seventy five

380 73 15
                                    

[08.47]

"senja?"

senja menoleh saat suara berat itu memanggilnya.

"felix...?"

"ah, maaf ngagetin lo, can we talk?"

senja mengangguk.

+

"it never occurs to me that he's going through a lot."

"because you never listened to him."

felix menggeleng. "no, i didn't. hujan gak pernah terbuka sama gue, dan gue gak pernah terbuka sama dia. we never actually hated each other, we just did because it seems like the right thing to do."

"tapi sebenernya, lo sayang sama hujan?"

felix mengangguk. "i do, he's my brother. i always wanted a brother, walaupun bukan dengan cara gue dan hujan jadi saudara. but still, i love him."

senja ikut tersenyum melihat senyuman kecil di bibir laki-laki bersurai pirang di sampingnya.

"i-it's really painful to see him like this."

"oh believe me, it is."

"thank you senja."

"untuk apa?"

"for taking a good care of hujan."

senja mengangguk, kemudian ia berdiri dari duduknya. ia menatap felix sambil tersenyum. "ayo ke hujan? i think he wants to see you."

+

"the infamous little brother!"

hujan, felix dan senja menoleh secara bersamaan ke arah rachel yang baru saja memasuki kamar, diikuti oleh sega dan riko di belakangnya.

hujan memutar bola matanya kesal. kemudian menatap felix dan berkata, "don't mind her."

rachel mengibas-ngibaskan tangannya tidak peduli. kemudian seolah tersadar, ia melemparkan pandangan ke seluruh ruangan. "ibu lo kemana jan?" tanyanya kemudian.

hujan mengangkat bahu. "tadi keluar kamar terus gak tau kemana."

"ah, ibu pergi ke rumah hujan, tadi buru-buru jadi lupa pamit," jawab felix. "gue lupa ngasih tau."

mendengar suara berat felix berbicara dengan bahasa indonesia, mata rachel membulat. "heeee, lo bisa ngomong indo? gue pikir gak bisa!"

felix menggaruk tengkuk. "agak canggung sih."

"ngomong-ngomong kita belom kenalan, gue rachel, panggil aja ale, gue temennya hujan dari kecil."

"salam kenal rachel."

kemudian rachel menyikut riko untuk juga memperkenalkan dirinya.

"gue riko, temennya hujan."

"salam kenal riko."

kemudian sega mengulurkan tangannya kepda felix dengan senyuman lebar. "kenalin, gue yang paling ganteng, sega. gue temennya senja bukan temennya hujan."

hujan dan senja kompak melempar tatapan 'apaan-sih' ke arah sega.

felix tertawa kecil.

"eh, waktu gue pertama ngeliat lo, lo keliatan sangar but you're actually pretty cute!"

semburat merah muncul di pipi felix yang penuh freckles.

"le, bisa-bisanya lo ngegodain adek gue di depan gue dan pacar lo sendiri," hujan menggelengkan kepalanya. kemudian riko mengangguk-angguk setuju.

"ih, lo bilang 'adek'!! that's so cute!"

senja tertawa melihat kelakukan rachel yang sekarang sedang mencubit pipi hujan gemas.

"a-aw itu masih ada lukanya le!"

"eh maaf maaf!"

mereka semua tertawa.

senja tersenyum melihat hujan yang terlihat bahagia. bersama felix, rachel, sega dan riko.

juga bersamanya.

walau dengan perban dan plaster tertempel di seluruh tubuhnya, hujan terlihat bahagia. senja bisa merasakan itu, senja bisa melihatnya.

mata hujan seolah menyimpan seluruh langit dan isinya, hangat tangannya yang selalu berhasil membuat senja nyaman, hangat birunya.

birunya, hujan.

tuhan, aku berterimakasih atas hujan di hidupku.

senja & hujan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang