Part 46

422 58 18
                                    

Pukul 17.30 di kota Jakarta. Langit sudah mulai gelap, tapi udara masih juga terasa panas. Seorang pria berpakaian serba hitam duduk gelisah didalam taksi yang dia tumpangi. Dia terus memandang ke arah jendela, memperhatikan bagaimana sore itu mobil-mobil berlomba untuk saling mendahului, deru suara klakson yang berbaur dengan suara bising knalpot membuat dia sadar. Dia sudah tiba di kota yang sudah tiga tahun dia tinggalkan.

Pria itu, Kevin. Bahkan dia masih tidak percaya dia sudah berada di kota sibuk itu. Beberapa jam yang lalu, hatinya masih bersikukuh untuk tidak pergi ke sana. Tapi begitulah, pikiran dan tubuhnya bertolak belakang. Logikanya sekuat tenaga menolak, tapi tubuhnya seakan bergerak sendiri. Buktinya dia sudah sampai di Jakarta, walau ada penyesalan disetiap langkah yang dia ayunkan di kota itu.

"Mas kita sudah sampai."
Suara berat dari sopir taksi itu membuyarkan lamunan Kevin. Dia mendapati taksi yang dia tumpangi sudah berhenti disebuah lobi hotel yang dia tuju.

"Ah iya, terimakasih!." Kevin segera turun dari taksi itu. Seorang karyawan hotel Segera menghampirinya untuk menawarkan jasanya membawakan barang Kevin. Tapi Kevin menolak, memang dia tidak membawa apa-apa selain tas kecil yang berisi beberapa pakaiannya.

Setelah cek-in Kevin segera menuju kamar hotelnya. Hatinya kembali diliputi keraguan. Beberapa jam lagi resepsi pernikahan Marcus akan segera digelar. Tapi bahkan sekarang kakinya terasa berat untuk beranjak dari duduknya sekedar untuk bersiap.

Ada sengatan-sengatan kecil didalam hatinya setiap kali membayangkan akan bertatap muka lagi dengan Popor. Rasanya Kevin selalu saja tidak siap. Entah apa yang harus dia lakukan disana, mungkin bersikap biasa saja saat melihat Popor bersama Anthony nantinya. Kevin menekan dadanya. Dia tetap saja tidak siap.

Kevin beranjak dari duduknya. Berjalan menuju kamar mandi, dia perlu membersihkan diri. Dia pergi atau tidak ke Resepsi Marcus belum dia putuskan, walau dia sudah pergi sejauh ini, tapi belum terlambat baginya untuk kembali, untuk tidak bertemu siapapun hari ini.

🍃🍃🍃🍃

Pukul 10.15 malam. Kevin melangkahkan kakinya disebuah gedung tempat resepsi Marcus dan Agnes. Kevin tau ini sudah sangat terlambat, tapi dia tetap datang juga ke sana walau hatinya berkata jangan pergi berulang-ulang.

Setelah memastikan identitasnya pada seorang penjaga tamu, Kevin sudah berdiri di depan pintu besar dimana didalam sana sedang berlangsung pesta pernikahan Marcus. Beberapa orang keluar dari pintu itu, mungkin mereka sudah selesai menghadiri pesta pernikahan Marcus.

Kevin melangkahkan kakinya memasuki pintu itu. Riuh suara orang-orang yang sedang berbincang dan suara musik mulai terdengar.

Kevin menghela nafas panjang sebelum mempercepat langkahnya. Dia memang harus menghadapi ini. Marcus adalah orang yang penting di hidup Kevin, dia harus hadir walau hanya sekedar mengucapkan selamat lalu pergi segera. Rasanya itu tidak terlalu sulit selama dia menutup matanya dari semua orang yang ada di pesta ini. Tidak akan ada yang terjadi.

Itu pasti, Kevin mencoba meyakinkan hatinya.

"KEVIN.!!" 

Baru beberapa langkah Kevin menerobos puluhan orang yang sedang berkerumun, suara yang dia kenal memanggil namanya. Belum sempat Kevin mencerna segalanya, seseorang sudah memeluknya dengan cepat. "Astaga.!! Ku kira mataku salah, ternyata ini memang kau.!"  Gadis bernama lengkap Apriyani Rahayu itu menatap Kevin dengan mata berbinar. Kevin tidak merespon, melainkan hanya mengulas senyum tipis.

"Bagaimana kabarmu, kau sehat saja kan.?" Apri memutar bahu Kevin seperti sedang memastikan kalau Kevin baik-baik saja.

"Seperti yang kau lihat, Aku sehat.!" Kevin akhirnya menyahut.

"Ya.. aku percaya itu," Apri menyipitkan matanya. "Ayo kita temui yang lain.!" Dengan cepat Apri menarik Kevin melewati kerumunan orang yang sedang saling bercakap. Kevin hanya bisa melongo tanpa bisa melawan tarikan Apri.

Apri terus menarik tangan Kevin sampai disebuah sudut ruangan, disana ada Fajar, Liliyana, dan Pak Zhang. "Lihat! Siapa yang kutemukan!." Pekikan Apri membuat ketiga orang itu seketika menoleh.

"Ya Tuhan, Kevin! Kau masih hidup!" Fajar langsung merebut Kevin dari tangan Apri. Memeluk dan menepuk bahu Kevin hingga Kevin hampir terbatuk.

"Selamat datang kembali Vin!" Liliyana ikut menimpali. Sedangkan pa Zhang hanya menatap Kevin dengan ekspresi yang sulit ditebak.

   "Sudah ku bilang kan! Kevin pasti kembali!" Apri melompat riang.

      "Vin, kau sudah bertemu Marcus?" Fajar menunjuk Marcus yang sedang berdiri disebuah panggung.

    "Belum," jawab Kevin singkat, karena sedari tadi matanya terus menjelajah disetiap orang yang berada disana, entah siapa yang dia cari, Kevin juga tidak tau.

      "Kalau begitu ayo, aku juga belum mengganggu dia," Kali ini Fajar yang menarik Kevin cepat, tanpa menghiraukan omelan Apri dari belakang. "Koh ada yang ingin bertemu denganmu."
Kata Fajar setelah berjuang menarik Kevin melewati kerumunan yang mengelilingi Marcus dan Agnes.

     "Kau terlambat!" Marcus menatap Kevin sinis.

     "Maaf koh, aku baru sampai tadi sore."

      "Ya aku tau kau sangat sibuk."

       "Tunggu sebentar!! Kau tidak terkejut koh, Kevin Sudah datang?" Fajar menengahi dan bertanya kebingungan.

Marcus dan Kevin saling berpandangan.

     "Aku sangat terkejut Jar, saking terkejutnya sampai aku tidak bisa berekspresi apa-apa, kau lihat." Marcus menunjuk kearah wajahnya yang berekspresi datar.

Kevin tidak bisa menahan tawanya. Sedangkan Fajar masih memasang wajah tidak mengerti.

    "Hai, Kevin, bagaimana kabarmu" suara lembut Agnes memecah keheningan dari tiga pria itu. Kevin lupa kalau sedari tadi Marcus berdiri bersama istrinya.

"Baik ci, terimakasih. Oh ya selamat atas pernikahan kalian, Aku harap Koh Sinyo tidak memaksamu untuk menikah dengannya." Kevin menjabat tangan Agnes.

"Sembarangan kau, yang minta dinikahi itu dia tau." Marcus menepuk tangan Kevin dari tangan Agnes.

Kevin mencibir, sedangkan Fajar tertawa keras.
"Kau tidak akan ingin melihat Vin, bagaimana merahnya muka Koh Sinyo saat melamar Ci Agnes, sangat memalukan, aku saja sangat malu menemaninya saat itu, dia tidak romantis sama sekali, melamar gadis seperti mau membegal." Tawa Fajar berlanjut diiringi pelototan Marcus dan cekikikan Agnes. Kevin juga ikut tertawa.

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang