part 29

404 45 3
                                    

  "Kevin..."

  "Kevin....."

  "Kevin...."

Kevin berlari dalam kegelapan, suara itu terus meneriakkan namanya. Itu suara lembut yang selalu dia rindukan. Suaranya semakin jelas.

  "Hey... Kevin...!"
Kevin merasakan tubuhnya terguncang-guncang. Suara lembut itu seketika berubah menjadi suara yang berat dan dingin. "Kevin...bangun...!" Kevin berusaha membuka matanya saat suara itu sudah semakin jelas. Dan sesaat kemudian dia tau siapa pemilik suara itu.

   "Koh...." gumam Kevin serak. Badannya terasa remuk dan pipinya berdenyut saat dia berusaha mengangkat kepalanya. Kevin masih dalam posisi bertelungkup seperti saat dia pertama terjun kekasurnya itu.

Marcus mengedarkan pandangannya kearah tubuh Kevin.

    "Lo tidur pake sepatu sama pake kemeja Vin...?" Marcus melipat tangannya di dadanya sambil menggeleng kan kepalanya.

   "Kenapa lo bisa masuk koh..." Kevin berusaha duduk disisi kasur tanpa menggubris perkataan Marcus.

   "Pintu lo ngga kekunci, kamar lo juga pintunya kebuka..." Marcus menunduk menatap wajah Kevin. Dan melihat jejak biru di pipi Kevin. Bukannya bertanya Marcus hanya tergelak kecil. Kevin menatap Marcus keheranan.

"Lo ngga kerja Vin...?" Kata Marcus sambil mengedarkan pandangan kesekeliling kamar Kevin dan berhenti di tempat sampah samping nakas. Sepertinya ada yang menarik perhatiannya. Marcus berbinar dan mengambil kotak beludru itu dari dalam tempat sampah. "Ini kan...?" Marcus memainkan kotak itu didepan wajah Kevin yang sudah berubah muram.

    "Buang itu Koh.." Kevin meraih kotak itu dan melemparnya kembali ke tempat sampah.

Marcus kembali terkekeh. Tapi lagi-lagi dia hanya diam tidak merespon ataupun bertanya alasannya kepada Kevin.

   "Yaudah gue berangkat kerja duluan.." Marcus menepuk pundak Kevin yang masih terduduk disisi kasur. Marcus yang sudah melangkah berhenti diambang pintu "Oh iya satu lagi, lo harus bayar ganti rugi kerusakan di restoran pamannya Agnes Vin..." Kevin tersentak, sial Marcus sudah tau, pantas saja dia tidak bertanya apa-apa.

   "Iya..." jawab Kevin singkat. Diiringi kekehan Marcus yang berjalan meninggalkan kamar Kevin.

Kevin melangkah keluar dengan tergesa-gesa. Dia sudah benar-benar terlambat untuk kekantor. Oh sudahlah dia tidak perduli. Otaknya terlalu penuh untuk berfikir. Dia sudah mandi tapi wajahnya seperti orang yang tidak mandi beberapa hati, kusut, kumal, dan tidak bercahaya.
Memang seperti ini lah Kevin yang sebenarnya, memangnya apa yang dia harapkan...? Kevin tetaplah Kevin. Dia memang selalu berantakan, berbeda saat ada Popor yang memperhatikan kehidupannya sejak bangun tidur, menyiapkan sarapan. Mencuci dan menyetrika bajunya, dan membuat Kevin selalu bersemangat setiap bangun tidur.
Apa yang Kevin pikirkan sekarang...?
Dia bahkan kembali memikirkan cewek itu. Rasanya Kevin ingin membenturkan kepalanya kedinding agar tidak selalu memikirkan Popor, tapi nyatanya sulit.

Kevin menghentikan langkahnya melihat seseorang cewe sedang berdiri di sisi jalan. Menatap Kevin lekat. Kevin tentu masih ingat dengan jelas siapa cewek itu, cewe yang tadi malam dia temui dirumah Popor. Apa yang dia lakukan disini.

Kevin melangkah kearah Gresya dan berdiri didepan nya. Menatap mata cewek itu yang memancarkan kemarahan.

   "Popor nungguin lo..." katanya sambil terlihat menahan emosi. Kevin hanya menampakkan ekspresi datar. Walaupun dadanya bergemuruh saat mendengar nama Popor.

    " seharusnya tidak..." jawab Kevin datar, matanya memandang lurus kedepan tanpa berniat beradu pandang dengan Gresya.

Greysia mengambil satu langkah kedepan Kevin. "Gue emang ngga tau apa yang terjadi sama lo dan Popor, tapi kalau lo nyakitin dia, gue ngga akan tinggal diam." Greys menunjuk hidung Kevin dengan tatapan memperingatkan. Keningnya berkerut melihat jejak biru di pipi Kevin.

EXTRAORDINARY GIRL [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang