Rahma menjalani hari-harinya di rumah sakit tanpa melakukan aktivitas, berdiam diri sambil rebahan di ruangannya. Kedua orang tuanya pun telah menyetujui saran dari dokter kalau Rahma harus melakukan rawat inap. Supaya sang dokter bisa mengontrol dan mengawasi keadaan pasiennya. Walaupun dokter telah memponis Rahma tidak bisa sembuh lagi dan hanya kemungkinan kecil. Itu lah menjadi harapan terbesarnya Bu Ratna agar anaknya bisa sembuh dengan perawatan Intensif.
"Ma," panggil Rahma kepada ibunya yang sedang duduk manis di kursi samping brankarnya.
"Iya sayang mau apa?" Timpal Ratna sambil melirik anaknya.
"Jangan terlalu memperhatikanku?"
"Apa maksudmu berkata begitu ke Mama?" Bu Ratna mengernyit bingung.
"Jangan sampai Mama tuh pilih kasih terhadap anak-anakm Mama..."
"Mama tidak pilih kasih, sayang. Mama juga slalu memperhatiin Jasmin!"
"Bukan Jasmin Ma, melainkan Eva."
"Eva?"
"Jasmin bercerta kepadaku kalau Eva hamil. Dia pun bilang tes kehamilan yang diberikan kepada Mama ternyata milik Eva."
Bu Ratna sempat marah saat anaknya menyebutkan nama Eva. "Mama tidak bisa memperhatikan dia," tolakan Bu Ratna dengan mentah-mentah karena beliau masih menyimpan kebencian terhadap prilaku Eva yang sudah tega memfitnah Rahma.
"Kenapa Ma, menurutku Eva lebih membutuhkan perhatian Mama dari pada aku. Ma, aku yakin sekarang dia sedang tek-tekan dan dalam keadaan begitu. Kakakku pasti mengambil jalan pintas..." Rahma memcoba membujuk ibu nya.
"Mama tetap tidak bisa, sayang. Malahan menatap mukanya pun Mama sudah merasa muak..."
"Meski begitu Eva tetap anak Mama kan!"
Bu Ratna diam karena emosi terhadap Eva.
"Mama, ayo lah. Jika itu terjadi diposisiku Mama pastikan akan memperhatikanku kan..." Rahma kembali berusaha membujuk Bu Ratna.
"Sudah cukup jangan dilanjutkan lagi." Elakan Ratna sempat membentak anaknya. "Mama takkan pernah memaafkan dia. Karena dia kamu harus mengidap penyakit kangker darah stadium empat. Jikalau Eva tidak lakukan itu semua mungkin..." ucapnya tertahan karena rasa sakit yang terdapat di dalam dada mendesaknya. "Kamu akan sembuh..."
"Ma, ini bukan salah Eva tetapi takdir dari Allah SWT."
"Kalau Eva tidak lakukan itu. Pasti kamu sudah mendapatkan perawatan intengsif."
Terjadi lah perdebatan antara Rahma dengan ibunya. Tanpa sadar pertengkaran itu didengar oleh Jasmin dari luar ruangan.
"Kenapa kak Rahma masih memperdulikan kak Eva yang jelas-jelas tlah memfitnahnya?" Pikir Jasmin tak habis pikir sama apa yang ada dipikiran Rahma.
Dalam perdebatan itu Bu Ratna memilih mengalah dari pada harus bertengkar sama anaknya lagi.
Bu Ratna menghela napasnya dengan gusar. "Ya baik lah kalau itu menjadi kemauanmu, sayang!" Bu Ratna menyetujui keinginan Rahma.
"Tapi Mama jangan marah begitu dong?"
"Mama nggak marah!"
"Yakin nih?"
"Seratus persen yakin!" Sela Bu Ratna meyakinkan. "Tetapi sayang, kalau Mama memberikan perhatian kepada Eva lalu yang memperhatikanmu sia..."
"Aku kan bilang, jangan terlalu memperhatikanku. Lagi pula keadaanku baik-baik saja dan disini banyak yang memperhatikan aku. Dari dokter, suster, Jasmin, Ayah termasuk Mama. Sedangkan Eva, siapa yang mempedulikannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MATAKU untuk ADIKKU (END)
Fiksi RemajaRahma yang baru jadian sama Bayu pun harus menjalani hubungan jarak jauh. Bayu pergi ke Korea untuk belajar dan mengejar cita-cita menjadi seorang penyanyi bersama Superband-nya. Sepeninggalan Bayu, kehidupan Rahma sedikit berubah. Ibunya menikah la...