PITNAHAN SANG KAKAK

105 8 0
                                    

Satu tahun kemudian¤¤¤¤

Eva sedang berada di depan tempatnya berdandan sambil duduk dengan perasaan gelisah bercampur resah. Dilihatnya kalender berukuran kecil lalu melirik cermin yang ada di depannya setelah itu kembali melirik kalender itu, ia sudah berulang kali lakukan hal itu seperti sedang memastikan sesuatu.

"Kenapa gue tlat datang bulan ya?" Tanya hatinya Eva melirik kalender itu setelah sempat berpikir. "Sudah dua bulan gue tidak haid?" Pikirnya mulai gelisah sebab seharusnya dia sudah datang bulan.

Ke tidak datang bulaannya membuat Eva gelisah, risau, bahkan cemas jikalau dirinya hamil. Apalagi selama ini dia selalu sama Aryo di klab malam, bahkan pernah berhubungan layaknya suami istri dengan lelaki itu. Dia pun memutuskan untul membeli tes kehamilan untuk memastikannya.

Dia pun mulai bersiap-siap dengan menganti baju. Eva memakai bayu kaos sama celana pendek di atas lutut, setelah itu berdandan sebelum pergi ke Apotik untuk membeli tes kehamilan untuknya. Setelah persiapannya beres dia pun keluar kamar berbarengan sama Rahma yang keluar kamar juga.

Tiba-tiba Jasmin menabraknya begitu dirinya telah menutup pintu kamar, ketika ia sedang memeriksa tas mininya yang hendak dikenakannya membuat semua isi beserta tasnya jatuh.

"WADUH. KALAU JALAN LIHAT-LIHAT DONG!" Bentakan Eva ke adiknya membuat Rahma marah atas perilaku Eva terhadap Jasmin. Tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau dia bersuara, Jasmin makin membencinya.

"Maaf kak!" Ucap Jasmin merasa bersalah.

"Up, gue lupa. Kalau elo itu buta?" Hinaan Eva berdramatis membuat Jasmin tersinggung dan tangan Rahma mulai gatal ingin menyodek mulutnya Eva. "Hei buta, elo harus bertanggung jawab. Elo harus membereskan dan memasukan lagi semua barang yang elo jatuhkan ke dalam tas!" Suruhnya sengaja menguji kesabaran Rahma.

"Kak Eva, bagaimana aku akan membereskan semua barang yang aku jatuhkan kalau aku tidak bisa melihat?" Sela Jasmin mengingatkan.

"Yaaa elo pikirkan aja sendiri. Gue nggak mau tau ya bagaimana caranya elo memasukan barang gue ke dalam tas. Makanya jangan mau menjadi orang buta..." ujar Eva satu kali lagi menguji kepedulian Rahma. "Up gue lupa lagi, kalau kebutaan lo itu karena kecelakaan." Ejekannya telah melampoi batas kesadaran Rahma.

Eva pun terus-terusan mencemooh adiknya sendiri dihadapan Rahma yang tidak bisa berkutik membuatnya jengkel. Rahma segera menghampiri keduanya langsung merebut tas yang dipegang oleh Eva begitu kasar. Dia pun membereskan barang-barang yang dijatuhkan oleh Jasmin ke dalam tas mini sambil marah-marah.

"Duh duh duh, ternyata penyelamat cewek buta pembawa sial datang juga ya?" Ledekan Eva ke Rahma yang sedang membereskan barangnya dengan puitis.

"Penyelamat?" Tanya Jasmin mematung.

"Iya!"

"Itu pasti Mbok?" Pikir Jasmin. "Mbok!" Panggilnya.

"Mbok apaan?"

"Barusan kak Eva bilang..."

"Penyelamat lo yang kini sedang menggantikan posisi lo." Sambung Eva menyela ucapan Jasmin.

"Berarti itu Mbok. Kalau bukan Mbok lalu siapa?"

"Pikir saja sendiri..." ucap Eva terpotong karena Rahma secara tiba-tiba memegang lengan Eva langsung dibawa pergi begitu kasar.

"Kak Eva kak Eva kak Eva. Kasih tau aku siapa yang selama ini slalu membantuku selain Mbo di saat Mama dan Ayah tidak ada?" Tanya Jasmin berusaha memanggil kakaknya. "Apa kak Eva tlah pergi ya?" Pikirnya mencoba mencari kebaradaan kakaknya memakai instinctnya.

MATAKU untuk ADIKKU (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang