sixty seven

345 78 18
                                    

hujan terperanjat kaget saat merasakan sesuatu menekan keras punggungnya. ia meringis merasakan sakit di sekitar tulang belikatnya. saat hujan menoleh, ia mendapati senja sedang menatapnya balik, terlihat serius.

mengerti maksud tatapan senja, hujan langsung memasang senyum di bibir. menggaruk tengkuknya sambil tertawa kecil, hujan berbohong, "aku gapapa kok."

senja tentu saja tidak memercayai perkataan hujan, ia dapat melihat langsung ketika hujan berbohong. "buka baju kamu, cepet."

"nja kamu mau ngapain aku?" tanya hujan sambil menutupi dadanya dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

hujan masih sempat-sempatnya bercanda di saat seperti ini. kalau saja keadaannya sedang tidak serius, senja sudah ingin menoyor kepala laki-laki itu.

"belom diobatin kan? cepet, sebelum yang lain dateng. kamu buka baju, tunggu di ruang tamu. aku minta p3k ke kak mada."

sebelum senja pergi, hujan menahan tangan senja. "nja, jangan kasih tau kak mada ya."

hujan bisa melihat keraguan di mata senja, seperti tidak yakin dapat menuruti permintaan hujan. namun senja mengangguk sebelum kemudian beranjak untuk mengambil kotak p3k.

+

"hujan, kamu kenapa?"

mada bergidik ngeri saat melihat luka memar di punggung hujan, ada beberapa goresan juga disana.

senja sedang mengobati hujan di ruang tengah dan hujan terus meringis menahan sakit saat kapas di tangan senja menekan luka-lukanya. (tidak, hujan tidak membuka bajunya, ia hanya mengangkatnya, cukup untuk senja mengobati lukanya.)

"kemaren kebentur tembok kak pas main basket di lapin," ucap hujan sambil tertawa kecil.

senja terdiam mendengar hujan berbohong kepada mada. laki-laki itu bahkan tidak main basket, tapi mada tidak tahu itu.

"kok bisa sih, hati-hati dong jan," kata mada terlihat santai sambil duduk di salah satu sofa di ruang tamu, menyalakan televisi.

mada tahu bahwa luka memar dan goresan di punggung hujan bukanlah bekas terbentur. tidak mungkin punggung hujan bisa terlihat begitu mengenaskan hanya karena terbentur.

mada tidak bodoh, namun ia tidak akan mengusik privasi hujan, ia tidak akan mempertanyakannya sampai hujan atau senja sendiri yang bercerita kepadanya.

+

"anjir ga, gue gak tau lo sepinter ini."

sega tertawa sombong sambil mengibas-ngibaskan tangannya. "iya gue tau gue pinter, makasih makasih."

rachel langsung menoyor kepala sega kesal. dipuji dikit malah ngelunjak ni anak, pikir rachel.

senja, hujan, sega, rachel dan riko sedang belajar bersama di rumah senja. walaupun mereka berbeda jurusan, mereka dapat belajar bersama dengan baik.

mereka sedang membahas soal try out untuk mata pelajaran ujian sekolah yang baru saja dibagikan jumat kemarin.

"sekarang sejarah!"

"oke, nilai try out siapa yang paling tinggi?

semua menoleh ke arah hujan, berekspektasi tinggi. hujan mengangkat bahunya, menjawab dengan santai, "nilai gue 96."

riko menggelengkan kepalanya pelan, tak habis pikir. "gue masih gak ngerti kenapa lo masuk ipa jan."

senja & hujan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang