11

1.2K 34 2
                                    

Mendekati hari pernikahannya nazilla bukannya terlihat senang malah terlihat sangat murung, bahkan beberapa kali dia di tegur karena banyak melamun. 2 hari lagi dia akan melepas masa lajang nya dan menjadi istri seseorang, hari berikutnya pertandingan basket dan hari berikutnya nazilla akan berjauhan dengan orang tuanya dengan waktu yang cukup lama mungkin.

Karena ketiga hal itulah yang membuat nazilla akhir-akhir ini menjadi pendiam, sebenarnya nazilla di larang untuk kesekolah oleh kedua orang tuanya. Mengingat pernikahannya sudah dekat tapi bukan nazilla namanya jika tidak menolak, dia beralasan akan latihan basket mengingat pertandingan sebentar lagi.

"Al" seru oci yang membuat nazilla kaget, dia hanya diam sambil melirik sahabatnya itu dengan tatapan seolah bertanya 'ada apa?'

"Lo kenapa sih akhir-akhir ini sering ngelamun, lo lagi punya masalah?" Tanya ica sambil meminum jus jeruknya, mengingat sekarang kami sedang istirahat dan duduk di kantin.

'Bukan sekedar masalah tapi beban hidup, gue pengen mencegah semua takdir buruk yang seolah mempermainkan perasaan gue. Tapi gue engga bisa merubah semuanya, terus gue harus bagaimana?' Batin nazilla, yaa semua nya hanya sanggup nazilla ucapkan dalam hati karena jika dia membicarakan dengan kedua sahabatnya itu maka semua akan terbongkar.

"Hey" seru oci lagi yang berhasil membuat nazilla kembali terkejut.

"Lo ngelamun lagi" ucap oci yang menggelengkan kepalanya, melihat sahabatnya yang bertindak aneh membuat ica dan oci berfikir keras sebenarnya apa yang terjadi dengan nazilla.

"Sory gue cuman..."

"Hai al" ucapan nazilla terpotong karena teguran seseorang dengan suara bas nya, nazilla mendongakkan wajahnya untuk melihat siapa yang memanggilnya.

"Ada apa?" Tanya nazilla bingung.

Seseorang itu bukannya menjawab malah mengulurkan dua buah coklat, nazilla menatap coklat dan seseorang itu bingung. Seseorang itu kembali mengayunkan tangannya meminta nazilla untuk mengambil coklat yang dia berikan, seolah mengerti nazilla mengambil coklat itu.

"Mungkin dengan makan coklat bisa mengurangi beban pikiran" ucap seseorang yang memberikan nazilla coklat dan ucapan seseorang itu seolah menjawab kebingunan nazilla.

"Terima kasih" ucap nazilla singkat.

"Ga kok cuman nazilla doang sih yang di kasih kita mana?" Pinta oci.

"Iya nih rangga.. masa cuman nazilla doang yang lo kasih" ucap ica membenarkan perkataan oci.

"Nih kalian makan yang punya gue aja" ucap nazilla kepada kedua sahabatnya itu.

"Ekh engga usah al, gue udah nyiapin juga kok coklat buat ica sama oci" ucap rangga, yaa dia rangga anak eskul silat, kelas IPA 3. Kata kedua sahabatnya rangga itu menyukai nazilla sejak lama, makannya dia selalu mendekati nazilla dan memberikannya perhatian tapi nazilla menganggap semua itu hanya sebatas perhatian antar teman.

Rangga mengambil coklat didalam saku celananya lalu di berikan kepada kedua sahabat nazilla yang mereka terima dengan senang hati "terima kasih rangga" ucap mereka berdua berbarengan.

'Ck! Kelakuan sahabatnya itu benar-benar membuat nazilla malu, kaya engga pernah makan coklat aja' gerutu nazilla dalam hati.

"Sama-sama" jawab rangga dengan tersenyum tulus, mungkin jika wanita lain yang melihat senyum rangga saat ini akan luluh hatinya. Tapi entahlah nazilla hanya memandang itu semua biasa saja, bahkan nazilla tidak merasakan jantungnya berdetak tidak karuan seperti seseorang yang sedang jatuh cinta.

Tidak ada yang kurang dari rangga, dia tinggi, putih, badannya tegap sempurna dan jangan lupakan otot-otot tangannya yang membuat sosok rangga semakin menawan. Berbeda dengan rafael yang memiliki badan seperti boy band korea yang suka dia tonton, nazilla menggelengkan kepalanya. 'Kenapa dia jadi membandingkan rangga dan rafael, Ck!' Runtuk nazilla kepada dirinya sendiri.

A FeelingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang