Wajahku mulai panas. SedanganPopor tersenyum tipis melihat perubahan rona wajahku. Waktu tiba-tiba bergerak lambat, dan hanya ada mata sipit Popor yang kini bisa kulihat. Dunia seperti berpusar dalam satu poros.

"Mesra banget! baru nikah kali, ya?" Sebuah suara terdengar tak jauh dari tempat kami duduk.

Terkejut dengan suara itu aku dan Popor sontak menjauhkan wajah kami bersamaan. Berusaha mencari dimana asal suara itu. Ternyata suara itu berasal dari seorang ibu hamil yang dari tadi duduk tak jauh dari kami.

Ibu muda itu berjalan mendekati kami dengan langkah hati-hati karena perutnya sudah seperti mau meledak. Dia terlihat sangat sulit bergerak, seorang laki-laki yang ki yakini adalah suaminya dengan sigap menangkap tangan istrinya membantu sang istri berjalan kearahku dan Popor. Lalu dia duduk di tengah antara aku Popor.

"Udah berapa lama nikahnya?" tanyanya sembari memandang kearahku.

"Tidak, kami baru baru 2 hari ke—" belum selesai aku bicara, dia sudah memotong dengan cepat.

"Wah! pantas saja! Sedang bulan madu, ya? Kok ke Dufan? Tidak ke Bali atau luar negeri?" Ibu muda itu kini menatap Popor yang dari tadi terus tersenyum.

"Murah, miss." jawab Popor tanpa menghentikan senyum diwajahnya.

"Oh! Bule, ya! Dari mana?" serunya sembari memegang tangan Popor.
"Thailand." jawab Popor lagi.

"Oh, pantes! orang Thailand memang cantik-cantik, iya kan, sayang?" Wanita itu memandang kearah suaminya yang berada dibelakangku. Suaminya hanya mengangguk tersenyum.

Wanita itu menyentuh pipi Popor lembut sambil mengelus-ngelus perutnya yang buncit. "Ini kehamilan saya yang pertama setelah menanti 8 tahun, saya bersyukur masih diberi kepercayaan Tuhan untuk punya anak, saya kira saya tidak akan punya anak." mata ibu itu berubah sendu. Tangannya terus menggenggam tangan Popor.

"Makanya sayang kamu jangan tunda-tunda punya anak, lebih baik sekarang. kamu tidak akan pernah bisa membayangkan bagaimana luar biasa rasanya." Wanita itu mengelus perutnya lagi.

"How does it feel, miss?" tanya Popor dengan mata berbinar.

"Feel? rasanya maksud kamu?" tanya si ibu.

Popor mengangguk.

Si ibu tertawa kecil. "Rasanya luar biasa, sayang. Ada kehidupan lain didalam tubuh kita, kadang dia gerak-gerak. oh, ya siapa nama kamu?"

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang