twenty eight

511 102 7
                                    

"pagi senja."

senja menoleh dan mendapati juan sedang tersenyum ke arahnya.

"pagi," balas senja sambil menganggukkan kepalanya.

"gue boleh duduk disini?" tanya juan sambil menunjuk ke sebelah senja.

senja kembali mengangguk, kemudian kembali menatap ke lapangan di depannya. juan pun duduk di sebelah senja, namun tidak di sebelahnya persis, ia masih memberi jarak antara dirinya dengan senja.

sekarang senja sedang duduk di sebuah bangku panjang di lorong di depan kelasnya. hari ini ia memang datang lebih pagi karena mada ada rapat sehingga ia harus berangkat lebih awal.

di dalam kelas sudah ada beberapa orang, karena senja merasa canggung, ia memutuskan untuk duduk di bangku di depan kelasnya saja.

"lo emang selalu dateng sepagi ini?" tanya juan.

tanpa menoleh, senja menjawab, "enggak, kebetulan hari ini harus berangkat lebih pagi aja." kemudian ia menoleh kepada juan. "lo?"

juan mengangguk. "rumah gue jauh jadi gue selalu berangkat subuh, makanya nyampe jam segini."

senja mengangguk mengerti.

"gue kok jarang ngeliat lo di kantin ya?"

senja menghela napas pelan, cukup pelan sehingga juan tidak mendengarnya.

"emang jarang ke kantin, soalnya gue selalu bawa bekel."

juan ber-oh ria. setelah itu mereka saling diam selama beberapa menit sebelum juan kembali bertanya.

"maaf kalo gue kepo, tapi lo deket sama hujan?"

senja yang masih asyik melihat lapangan kembali menoleh ke arah juan. ia mengangguk. "gue, hujan sama rachel temenan. kenapa?"

"oh, enggak, soalnya hujan gak pernah keliatan punya temen deket, dia juga gak pernah piket, makanya pas kemaren dia dateng ke lapin dan keliatan deket sama lo, gue kaget."

senja mengangguk. "lo kenal sama hujan?"

"emangnya ada orang di sekolah ini yang gak kenal hujan?" tanya juan balik, terkekeh.

"bukan, maksud gue, lo kenal beneran sama hujan atau sekedar nama?"

"oh... that. gue sekelas sama hujan waktu kelas 10, gue rasa kita bisa dibilang temen, cuma tiba-tiba di akhir kelas 10 dia berubah. gue gak tau juga sih, tapi dia jadi pendiem dan gak mau diajak main lagi," cerita juan. "so that's that."

senja mengangguk. rachel juga pernah cerita kepadanya tentang itu. orangtua hujan cerai saat ia kelas 10. hujan juga pernah bilang kalau perceraian orangtuanya adalah salah satu alasan ia menjadi hujan yang sekarang.

mereka mengobrol sampai rachel dan hujan datang. belakangan ini memang mereka sering berangkat bersama. juan menyapa rachel dan menganggukkan kepalanya kepada hujan sebelum kembali ke kelasnya.

senja & hujan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang