sixty three

349 69 10
                                    

rachel j

senja, masih sakit?
jangan lupa makan terus istirahat, kalo masih sakit minum obat ya

makasih ale

kak mada udah pulang?

belum, kayaknya lembur

mau gue samperin?

senja tidak membalas pesan dari rachel, membiarkannya terbaca. senja tak mampu membalasnya, tangannya bergetar hebat dan air matanya tak mau berhenti.

rachel j is calling you...

senja langsung memencet tombol decline. namun rachel kembali meneleponnya lagi dan lagi. akhirnya setelah beberapa kali menolak panggilan telepon dari rachel, senja memencet tombol accept.

"nja, kenapa telepon gue gak di angkat?"

"..."

"senja, are you okay?"

isak tangis yang sedari tadi senja tahan pun lolos dari bibirnya. senja tak bisa selalu berpura-pura, karena dirinya tahu ia tidak baik-baik saja.

+

malam itu senja menangis, berusaha menahan suara tangisannya dengan bantal agar mada tak mendengar.

ia menghabiskan hampir satu jam berbicara pada rachel di telepon. rachel sudah memaksa untuk datang ke rumahnya tapi senja menolak, ia ingin sendirian.

ia tidak bisa terus berpura-pura, ia memang terlihat baik-baik saja di luar tapi hatinya sakit saat melihat hujan terlihat baik-baik saja tanpa dirinya.

apakah ini salahnya?

tuhan, maaf, hambamu telah menyakiti satu manusia lagi yang penting di hidupnya.

+

plak!

"anjir le! apa-apaan sih?"

hujan menatap rachel dengan tatapan kaget, namun ada kebingungan yang tersirat di matanya. tangan hujan memegangi pipinya yang baru saja ditampar keras-keras oleh rachel.

untungnya kelas masih sepi sehingga tidak ada yang melihat adegan dramatis antara kedua sahabat itu.

"hah," rachel tertawa sinis. "bener-bener ya, 'apa' lo bilang?! hujan, lo tuh kenapa sih? belum cukup nyakitin senjanya?"

hujan menghela napas saat mendengar nama senja keluar dari mulut rachel. ia terdiam, tak membalas.

"come to your senses, hujan!"

hujan menyisir rambutnya dengan sebelah tangan, masih menahan rasa sakit di pipi kirinya.

"lo mau jelasin apa ke gue?" tanya rachel, menyilangkan kedua lengannya di depan dada.

hujan mendudukkan dirinya di kursi sebelum menggeleng frustrasi. "gue gak tau le, gue gak tau."

kini giliran rachel yang menghela napas dan duduk di hadapan hujan. kepala hujan tertunduk, kedua tangannya memegangi kepalanya keras-keras dan rachel tahu bahwa hujan hampir sampai pada breaking point-nya.

rachel menepuk-nepuk kepala hujan lembut. "gue gak mau ngeliat dua sahabat gue marahan terus. jujur, gue gak ngerti sama cara berpikir kalian. kalian saling suka, tapi kenapa malah saling menyakiti begini sih?"

hujan menarik napas tajam, kemudian mengangkat kepalanya untuk menatap rachel. "gue minta maaf le."

"bukan ke gue, tapi ke senja. gue gak mau tau, lo harus bicarain masalah ini sampe selesai sama senja."

hujan mengangguk.

senja & hujan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang