thirty eight

443 92 14
                                    

"mau gue anter?"

senja menggeleng. "thanks, tapi gue sama hujan."

"nja, lo tuh beneran gak pacaran sama hujan?"

"enggak, emang keliatannya kayak pacaran banget?"

sega mengangguk mantap. "orang awam ngeliat lo berdua pasti ngiranya pacaran."

senja tertawa pelan. "oke, terus... soal tadi, gue bisa percaya omongan lo kan?"

"kalo gue gak suka sama lo?"

senja mengangguk.

"sebenernya sih gue suka sama lo, kayak jatuh cinta pada pandangan pertama gitu deh. tapi kalo cewek yang udah ada cowoknya, aku sih no."

"tapi gue belum ada cowoknya?" tanya senja sambil menahan tawa karena ekspresi sega yang terlewat kocak.

"tapi udah ada pawangnya, sama aja!" sega geleng-geleng kepala sambil mendecih.

senja tertawa lagi. sega ternyata cukup seru untuk diajak mengobrol. walau keliatannya jutek, sega sebenarnya menyenangkan dan lucu.

"terpaksa deh perjuangan gue harus gugur sebelum dimulai," kata sega, memasang wajah sedih yang terlihat konyol karena dibuat-dibuat.

senja mengangguk-angguk sambil terkekeh. "yaudah gue duluan ya?"

"sip! tapi kita temenan boleh ya nja?"

"boleh. daaah sega, gue duluan."

"daaah, hati-hati nja!"

setelah melambaikan tangan pada sega, senja berjalan menghampiri hujan yang sudah menunggu di depan gerbang dengan sepedanya.

saat senja datang, wajah hujan sudah keruh dengan kedua lengannya dilipat di depan dada.

"kenapa kok mukanya ditekuk?"

hujan tidak menjawab pertanyaan senja, mereka sama-sama diam sebelum akhirnya hujan angkat bicara. "tadi seru banget ngobrolnya sama sega sampe ketawa-ketawa gitu?"

oh ternyata itu, batin senja. ia langsung tertawa pelan.

"kenapa? cemburu?"

hujan terdiam sebentar sebelum mengangguk, lalu bergumam sendiri, "iyalah cemburu..."

padahal senja bisa dengar dengan jelas kata-kata yang keluar dari mulut hujan. senja menggelengkan kepala sambil tertawa sebelum mengusak rambut hujan.

"gantian, kan lo sering ngusak rambut gue," ucap senja sambil naik ke atas sepeda. "ayo pulang."

hujan menurut dan langsung beranjak naik ke atas sepeda dan mengayuh pedalnya.

"gak usah cemburu hujan, i'll choose you over sega any time."

hujan tak dapat menahan senyumnya yang langsung mengembang begitu mendengar perkataan senja.

ia benar-benar harus bergerak sekarang.

senja & hujan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang