thirty five

478 99 11
                                    

"biasanya dia nampar gue. tapi inget sebulan yang lalu gue gak masuk beberapa hari? itu yang paling parah, dia... ngelempar kursi ke gue."

"that's awful..." senja bergidik ngeri, namun ia masih menepuk-nepuk punggung tangan hujan agar ia tenang. "tapi lo ngelawan?"

hujan mengangguk. "gue ngelawan, gue butuh penjelasan lah, masa gue terima-terima aja dipukulin tanpa tau alasannya."

senja terdiam. mendengarkan hujan bercerita membuatnya sakit. hatinya tidak tahan mendengar bagaimana hujan disakiti oleh ayah kandungnya sendiri.

"kenanya ke punggung gue, memar dan masih sakit sampe sekarang, i'm just getting better at hiding it."

"ale tau?"

hujan mengangguk. "ale tau udah lama."

"ibu lo?"

"ibu gak tau," jawabnya sambil menggeleng.

"kenapa lo gak ngasih tau?"

"ibu udah hidup bahagia sama suami barunya sekarang, gue gak mau nyusahin dia."

"hujan... lo tuh anaknya. gue juga yakin ibu lo bakal nolong lo kalo lo ngasih tau."

hujan menggeleng pelan, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada senja. "gue gak tau senja. jujur, gue sayang sama ayah. dulu ayah gak kayak gini, dia penyayang."

"terus kapan ayah lo mulai abusive?"

"semenjak orangtua gue cerai terus ayah di phk. tapi dia udah dapet kerjaan lagi. dia stress, tapi gue gak nemuin alasan dia untuk stress sampe tahap dia mukulin gue kayak gini."

senja menghela napas. jujur, ia juga tidak tahu harus berbuat apa. walaupun kedua orangtuanya tidak ada yang peduli dengannya, mereka tidak pernah kasar dengan senja, mereka hanya menganggap senja tidak ada.

"that's so twisted, hujan, you didn't do anything wrong."

hujan menghela napas pelan. "i know."

"kalo orangtuanya ale gimana?"

"orangtuanya ale udah gak berhubungan lagi sama orangtua gue, tapi ale udah mohon-mohon ke gue untuk ngebiarin dia cerita ke orangtuanya, tapi gue gak tau nja, gue gak mau ayah masuk penjara."

senja mengangguk, ia mengelus rambut hujan pelan. "but are you strong enough to bear the pain?"

"asal ada lo, gue kuat." hujan tersenyum.

senja ikut tersenyum. "tapi serius hujan, kalo ayah lo mukulin lo lagi, lo harus cerita sama gue, sama ale. luka lo juga gak boleh dibiarin aja."

hujan tertawa pelan. "iya, iya."

"seriusan hujan!"

"iya senja, gue janji."

senja & hujan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang