Selang Beberapa Jam Kemudian¤¤¤¤
Bayu berdiri di depan gerbang sebuah rumah yang bisa dibilang cukup mewah bagi orang kaya. Setelah beberapa saat dirinya berdiri disana, tiba-tiba dia melepaskan kacamata yang selalu dipakainya ke sekolah disimpannya ke dalam tas, kemudian merapihkan baju seperti Jojon ia keluarkan menjadi seperti Galih, tak lupa rambutnya yang dibelah dua diacak-acakan. Kini Bayu berubah dari cowok culun menjadi cowok keren serta ganteng mirip artis yang namanya Boy William, setelah itu dia pun menggedor-gendor gembok pagar yang ada di gerbang rumah yang dikunci.
Datanglah seorang lelaki berbadan tinggi memakai baju Security dengan didada bagian kiri ada name-tag dengan tercantung nama Ahmad membukain gerbang rumah sambil melepaskan gemboknya.
"Eh Den Bayu," sapa orang itu dengan santun kepada Bayu begitu Bayu memasuki gerbang rumah itu. "Baru pulang?" Tanyanya sambil menutup gerbang kembali.
"Iya Mang Ahmad!" Ucap Bayu sambil berlalu pergi memasuki rumah yang bisa dibilang cukup mewah.
Begitu sampai di depan pintu rumah, dia meraih kenop pintu sambil ditekan kebawah membuat pintu rumah terbuka. "Assalamu'alaikum!" Ucap Bayu memasuki rumah.
"Waalaikum salam!" Balas penghuni rumah.
Bayu berjalan memasuki rumah berniat pergi ke lantai atas menuju kamarnya. Dia tidak sengaja melirik sofa, dilihatnya ada seorang wanita paruh baya berumuran empat puluh lima tahunan sedang duduk santai di sana. "Mama!" Panggilnya.
Sontak wanita yang dipanggil mama itu mendongakkan kepalanya menoleh ke arah datangnya sumber suara yang sangat familiar untuknya. Beliau melihat anak semata wayangnya berdiri tak jauh di depannya dengan diwajah anaknya tampak memar dan bajunya kusut serta terdapat bercak darah.
"Bayu, kemarilah?" Perintah ibunya Bayu.
"Iya Ma!"
Bayu yang baru mau menaiki anak tanggapun harus diurungkan dan menghampiri ibunya. Bayu menyalami ibunya langsung duduk di samping ibunya.
"Apa yang sudah terjadi sama kamu sayang?" Tanya ibunya refleks memegang dagu anaknya saat beliau melihat memar yang dimiliki Bayu sambil menampakkan kekhawatiran.
"Argh.... sakit Ma!" Pekik Bayu saat ibunya menyentuh ujung bibirnya yang memar.
"Sayang, kamu tidak berkelahi seperti dulu kan?" Tanya ibunya mulai mengindrogasi karena dulu Bayu seperti Nathan, tokoh disebuah novel yang dikarang oleh Erisca Febriani. "Bay, jika Ayahmu sampai tau akan kondisimu begini, pasti dia akan marah besar ke kamu dan mungkin kamu akan dikirimkan ke pesantren..." tegurannya dengan lembut.
"Aku tidak berkelahi Ma," sangkal Bayu memotong celotehan ibunya dengan lembut pula. "Aku kan sudah berjanji sama kalian berdua, kalau aku takkan pernah berkelahi lagi serta menjauhi perkelahian, kalau aku berkelahi berarti aku melanggar janjiku yang telah aku buat..."
"Lalu luka diwajahmu dan bercak darah dibajumu serta kus..."
"Tadi aku terjatuh di toilet karena lantainya licin, Ma!" Potong Bayu memberi alasan bohong ke ibunya.
"Benar yang kamu bilang?" Tanya ibunya masih nggak percaya dengan apa yang dikatakan Bayu padanya karena ada bercak darah dibaju anaknya "Bukan berkelahi dengan orang lain?" Tebakkannya.
"Enggak Ma, Mama nggak percaya baget sih pada Bayu," celoteh Bayu memprotes.
"Bukan begitu sayang tetapi Mam..."
"Udah ah aku mau mandi dan ganti baju dulu!" Potong Bayu sambil terperanjak.
"Ya udah sana pergi!" Ibunya nggak bisa berkutik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATAKU untuk ADIKKU (END)
Teen FictionRahma yang baru jadian sama Bayu pun harus menjalani hubungan jarak jauh. Bayu pergi ke Korea untuk belajar dan mengejar cita-cita menjadi seorang penyanyi bersama Superband-nya. Sepeninggalan Bayu, kehidupan Rahma sedikit berubah. Ibunya menikah la...