fifty six

362 71 13
                                    

senja paling tidak bisa dibentak. saat ia masih serumah dengan kedua orangtuanya, ibu dan ayahnya selalu bertengkar. saling bentak, saling teriak, sehingga ia tak kuat mendengar suara yang terlewat keras.

senja hanya menjadi lebih pandai dalam menutupi ekspresinya, di saat tertekan, ia hanya akan menunjukkan wajah datar tanpa emosi. seperti sekarang ini.

"aku masuk dulu," ucap senja kepada hujan cepat, kemudian ia bergegas memasuki rumahnya. memang dari tadi senja dan hujan berbicara di depan rumahnya.

hujan tidak menahan senja. ia hanya melihat punggung senja yang menghilang di balik pintu sebelum dirinya pun pulang ke rumahnya sendiri.

+

keesokan harinya, senja dan hujan saling diam. mereka tetap duduk bersebelahan namun tidak ada yang memulai pembicaraan. ditambah lagi, rachel tidak masuk, sehingga tidak ada yang menanyakan ada apa dengan senja dan hujan.

ini pertama kalinya mereka seperti ini. saling diam, tak mau bertatapan. mereka tidak bertengkar, tetapi lebih kepada mereka membutuhkan waktu untuk sama-sama berpikir.

+

"senjaaaa pinjem buku tugas mtk wajib dong." begitu bel istirahat berbunyi, sega memasuki kelas senja dengan rusuh. ia langsung menduduki kursi rachel yang kosong di hadapan senja.

"lo udah kan jamnya?"

senja mengangguk sambil memberikan buku tugasnya kepada sega. "baru aja."

sega mengangguk-angguk. "makasih ya! lo gak makan nja?"

senja tersenyum kecil sambil menggeleng. "lupa bawa."

sega melirik ke arah hujan yang asyik mencoret-coret buku tulisnya dan tidak menggubris kehadirannya. iapun kembali menatap senja. "terus gimana, mau gue coba cariin ke luar?" tanya sega yang tahu bahwa senja seorang vegan.

"heh ngaco, mana mungkin bisa keluar. gapapa, gue tahan kok sampe pulang, paling nanti beli pocari sweat."

"yakin? mau gue beliin sekarang gak?"

"gak usah, udah sana balik ke kelas nanti keburu bel belom nyalin prnya."

sega menepuk dahinya sebelum berdiri dan bergegas keluar dari kelas senja. "makasih banyak senja, jangan lupa makan."

setelah sega keluar, senja kembali melanjutkan catatannya yang belum sempat terselesaikan.

"nja."

senja menoleh kepada hujan tanpa mengeluarkan suara, menunggu hujan melanjutkan perkataannya.

"makan."

senja terdiam, kemudian kembali menunduk untuk melanjutkan catatannya, tidak menggubris ucapan hujan.

"nja, makan, aku bawa buah."

senja kembali mengadah dan menatap hujan. "gak usah, aku gak napsu."

senja & hujan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang