four

824 150 13
                                    

hujan berjalan melewati koridor sekolahnya. ia baru saja membeli siomay di kantin dan hendak berjalan ke parkiran dimana sepedanya menunggu.

hujan punya adiksi tersendiri terhadap siomay. selain lembut dan enak, hujan sangat menyukai rasa saus kacang ekstra sambal dan kecap.

"loh, lo masih disini?"

hujan dikagetkan dengan suara senja yang menyapa telinganya. "abis jajan," balas hujan sambil mengangkat plastik somaynya.

"pulang sendiri?" tanya hujan.

"iyalah, emang mau pulang sama siapa."

hujan rasanya mau mendengus keras-keras. "maksudnya, bawa motor sendiri apa dijemput apa gimana?"

hujan sebenarnya tidak peduli, tapi entah kenapa ia ingin bertanya.

"ooh, gue naik ojol."

hujan mengangguk-angguk. "yaudah, gue duluan."

senja mengiyakan, kemudian berjalan menuju gerbang sekolah, menunggu ojeknya sampai.

"awas diculik."

senja menoleh untuk melihat hujan di atas sepedanya, melambaikan tangan. kemudian segera mengayuh pedal tanpa menunggu balasan dari senja.

senja memutar bola matanya. hujan bisa terlihat seperti anak yang baik, tapi ia juga bisa terlihat dingin dan cuek. bukannya senja peduli atau apa, tapi entah kenapa seolah ada magnet yang membuat senja terpaksa harus memerhatikan hujan.

+

"gimana hari pertamamu?"

"biasa aja."

"have you made some friends?"

"friends, no. acquaintance, maybe."

mada tersenyum mendengar jawaban senja. setidaknya hari ini senja masih mau menjawab pertanyaannya. terkadang di hari-hari lain, suara mada bak tak terdengar di telinga senja.

"cerita dong."

senja menduduki sofa di sebelah mada, memakan buah apel yang telah ia cuci di dapur.

"apa yang harus diceritain?"

"apa aja. tentang kenalan-kenalanmu, pelajarannya, guru-gurunya."

"temen sebangkuku namanya hujan."

mada menoleh mendengar perkataan senja. "oh ya?"

senja mengangguk.

"nama yang unik." mada tertawa. "hujan dan senja. cocok tuh."

senja sudah malas kalau mada mulai menjodoh-jodohkannya, bahkan dengan orang yang tidak ia kenal.

"ke kamar aja ah," ucap senja malas.

"jangan dong! kakak cuma bercanda." tapi mada masih tertawa kecil, walaupun sebenarnya tidak ada yang lucu.

"ganteng gak dia?" tanya mada.

"aku gak tau kriteria 'ganteng' menurut kakak kayak gimana."

"kalo mukanya 11/12 sama kakak berarti ganteng."

terkadang senja ingin sekali menjitak kepala mada.

senja & hujan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang