fourteen

571 112 1
                                    

rachel adalah orang yang peka. ia tahu ada sesuatu yang terjadi antara hujan dan senja. sebagai orang yang diamanahkan oleh ibu hujan untuk menjaga laki-laki itu, rachel selalu memerhatikan hujan. ia akan langsung sadar jika ada sesuatu yang berbeda dengan hujan.

hari ini, rachel dikagetkan dengan senyuman yang terpampang di bibir tebal hujan. bukan hanya rachel, seluruh murid di kelas mereka juga terkejut. hujan memasuki kelas dengan langkah santai dan wajah sumringah.

beruntung belum terlalu banyak orang yang datang, tapi rachel yakin gossip tentang hujan pagi ini akan segera beredar. senja belum datang, padahal biasanya jam segini ia sudah duduk manis di bangkunya.

"...lo kenapa sat?" tanya rachel takut-takut. ia curiga bahwa hujan dirasuki dan yang sekarang duduk di belakangnya bukan hujan.

tiba-tiba, seakan tersadar, hujan kembali ke ekspresi normalnya, datar dan cuek. "kenapa?" tanya hujan balik.

"lo senyum-senyum gitu!"

hujan memutar bola matanya. "senja belom dateng?"

rachel menggeleng. "tumben nyariin, kenapa? kangen kemaren gak ketemu?" tanya rachel jahil.

hujan menatap rachel datar. ia malas membalas perkataan rachel, membalas perempuan itu cuma akan membuat hujan lelah.

ternyata, sampai bel masuk berbunyi pun senja tak kunjung datang. seorang senja tidak mungkin telat, jadi rachel menyimpulkan bahwa senja tidak masuk sekolah.

karena hari ini hari senin, wali kelas mereka, bu tika, masuk ke kelas untuk memberi penyuluhan. saat diabsen dan mengetahui senja tidak masuk, bu tika bertanya-tanya, senja juga tak mengabari kepada wali kelasnya itu kalau ia tidak masuk hari ini.

"teman sebangkunya senja siapa?"

tak ada yang menjawab, tapi semuanya menatap hujan diam-diam. rachel bersuara, "hujan bu!"

"ohh hujan, ibu minta tolong ya nak untuk samperin senja ke rumahnya, ibu khawatir dia kenapa-napa. kamu bisa minta alamatnya ke sadam ya."

belum sempat hujan protes, bu tika sudah lebih dulu menyudahi penyuluhannya dan keluar dari kelas.

hujan bisa saja tak melakukan apa yang disuruh bu tika dengan tidak pergi ke rumah senja. tapi nyatanya, hujan datang juga ke rumah senja, karena jujur, ia juga khawatir akan perempuan itu walaupun tak mau mengakuinya.

senja & hujan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang