thirty four

543 105 15
                                    

senja memasuki mobil hujan sambil meminum iced americano-nya. "jam berapa sekarang?" tanyanya kepada hujan yang juga baru memasuki mobil.

hujan membuka ponselnya untuk melihat jam. "jam 7 kurang."

"nja, lo pake jaket gue, nanti dingin," kata hujan sambil melepas jaket hitamnya yang super besar.

senja menurut. tadi ia lupa memakai pakaian yang lebih hangat padahal kulitnya termasuk tipis dan sensitif sehingga ia merasa kedingingan. "thanks."

senja kemudian memakai seat belt-nya. saat ia melihat hujan sudah ingin menyalakan mesin mobil, senja mengingatkan. "jan, seat belt."

"oh iya." hujan langsung memakai seat belt sebelum mengusak rambut senja. "makasih nja."

senja hanya geleng-geleng kepala. untuk seseorang yang trauma berat hanya untuk memegang motor, hujan tidak ada sense sama sekali kalau soal mobil. senja jadi khawatir kalau hujan mengendarai mobil sendiri ia juga lupa memakai seat belt.

setelah itu hujan langsung tancap gas menuju jalan tol. mereka memang tidak mempunyai tujuan, mereka hanya ingin berkeliling kota melihat pemandangan malam.

jendela mereka diturunkan. senja memasang lagu dari playlist di spotify. mereka sama-sama diam, tidak ada yang berbicara, hanya semilir angin malam yang menemani mereka.

"nja, gue pengen ngomong."

"hm?" senja menoleh. "ngomong apa? penting? perlu minggir dulu?"

hujan mengangguk. setelah keluar dari tol, hujan pun melipir di pinggir jalan yang tidak terlalu ramai tapi tidak terlalu sepi juga.

hujan menghirup udara dalam-dalam sebelum membuangnya.

"gue takut banget ngomong ini ke lo nja, berhari-hari gue pengen ngasih tau lo, tapi... gue baru punya keberanian setelah ngomong sama ale tadi."

hujan menoleh dan matanya bertemu dengan mata senja yang sedang menatapnya lekat-lekat. senja terlihat serius mendengarkan hujan.

"gue rasa lo berhak tau ini."

senja kemudian menggeleng pelan. "kalo lo belom siap untuk ngasih tau gue, gapapa, take your time."

hujan tersenyum, senja begitu pengertian kepadanya. ia meraih tangan senja untuk ia genggam. hujan tak berani menatap mata senja, jadi ia hanya menatap kepalan tangan senja di tangannya. jujur, ia tak akan sanggup melihat wajah senja nanti, tapi seperti yang ia bilang tadi, senja berhak tahu.

hujan menghirup napasnya lagi, kemudian menatap senja tepat di mata. "ayah gue abusive nja."

kaget. itu hal pertama yang hujan lihat di mata senja, bibirnya mengatup rapat menahan suara untuk keluar, genggamannya di tangan hujan mengerat.

namun hal pertama yang dilakukan senja lebih mengagetkan hujan. senja langsung memeluk hujan erat, membawa kepala hujan ke pundaknya. "i'm sorry..." ucap senja lirih.

hujan tak kuasa menahan tangis.

senja & hujan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang