Selang satu jam kemudian¤¤¤¤
Mobil yang membawa Rahma pun sampai di parkiran rumah sakit dimana Rahma menjalani pengobatan diikuti oleh motornya Galih yang baru mematikan mesinnya. Pricilla beserta pacarnya segera turun dari atas jok motor yang di parkirkan langsung menghampiri mobil yang mereka ikuti.
Galih segera menggendong Rahma ketika Mang Gugun membuka pintu mobil. Pemuda itu berlari memasuki gedung rumah sakit meninggalkan Pricilla yang masih berada diparkiran.
"Galih. Pricil?"
Panggil Bu Ratna saat beliau melihat kehadiran kedua sahabatnya Rahma yang sedang menghampirinya.
"Tante!" Panggil Pricilla napasnya terputus-purus begitu gadis itu berdiri dihadapan Bu Ratna. "Rahma pinsan Tante?" Kasih tahunya memperlihatkan kecemasan tampak jelas diraut wajah gadis itu.
"Ayo bawa dia masuk," suruh dokter Andre yang kebetulan sedang berada disana.
Galih langsung bergegas mengikuti dokter Andre yang memasuki sebuah ruangan diikuti oleh yang lainnya. Rahma pun dibaringkan diatas brankar dengan penuh kehati-hatian.
"Maaf kalian semua harus keluar?" Suruh dokter Andre mengusir mereka semua secara lembut.
"Baik dok!" Timpal Bu Ratna sambil bergegas keluar sembari menuntun Pricilla. Setelah semuanya keluar, suster pun langsung menutup pintu ruangan itu.
"Ma!" Panggil Jasmin yang baru datang bersama Davit. "Kenapa lagi sama Kak Rahma?" Tanyanya ingin tahu.
Bu Ratna memutar kepalanya melirik Jasmin yang berdiri disampingnya. "Kondisi Kakakmu tutun lagi," kasih tahu Bu Ratna terlihat mengeluh dan cemas tampak jelas di raut mukanya.
"Tante Ratna." Panggil Pricilla menghampiri Bu Ratna, gadis itu langsung mencium tangannya.
"Pricil." Panggil Bu Ratna sambil mengangkat kepalanya melirik Pricilla. "Bagaimana kabarmu?"
"Alhamdulillah baik Tante. Sedangkan Tante?"
"Alhamdulillah baik!"
"Tante, apa benar, Rahma mengidap penyakit Leukimia stadium empat dan dia diponis oleh dokter tidak bisa sembuh lagi?" Tanya Pricilla memastikan kebenaran ucapan sahabatnya itu.
"Iya!"
Saat mendengar jawaban langsung dari Bu Ratna membuatnya schok. Hatinya tak sanggup menerima kenyataan itu semua, membuatnya ambruk dan menjatuhkan diri ke kursi. Dia benar-benar kecewa dan sedih atas apa yang sudah menimpa sahabatnya itu.
"Ya Allah, kenapa engkau temukan aku sama dia, bila kita harus berpisah lagi hiks... hiks.... hiks..." Protesan Pricilla sambil menangis. Dia menutup mukanya memakai telapak tangannya.
Galih segera terperanjak mendekati pacarnya saat dirinya berada disamping Davit. Dia pun duduk disamping gadis itu langsung memeluk Pricilla.
"Sudah lah sayang, kamu tidak boleh bilang begitu. Seharusnya kita masih bersyukur, Allah mempertemukan kita dengan Rahma disaat dia masih ada." Teguran Galih sambil berusaha menenangkan hatinya Pricilla.
"Tapi kenapa harus disaat Rahma mengidap penyakit yang parah bukan dulu-dulu?" Protesan Pricilla didekapan Galih sempat emosi. "Aku menyesal, kenapa dulu aku tidak ikut bersamamu. Mungkin kalau saja waktu itu aku ikut, pasti aku akan bertemu lagi dengannya..." Ocehannya menyesali kejadian itu.
"Kak Rahma beruntung dicemaskan dan disayangi sama orang itu. Sedangkan aku? Tidak ada yang peduli kepadaku kecuali Ayah, Mama dan kak Rahma..." guman Jasmin di dalam hati, gadis itu sempat iri sama sikap Pricilla kepada Rahma. "Dinda pun enggan berteman lagi denganku setelah aku buta kecuali Dav." Imbuhnya sambil menjauhi Pricilla, dia takut dirinya malah lebih iri lagi ke kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATAKU untuk ADIKKU (END)
Fiksi RemajaRahma yang baru jadian sama Bayu pun harus menjalani hubungan jarak jauh. Bayu pergi ke Korea untuk belajar dan mengejar cita-cita menjadi seorang penyanyi bersama Superband-nya. Sepeninggalan Bayu, kehidupan Rahma sedikit berubah. Ibunya menikah la...