BOY WILLIAM

41 8 0
                                    

Selang beberapa hari kemudian¤¤¤¤

Semenjak Superband terbentuk, mereka mencoba terjun kelapangan apalagi Bu Sinta dan Rahma membantu serta mengdukung niat mereka. Awal kalir mereka, sangatlah sulit, dikarenakan harus terjatuh dan terpuruk. Tidak ada satupun yang menyukai Bayu yang culun. Bahkan kebanyakan dari mereka berpandangan kalau Superband, orang-orangnya tidak menarik. Meski begitu ada yang suka sama suaranya Bayu tetapi hanya sedikit.

Mereka juga jadi bahan cemoohan serta hinaan yang sangat menyakitkan dari Ramon dan Putri cs.

"Hah!"Keluhan Angga yang kebetulan sedang berada di depan gedung sekolah, untuk menghindar dari mereka yang sukanya mencemooh Superband. "Sudah terbentuk dan mempunyai nama masih saja banyak kendalanya untuk melangkah," keluhannya sambil mengoceh nggak jelas.

"Mungkin kita tidak ditakdirkan untuk nge-band, tetapi seorang pecundang!" Dimas ikutan mengeluh dan ia sudah putus harapan.

"Kalian jangan bilang begitu dong," Larangan Bayu.

"Tapi inilah kebuktiannya, Bay?" Sangkal Dimas begitu jengkelnya sambil melirik Bayu. "Bukannya mendapatkan banyak pens malah dapat cacian!" Kekesalannya.

"Apa kalian Superband?"

Sontak Superband memutar kepala mereka melirik ke arah datangnya sumber suara. Di samping mereka berdiri sesosok lekaki memakai jas seperti orang kantoran.

"Iya Pak!" Jawaban mereka secara kompak.

"Kebetulan kita bertemu disini," ucap orang itu sembari melebarkan senyumnya. "Bapak ada perlu sama kalian." Tambahnya.

"Perlu apa ya Pak?" Tanya Radit mewakili mereka.

"Bapak pernah mendengar dan melihat kalian tampil..." orang itupun menceritakan bagaimana dirinya melihat sampai tertarik pada penampilan Superband yang sedang bernyanyi. "Makanya Bapak datang kesini menghampiri kalian dan saya ingin menawarkan sebuah kerja sama dengan kalian," tawarannnya mengutaran maksudnya menghampiri Superband.

"Mengenai apa Pak?" Tanya Angga jadi penasaran.

"Bernyanyi di Cafe saya menjadi pemadu suara!"

Superbandpun sempat saling lirik satu sama lainnya ditengah schok-an mereka.

"Tapi Pak, kam..." ucap Radit merasa ragu untuk menerima tawaran itu.

"Kalian bisa berunding dulu atas tawaran dari saya?" Potong orang itu memberikan saran. "Dan ini kartu mengenal saya, bila kalian tertarik sama tawaran saya, kalian bisa datang ke Cafe. Alamatnya tertera disana," kasih tahunya sambil menyerahkan kartu mengenalnya.

"Ingsaallah kami akan mempertimbangkan lagi?" Sahut Bayu mewakili sembari mengambil kartu itu.

"Kalau begitu saya permisi?" Pamitnya orang itu langsung pergi.

"Hei bagaimana pendapat kalian?" Tanya Radit kepada ketiganya sambil berdiri di depan ketiga sahabatnya.

"Gue sih tidak tau!" Jawaban Dimas tidak pasti. "Tetapi jika kita menerima tawarannnya. Apa kita tidak akan mengecewakannya?" Tanyanya. "Kita kan tau, sampai sekarang tidak ada yang berminat sama band kita!" Alasannya.

"Tetapi jika kita tidak menerima tawarannya, apa beliau tidak akan kecewa?" Sela Angga berpendapat lain. "Mungkin kah ini peluang buat kita dalam perjalanan band kita?" Sarannya.

"Tapi jika gagal lagi seperti biasanya, bagaimana?" Tanya Dimas.

Angga pun menjadi mengeluh diikuti yang lainnya. Ketiganya merenungi lagi keputusan yang harus mereka ambil dengan saling bertukar pikiran dan bertukar pendapat. Hanya Bayu lah yang diam. Dia merasa bersalah dan merasa dirinyalah penyebab penghalangnya Superband untuk melangkah.

MATAKU untuk ADIKKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang