Krining...
Suara bel besolah berbunyi, suaranya terdengar sampai penjuru koridor dan lorong sekolah itu.
"Horreee..."
Sorak-sorai para murid saat mendengar kedatangan waktu istirahat telah tiba termasuk kelas Rahma.
"TENANG... TENANG... TENANG... BLUK... BLUK... BLUK..." teguran Bu Sinta satu kali lagi memukul mejanya sambil teriak-teriak membuat semuanya diam di meja masing-masing.
"Ada apalagi, Bu. Ini sudah waktunya istirahat, ibu tidak dengar bel berbunyi?" Tanya sekaligus kasih tahu Ramon duduk di bangkunya.
"Tunggu dulu. Kalian jangan dulu istirahat, ayo duduk kembali kebangku kalian!" Tahan Bu Sinta saat Ramon hendak terperanjak dari bangkunya.
"Tapi Bu Sinta, bel istirahat sudah berbunyi?" Sela Putri membantu Ramon.
"Ibu bilang duduk dan tenanglah!" Seru Bu Sinta manaikan intonasinya membuat Putri menciut.
"Baik Bu!" Ucap semuanya menurut dengan duduk kembali di bangku masing-masing tanpa membantah.
Bu Sinta menarik napas panjangnya, menetralkan panas didalam dadanya. "Tugas untuk pelajaran Ibu selanjutnya, buatlah karangan puisi tanpa menyontek karangan orang lain arus asli buatan karangan sendiri lalu kumpulkan emm... Ibu akan memberikan jangka waktu satu minggu untuk membuatnya dan langsung praktek," kasih tahu Bu Sinta langsung pergi keluar kelas.
"Yaaa..." keluhan sebagian murid yang tidak menyukai puisi.
Semua muridpun pada istirahat setelah diberikan tugas dari Bu Sinta. Ada yang menanggapi biasa, senang, dan tidak suka seperti Rahma membuatnya galau karena dia termasuk golongan orang yang tidak menyukai puisi, baik penulisannya ataupun membacanya.
"Rah, kita ke kantin yuk? Gue lapar nih?" Ajakan Pricilla sambil resletingkan tasnya.
"Ayo! Aku juga lapar nih?" Timpal Rahma sambil memasukkan alat tulisnya kedalam tas sambil menampakkan kecemberutan.
"Elo kenapa Rah?" Tanya Pricilla heran ketika melihat mimik wajah sahabatnya yang cemberut. "Jangan bilang elo masih memikirkan almarhum ayah lo lagi?" Imbuhnya mencoba menebak.
"Enggak Pricil. Aku galau karena Bu Sinta menyuruh kita membuat puisi dengan mengarang segala lagi, aku kan tidak menyukai puisi." Keluhan Rahma berdecak sebal sama tugas yang di berikan Bu Sinta ke kelasnya.
"Ohh, itu yang membuat lo kesal dan cemberut begitu!" Pricilla mengganggukkan kepalanya.
"Iya!" Ucap Rahma lalu melirik Pricilla yang ada di sampingnya setelah ingat sesuatu. "Eh, bukannya kamu bisa membuat puisi?"
"Iya!"
"Bisa kan kamu membantuku membuat puisi?" Pintaan Rahma sambil memegang lengan Pricilla sembari di goyangkan. "Ya Pricil bantu aku ya?" Imbuhnya sambil membujuk.
"Boleh!"
"Benarkah?" Tanya Rahma antusias tampak berbinar-binar
"Iya!" Pricilla meyakinkan Rahma. "Kitakan bisa mengerjakan dan membuat puisi sama-sama!" Lanjutnya sambil menebarkan senyuman lebarnya. "Gue punya sahabat aneh?" Gumannya mencandai Rahma.
Sontak Rahma memutar kepalanya menoleh ke Rahma. "Aneh?" Tanya Rahma mengernyit bingung. "Aneh bagaimana?" Tanyanya lagi sambil terperanjak dari kursinya.
"Iya, elo tuh aneh?" Jawab Pricilla ikut terperanjak lalu keduanya pergi keluar kelas.
"Maksudnya?" Tanya Rahma begitu keduanya melewati pintu kelas sambil melirik Pricilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATAKU untuk ADIKKU (END)
Fiksi RemajaRahma yang baru jadian sama Bayu pun harus menjalani hubungan jarak jauh. Bayu pergi ke Korea untuk belajar dan mengejar cita-cita menjadi seorang penyanyi bersama Superband-nya. Sepeninggalan Bayu, kehidupan Rahma sedikit berubah. Ibunya menikah la...