thirty two

503 106 20
                                    

[beberapa jam yang lalu]

rachel tahu ia harus bilang kepada hujan. ia menatap punggung hujan yang sedang mengayuh pedal sepedanya dengan tenang. iya, rachel sedang dibonceng hujan menuju rumah mereka. lumayan, riko sedang ada ekskul dan hujan sedang tidak mengantar senja.

"sat."

"apa?"

"gue tau lo suka sama senja-anjir bangsat!"

rachel kaget, ia tidak sanggup untuk menahan umpatan untuk keluar dari mulutnya. habisnya begitu ia selesai berbicara, hujan langsung oleng hingga mereka nyaris jatuh.

"jir apaan sih sat!" umpat rachel kesal sambil turun dari sepeda.

"lo yang apaan!"

rachel mendecih. "gue gak tau mau ngomong sama lo kapan lagi."

"tapi gak pas di sepeda juga kali, nanti kan bisa!"

"yaudah, terlanjur." rachel nyengir sebelum mengajak hujan untuk duduk di trotoar di pinggir jalan. hujan menurut setelah ia memarkir sepedanya.

"sorry," kata rachel akhirnya.

"gapapa."

"gue tau lo suka senja."

"emang keliatan banget?" tanya hujan, menatap rachel yang memandanginya aneh.

"semua orang di sekolah juga sadar kali sat!" rachel menoyor kepala hujan. "jadi gimana? kapan lo mau nembak?"

hujan terhenyak selama beberapa saat sebelum menjawab. "...gue gak yakin senja suka sama gue le."

jawaban hujan menghadiahinya satu sentilan di dahi dari rachel. "bego! senja pasti suka sama lo, gue yakin 100%!"

hujan kembali terdiam.

"gue yakin hujan, sumpah lo percaya sama gue."

"are you sure?"

"yes! gue ngomong ini sebagai temen lo ya, cepet tembak senja sebelum dia diambil orang lain. lagian hubungan kalian sekarang juga udah gak bisa masuk kategori 'cuma temen' kali."

hujan menghela napas. "gue bakal ngomong sama senja kalo gue udah siap."

rachel tersenyum sumringah. ia menepuk-nepuk punggung hujan. "gue yakin lo bisa jan, semangat!"

hujan mengangguk sambil tersenyum tipis. "makasih le."

"no probs. oh ya jan, ada satu hal lagi yang pengen gue omongin."

hujan menaikkan alisnya, menyuruh rachel untuk lanjut berbicara.

"...maaf sebelumnya, tapi lo gimana sama ayah lo?"

rachel memerhatikan wajah hujan dengan hati-hati. hujan terlihat terkejut, tentu saja. namun ada suatu perasaan yang tidak terdefinisi di matanya.

"belakangan ini dia jarang pulang. gue rasa, lebih baik dia jarang pulang daripada di rumah kerjaannya cuma nyakitin gue doang. i'm tired le."

hati rachel terasa sakit saat mendengar penuturan hujan. "i'm sorry i can't help you."

hujan menggeleng pelan. "dulu ayah gak kayak gini le..."

"i know, i know." rachel mengusap kepala hujan pelan. "you're strong hujan."

"tapi punggung lo udah gak sakit ya? tadi gue pegang lo gak bereaksi?"

"it's still hurt, but i'm getting better at hiding it."

"gosh, sorry!"

hujan tertawa pelan. "gapapa."

lalu mereka kembali terdiam selama beberapa menit sebelum rachel angkat bicara.

"...senja udah tau?"

hujan kembali menggeleng. "gue gak sanggup ngeliat muka senja kalo gue ngasih tau dia."

+

ada yang udah ngerti belom nih hujan kenapa

senja & hujan [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang